Ship and Love

313 55 32
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















Setiap orang pasti pernah merasa bodoh karena cinta—Aera merasakan itu. Meskipun ia berkali-kali menolak untuk kembali pada Taehyung, menjauh, dan membencinya. Selalu dengan mudahnya, Aera akan luluh. Entah karena ketulusan Taehyung atau cinta yang dimiliki pria itu. Mungkin saat ini Aera sudah tak lagi mengutamakan ego. Segala yang Taehyung lakukan jelas adanya. Bahwa benar-benar memperjuangkan maaf itu mati-matian.

Bagaimana Kim Taehyung yang begitu banyak mempunyai cara untuk meluluhkan, bahkan membuat Aera jatuh pada kenikmatan yang ia beri. Sedangkan, Aera menjadi pihak yang akan pasrah menerima semua itu. Melebur bersama dengan cinta mereka dan melupakan rasa sakit yang pernah mereka lalui.

Pun saat ini, wanita itu berusaha agar tak mengingat kejadian semalam. Setiap kali melihat buah apel—rasanya Aera nyaris tersedak. Taehyung dan hukumannya itu menghantui isi kepala Aera. Padahal, waktunya tidak tepat untuk membayangkan itu sekarang. Sebab, Seokjin tengah memeriksa dokumen yang Aera kerjakan pagi tadi. Dewi fortuna berpihak pada Aera, well dia menyelesaikan dokumen itu dengan baik. Walaupun Taehyung mengganggunya.

"Bagus. Tidak ada yang salah. Semuanya rapi, selalu bisa diandalkan." ujar Seokjin dengan senyuman yang memiliki arti.

Aera bernapas lega. Sungguh dia hampir mengira Seokjin akan marah atau semacamnya, sebab semalam—ah lagi Aera mengingat itu. Pun ia tersenyum canggung, menyembunyikan rasa tidak enaknya. Lagipula mengapa Taehyung menjawab panggilan Seokjin ketika mereka sibuk melakukannya? Oke, Aera tenangkan dirimu.

Tangannya terkepal dan Aera membungkuk. "Maaf soal semalam, daepyonim."

Mata Seokjin berkedip dua kali, bingung dan seketika teringat hal itu. Sial, bukan dirinya yang melakukan dosa nikmat tersebut, tetapi Seokjin memerah menahan malu.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Lupakan saja."

Kemudian Sojung datang, masuk ke dalam ruangan Seokjin terburu-buru. "Sojung, ada apa? Kenapa wajahmu panik begitu?" Seokjin bertanya sebab memang Sojung kelihatan panik.

EGONOIA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang