Rain

533 87 42
                                    

Perasaan kecewa tentunya ada. Tapi yang paling besar mendominasi adalah patah hati. Terasa patah, dan seperti ada bunyi yang mirip tulang rusuk patah—begitu menyakitkan. Barangkali Taehyung akan menjadi pria egois kemarin. Jelas yang Aera katakan menyakiti hatinya.

Namun, Taehyung tahu. Bahwa selama ini Aeralah yang lebih tersakiti olehnya. Lebih banyak menanggung luka. Tidak sebanding dengan apa yang Taehyung rasa. Maka dari itu Taehyung membiarkan Aera membalas dirinya.

Ini baru satu hari, dan benar terbukti adanya. Aera menjauh. Bahkan hari ini, kala Taehyung ada pertemuan relasi bisnis di perusahaan Seokjin, wanita itu sengaja tidak masuk ke kantor. Membuat Seokjin terpaksa mencari  sekretaris pengganti sementara. Setidaknya, Seokjin mengetahui alasan Aera tidak ada pagi ini. Pun Seokjin memperlakukan Aera istimewa daripada karyawannya yang lain. Sebab, cara kerja Aera memang bagus dan patut mendapatkan itu darinya. Tidak hanya gaji, uang, atau terkadang menerima bonus lain demi menjaga agar karyawan tersayang tak mengundurkan diri. Bagi, Seokjin— Aera layaknya tambang emas yang pantas dijaga. Sering menguntungkannya dalam hal apa pun. Termasuk rela menemui Taehyung demi memenangkan tender.

Seokjin melihat wajah frustasi Taehyung. Sejak selesai menandatangani berkas proyek kerja sama, Taehyung kelihatan gelisah dan murung. Kalau ditambah omelan gratis, wajah tampan itu semakin tertekuk. Kasihan. Seokjin tak sampai hati.

Menarik kursi yang ada di sebelah Taehyung, Seokjin duduk di sana. Sebelum akhirnya berkata dengan wajah yang dibuat-buat sedih. "Sudahlah. Jangan dipikirkan. Besok, aku yakin Aera masuk ke kantor. Dia tidak mungkin menghilang,"

"Masalahnya bukan itu saja yang aku pikirkan, hyung."

"Oh, lalu kau memikirkan apa? Dari tadi tidak bersemangat."

"Ibuku. Kalau aku tidak segera kembali pada Aera, memperbaiki hubungan kami. Ibu akan menikahiku dengan gadis itu. Aku sudah pusing memikirkan cara lepas dari perjodohan konyol ini." keluh Taehyung diikuti helaan napas kasar.

Seokjin diam memandangi Taehyung—dia juga memikirkan sesuatu, untuk membantu Taehyung. Mengapa hidup Taehyung serumit ini—pikirnya? Sementara dirinya saja yang sibuk bekerja, mengumpulkan uang, tidak serumit itu. Atau memang saat ini Seokjin belum memiliki kekasih? Sehingga dia belum pernah merasakan yang Taehyung derita.

Pria itu kemudian melihat ke arah kaca besar yang ada di ruangannya, lalu fokusnya kembali pada Taehyung. "Hari ini sepertinya mau hujan."

"Hyung, bantu aku. Pembahasan hujan tidak ada sangkut pautnya denganku."

"Kau ini memang pria yang tidak pintar memahami maksudku." Seokjin berdecak sebal, "sebelum hujannya turun, dan Aera pergi. Kau susul dia ke apartemennya. Kudengar dari Yoongi, dia mau mengajak Aera pulang ke Daegu pagi ini."

"Ya! Mana bisa begitu!"

"Jangan berteriak tepat di telingaku Taehyung!" balas Seokjin tak kalah geramnya, "makanya sudah cepat pergi. Yoongi juga masih ada di studio. Dia kebetulan menghubungiku tadi malam. Harusnya kau berterimakasih padaku."

"Iya terimakasih, hyungnim." Taehyung memutar bola matanya. Sampai detik ini dia belum mengerti—apa arti hujan yang Seokjin maksudkan?

Apa hubungannya? Tapi yang terpenting, Taehyung tidak mau Aera pulang ke Daegu, apalagi bersama Yoongi. Tidak bisa dibiarkan dan jangan sampai itu terjadi.

EGONOIA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang