Encounter

1.4K 135 19
                                    

Pada akhirnya, semua kenangan akan hilang dan semua rasa akan habis ditelan oleh waktu. Kim Aera belum melupakan cintanya terhadap Taehyung. Dia ragu bisa menghapus hal itu secara total. Menahan agar tubuhnya tidak gemetar. Aera harus mengarahkan seluruh tekadnya untuk mengangkat tangan dan mengetuk pintu kamar hotel itu.

Dalam beberapa menit berikut yang menegangkan, Aera berusaha menyembunyikan kerapuhan yang melandanya. Pertemuan ini hanya menyangkut masalah harga diri pria yang harus ditemuinya. Pria itu pasti hendak membuktikan bahwa Aera lah si pecundang.

Entah bagaimana ia harus mengabaikan hal itu, Aera kembali mengingatkan dirinya sendiri. Kedatangannya kemari hanya masalah pekerjaan. Tidak ada yang lain.

Paling tidak, Taehyung takkan salah menduga jika Aera mengenakan pakaian kerja. Kemeja merah marun dan rok hitam di atas lutut. Ini jelas pertemuan bisnis semata.

Pintu terbuka. Lalu, Taehyung berdiri di hadapan Aera, tampak begitu gagah. Rambutnya yang blonde di sisir ke belakang, menampakkan kesan kejam namun menawan. Kulitnya berkilauan, bagai magnet bagi para wanita. Mata yang dalam, dihiasi bulu mata lentik, memancarkan aura dominasi yang kuat.

Aera berdiri terpaku, tak dapat berkata-kata, terkesiap, pikirannya kosong, seluruh niatnya lenyap dalam seketika. Dia mengepalkan jari-jarinya hingga kukunya menusuk telapak tangan. Di dalam balutan sepatunya, jemari kakinya juga menekuk. Jantungnya membengkak, berdebar keras, tiap denyutnya menggemakan kerinduan.

Aera merindukan Taehyung.

Dia masih merindukannya.

"Selamat datang kembali di duniaku." suara Taehyung menyentak Aera kembali ke dunia nyata. Aera suka suara Taehyung—yang berat dan mengalun di telinganya.

Hanya saja saat ini suara itu sama sekali tanpa kemesraan, tanpa kehangatan, juga tak ada senyuman. Bibir Taehyung yang penuh itu, yang pernah membuatnya mabuk, tersenyum sinis, dan matanya yang kelam memancarkan sorot permusuhan yang menghanguskan segala harapan untuk memperbaiki hubungan baik mereka. Atau bahkan memahami satu sama lain.

Taehyung memberi jalan pada Aera, mempersilahkannya masuk ke daerah kekuasaannya. Untuk sejenak suite yang sangat mewah itu lenyap dari pandangan Aera.

"Kau, takut?" tanya Taehyung dengan nada mengejek, matanya mengamati Aera melalui tatapan sedikit kesal.

"Tidak. Untuk apa aku takut?" balasnya, ketika melewati Taehyung, bersikap berani.

"Kekasih yang pernah dicampakkan terkenal jelek sifatnya." komentar Taehyung tetap dengan nada tidak ramah, tapi Aera agaknya tak peduli. Membuat kekesalan Taehyung bertambah.

"Yang sudah berlalu biarlah berlalu. Itu pantas dilupakan, Taehyung." jawab Aera mengabaikan ancaman tersirat Taehyung dan berjalan melintasi ruang tamu suite, mendekati lukisan besar di dekat jendela.

Pemandangan kota di malam hari memang bukan daya tarik utama. Aera butuh menjaga jarak dengan pria yang sengaja mengungkit kembali kisah asmara mereka. Serta bagaimana hal itu berakhir.

"Kurasa, hidupmu baik-baik saja." ujar Aera memaksa dirinya tersenyum ramah. "Memang." Taehyung menatap Aera yang berusaha menjauhinya, membuat ancaman yang dirasakan wanita itu semakin kuat.

Kemeja putih Taehyung hanya dikancing setengahnya, memperlihatkan dadanya yang bidang dan berotot. Lengan kemejanya digulung sampai ke siku. Ketika Aera berbalik badan, dan menemukan Taehyung sedang menatapnya, tanpa sadar ia meneguk ludah. Ah, bagaimana bisa Taehyung tetap baik-baik saja setelah mereka berpisah?

"Kau sudah menikah?" sambung Aera, bertanya penasaran.

"Belum. Kebetulan aku belum menikah." kata-kata Taehyung yang dingin dan tak berperasaan itu bagaikan paku yang ditancapkan ke jantung Aera.

EGONOIA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang