Deokjeokdo Island

302 50 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















Taehyung mengajak Aera ke pulau kecil di lepas pantai barat laut Korea—Deokjeokdo. Perjalanan kapal ditempuh selama beberapa jam. Pulau ini terpencil tetapi memiliki pilihan hotel. Selain itu, ada pantai juga dan hutan pinus yang indah. Sepertinya, Taehyung sudah mempersiapkan acara 'penculikan' ini dengan baik.

Sementara Aera entah apa yang dipikirkan wanita itu, tampaknya ia merasa gelisah dan senang dalam satu waktu. Well, Aera tidak bisa kabur. Dia melirik Taehyung yang sedang menaruh koper berukuran sedang di sudut ruangan. Pun dirinya berjalan menghampiri Taehyung dengan banyak pertanyaan yang penuh dalam kepala.

"Tae?" panggil Aera ragu, ia bahkan tampak kelihatan gugup sekali, seraya memegang ujung dress bunga-bunga yang dikenakannya.

Kegugupan Aera pun tertangkap jelas oleh Taehyung, si Kim itu tersenyum manis. "Kenapa? Kelihatannya kau gugup." Taehyung terkekeh lalu mengambil tangan Aera untuk ia genggam. "Kau memikirkan apa, hem?"

"Entahlah, aku hanya---," untuk melanjutkan kata-katanya saja Aera takut. Lebih tepatnya Aera takut salah bicara.

Taehyung yang memang pada dasarnya selalu pengertian dan super peka ini, membawa Aera duduk bersamanya di sofa hitam panjang. Matanya menatap Aera dengan pandangan lembut. Taehyung mencoba memahami, mungkin saat ini Aera khawatir.

"Aera, aku mengerti kau khawatir. Kau mengkhawatirkan jika nanti kita menikah tanpa memberi tahu siapapun, kau takut mereka tidak menerimanya." Taehyung menghela napasnya, mengusap perlahan punggung tangan Aera agar kekasihnya itu tak mencemaskan hal itu lagi.

Dari mata Aera, sebenarnya Taehyung bisa menebak jika Aera tidak hanya mengkhawatirkan rencana pernikahan saja. Bola mata kecokelatan Aera menatap Taehyung seolah menunjukkan bahwa masih banyak segala hal yang dikhawatirkannya.

Diamnya Aera semakin membuat Taehyung serba salah. Satu kali lagi, Taehyung berusaha meyakinkan. "Percaya padaku. Aku sudah bilang padamu kan? Aku akan menghadapinya. Keluargaku dan Nenek. Dengan cara apapun, pasti mereka menyetujui keputusan kita."

"Taehyung, aku mau kita menikah. Tapi kalau dengan cara seperti ini—apa kita ini pengecut?"

"Pegecut atau tidak, yang terpenting kau dan aku berjanji di hadapan Tuhan. Aera, bisakah sekarang jangan khawatirkan itu lagi?" tampaknya Taehyung mulai kesal, dari nada bicaranya yang dingin itu Aera menyadarinya. Aera memaksakan dirinya tersenyum, meski terlihat jika senyuman itu senyuman paksa.

Aera tidak mau Taehyung kesal apalagi sampai marah. Itu buruk, maka dia disini yang mengalah. Lagipula sejak kapan Taehyung berubah sama keras kepala seperti Aera? Aera sendiri bingung. Aera pun tahu, suasana hati Taehyung cepat berubah.

Tergantung apakah Aera bisa merubah suasana hati Taehyung dengan mudah?

Untung cinta. Kalau tidak, mungkin Aera takkan pernah mau dipaksa si Kim itu kembali menjalin kasih. Tidak ada yang bisa menolak Taehyung—Aera mendesah frustasi, beberapa detik Taehyung diam dan Aera lalu mengusap lengannya. Semoga dapat mengembalikan Taehyung yang manis seperti semula.

EGONOIA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang