Drunk

404 63 11
                                    

Mabuk bukan pilihan yang bagus. Terlihat bodoh dan rapuh. Hancur berantakan dengan serpihan luka yang menggores setiap sudut hati Taehyung. Namun, dia membutuhkannya paling tidak satu atau dua botol anggur mampu menghilangkan pikiran yang bersarang di kepala.

Aera belum sadar, karena sehabis melakukan operasi kuret ia berusaha pulih. Sementara Taehyung pergi sebab sudah muak dengan keadaan. Disaat seperti ini dia tidak boleh sendiri. Beruntung, pria itu tidak mengunjungi klub lain. Tetapi pergi ke Cloud Club, milik Namjoon dan disana sudah ada Jimin yang menunggu.

Seakan tahu derita Taehyung hari ini dari wajah lelahnya, Jimin tidak bertanya apa-apa sebelum Taehyung sendiri yang bercerita.

"Sudah jangan menangis. Gampang, tinggal tiduri Aera lagi dan membuat bayi. Percobaan pertama saja berhasil kan?"

Taehyung berdecak. "Ya. Tapi aku merasa bersalah dan sedih!"

"Oh, kenapa malah disini? Minum-minum dan mengoceh tidak jelas. Sudah pulang, temani Aera." Jimin mengomel, kesal. "Lagi pula kau ini kelihatan seperti pria patah hati. Kau dan Aera sudah kembali. Jangan sampai Yoongi hyung merebutnya."

"Well, aku memberimu peringatan." lanjut Jimin melihat Taehyung menatapnya tidak suka.

"Aku benar-benar kesal sekali. Dia tidak pernah keras kepala dan ya kau tahu dia tak mungkin mau mengalah." jawab Taehyung, matanya berkunang-kunang dengan bibir yang merah. "Lihatlah nanti, aku akan membalasnya."

"Hei, sudah jangan. Biarkan dia, Aera juga pasti memilihmu, aku yakin itu."

"Benarkah? Dia bahkan berbohong padaku. Bekas lipstik berantakan."

"Oh, wow. Apa dia?" Jimin menjeda kata-katanya ketika Taehyung memutar bola mata malas. "Tidak mungkin dia yang melakukannya. Siapa lagi kalau bukan hyung yang lebih dulu?"

"Menarik dan bahaya. Bawa Aera pergi, kau tahu sendiri Yoongi hyung---,"

"Itu yang aku pikirkan." ujar Taehyung frustasi. "Aku membutuhkan restu Nenek. Tidak bisa sembarangan. Apalagi, Yoongi hyung menerima akses kepercayaan untuk menjaga Aera."

"Ah, kenapa nasibmu menyedihkan sekali? Sabar ya." Jimin menepuk punggung Taehyung, si Kim itu meringis menahan sebal juga sewaktu Jimin tersenyum geli.

"Ada ide cemerlang?"

"Kau memangnya ada?" Taehyung balik bertanya. "Tentu selalu ada." Jimin tertawa lalu senyumannya mengembang.

"Tapi sebaiknya kau harus menunggu Aera pulih."

"Kenapa harus?"

"Hih dasar bodoh, kau mabuk maaf aku lupa. Kalau sudah pulang ajak dia pergi ke Daegu. Jangan langsung sampai ke rumah."

"Haish, kenapa lagi?" Taehyung bingung.

"Kau membutuhkan waktu berdua dengannya, Tae. Aera pasti sedih. Hibur dia, nyanyikan lagu romantis saat kalian bercinta."

Taehyung yang setengah sadar itu merespon dengan anggukan kepala. Jimin memang sahabat terbaik yang pintar memberinya ide.

*****

Wanita yang rapuh dan penuh kesedihan katanya mudah di dekati. Apa benar? Kalau begitu Yoongi tak hanya mendekat, tapi juga memberikan segenap perhatiannya. Bahkan Aera yang baru siuman, sangat kaget, sikap Yoongi berubah manis. Lalu, dimana Taehyung?

"Yoon, aku bisa sendiri." ujar Aera merasa tidak enak, karena Yoongi menuntunnya berjalan ke toilet.

"Aku bantu." Yoongi memaksa. "Aera, tentang Nenek. Tidak usah kau pikirkan." pria itu tersenyum canggung. "Aku mungkin sudah gila. Walau bagaimanapun kau tidak mencintaiku."

EGONOIA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang