Egonoia : Old Ver

638 99 58
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Aku mau kita bercerai."

Kalimat yang tak pernah Taehyung duga, kini terlontar dari bibir Aera. Mungkin dirinya masih berpura-pura tidak tahu, bahwa atas dasar apa istrinya menggugat cerai padanya. Namun, Taehyung jelas menyadari kesalahan besar yang ia lakukan.

Bukan hanya menyakiti Aera. Tetapi juga menodai pernikahan mereka selama lima tahun ini. Pun Taehyung tidak berniat mengambil surat yang tergeletak di atas meja. Sama sekali tidak mau membaca apalagi membukanya.

"Jangan meminta sesuatu yang takkan pernah aku kabulkan. Kau sedang marah dan terbawa emosi, Aera."

"Sudahlah. Aku malas berdebat. Terlalu lelah dengan sikapmu yang berengsek." Aera terkekeh sinis, ia berjalan melewati Taehyung. "Kalau kau mau menikahi simpananmu, silahkan nikahi dia dan lepaskan aku."

"Bisakah untuk tidak membahasnya? Aku milikmu, selalu selamanya begitu. Apa yang kau takutkan?" Taehyung berdiri, melangkah cepat dan mencekal pergelangan tangan Aera.

Aera memejamkan mata, muak pada situasi yang membunuhnya ini. Dia teramat membenci Taehyung. Sangat menyakitkan. Terlebih mengetahui fakta, jika suaminya berselingkuh dengan gadis belia, sampai membuat gadis itu hamil.

Fakta itu yang begitu menyakitkan. Kalau saja Taehyung hanya berselingkuh, Aera masih bisa memaafkan. Kesalahannya fatal sekali, hingga menanam benih sialan. Aera cukup berusaha keras, segala hal ia lakukan demi dirinya hamil lagi. Tetapi, Taehyung tak memberinya kesempatan. Justru mengkhianati pernikahan mereka.

"Kau memilihnya dan bayi yang dia kandung. Tidakkah kau mengerti perasaanku begitu hancur? Kau bodoh atau apa?!" Aera berteriak. "Jangan halangi aku. Malam ini aku ingin pulang ke rumah ibu. Muak berada di rumah terus melihatmu yang merasa tidak bersalah!"

"Siapa bilang aku memilihnya? Aku yang salah. Aku tidak tahu semua ini bisa terjadi. Kau yang hanya kucintai. Dia hanya pengisi waktu luang, aku bosan Aera."

"Bosan, ya? Ya sudah tanda tangani surat cerainya dan urusan kita selesai. Kau tidak akan bosan lagi karena aku pergi dari hidupmu."

Taehyung menghela napas kasarnya, masih berusaha menghalangi jalan Aera yang hendak masuk ke dalam kamar. "Menyingkir. Jangan sampai tanganku menampar wajahmu lagi!"

"Tampar aku dan pukul aku, berapa banyak yang kau mau. Lakukan sepuasnya, tapi jangan tinggalkan aku." Taehyung berkata lemah, saat ini dia benar-benar takut Aera pergi meninggalkannya.

Barangkali, Aera telah mau menampar Taehyung lagi seperti saat dimana suaminya pulang ke rumah, membawa gadis itu. Mengakui kesalahannya. Bahkan, Aera takkan mau mengingat hari itu. Dimana ia menampar wajah Taehyung begitu kuat dengan air mata. Melihat gadis yang berdiri disisi suaminya, gadis cantik yang manis. Bagaimana bisa Taehyung sejahat itu?

Melakukan hal keji. Melihat gadis itu saja, Aera memperkirakan bahwa si gadis masihlah siswa yang baru lulus sekolah menengah, ingin masuk ke perguruan tinggi dan Taehyung menghancurkan mimpi gadis itu dengan menghamilinya.

"Kesalahanmu tidak bisa aku maafkan. Bukan hanya aku yang sakit. Ibu mungkin akan marah besar jika mengetahui ini. Dia masih remaja, Taehyung. Apa yang kau lakukan sampai gadis itu tergila-gila dan membuka kedua kakinya untukmu? Tidak mengaku sudah menikah?"

Taehyung bungkam. Dia tidak membenarkan kata-kata Aera, sebab sedikitnya benar. Gadis yang menjadi selingkuhannya menganggap Taehyung pria yang belum memiliki istri. Mudah dibodohi dan dirayu. Dalam beberapa minggu, Taehyung sudah dekat dan menggiringnya ke atas kasur. Biadab memang, dia mengakui kesalahannya.

Dan wajar, Aera tak bisa memaafkan.

"Berapa lama kau membohongiku? Jangan katakan setiap malam kau mencari alasan dan menidurinya di belakangku?"

Taehyung melebarkan mata. "Sayang, kumohon jangan menilaiku buruk begitu. Aku melakukannya hanya sekali dan---,"

"Jangan dilanjutkan. Kau memang pria berengsek!" Aera memaki lagi. Napasnya terengah menahan emosi. "Aku yang pergi atau kau yang pergi? Sungguh malam ini aku benci melihat wajahmu."

"Tidak mau. Baiklah, aku akan menyuruhnya menggugurkan kandungan."

"Kau gila?!" Aera kali ini berteriak lagi, benar-benar marah. "Bagaimana bisa kau mau membunuh bagian dari dirimu sendiri? Kau yang meninggalkan benih itu dan harus menerima apa yang terjadi, Taehyung!"

"Lalu jika aku mempertahankannya kau meninggalkanku? Tidak, Aera. Dia bukan apa-apa bagiku. Kau yang lebih penting."

"Gila." mata Aera berkaca-kaca. "Setelah aku keguguran, aku kira kau berubah menjadi pria yang bisa bertanggung jawab dan mampu mengatasi musibah yang kita hadapi. Kenyataannya kau berubah, tak lebih dari pecundang."

"Pergi, Taehyung. Aku benar-benar tidak mau melihat wajahmu." Aera mendorong tubuh Taehyung, agar menyingkir dari hadapannya. Masuk ke dalam kamar, dan menutup pintunya.

Membiarkan Taehyung yang mengetuk pintu berulang kali. "Aera, maaf. Dengarkan dulu. Aku bingung harus apa kalau kau tidak berhenti marah."

"Aera!"

"Aera, buka pintunya!"

Tidak ada jawaban. Taehyung mulai frustasi. Langkah apa yang harus dia ambil?

*****

Sepanjang malam, Taehyung tidak bisa tidur. Terjaga dan menunggu Aera. Pagi harinya, dia seperti manusia yang tak bernyawa. Menatap kosong, melamun. Tatkala mendengar pintu kamar terbuka, Taehyung segera berdiri, terkejut melihat Aera keluar sambil mendorong koper.

"Sayang, jangan pergi." dicegah pun Aera tetap mau pergi. Taehyung cepat melangkah, merebut koper yang sedang Aera dorong. "Taehyung!"

"Tidak boleh! Jangan tinggalkan aku!"

"Demi tuhan, Taehyung kau ini sangat menyebalkan! Menyingkirlah dan berikan kopernya padaku atau aku---,"

"Atau apa?" tanya Taehyung menantang, mendekat pada Aera. "Selama kau adalah istriku kau sepenuhnya milikku. Aera, aku berjanji tidak akan menikahi gadis itu. Tidak peduli dia mau menuntutku atas bayinya. Karena aku tidak menginginkan dan meminta dia hamil."

"Kau sudah gila." Aera menggelengkan kepalanya.

"Apa ini namanya cinta? Apa artinya pernikahan kita selama ini, Taehyung? Kau bisa menjawabnya?" air mata Aera turun, dia menangis. Secepat itu pula menghapus jejak air matanya, dia tak mau terlihat lemah. "Kau mengkhianatiku. Semuanya. Dasar berengsek."

"Maki aku sepuasnya."

"....dan aku takkan membiarkan dirimu pergi dan meninggalkanku Aera. Aku memang yang bersalah, aku pantas memperjuangkan maaf darimu bukan." []

EGONOIA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang