Ch. 16 🔮 Difficult

14.7K 2K 61
                                    



✧ . ' ❀ , , . ✧ °

ᵐ ᵃ ᵍ ᶦ ᶜ ᵃ ˡ ˡ ᵒ ᵛ ᵉ
ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ sɪxᴛᴇᴇɴ

" . * ° . ✱ .




Sang penyihir gelap dengan tongkatnya di wajah Draco memegangi Draco dan keempat penyihir gelap itu mulai berpindah tempat dengan mantra Disapparate, membawa Draco bersama mereka. Namun mereka gagal berpindah tempat karena tertahan oleh sihir pelindung puri.

"Tch, masalah, masalah lagi! Malfoy, turunkan pelindungnya!" sang Auror memerintah Lucius.

"Lepaskan!" Draco mencoba membebaskan diri dari cengkeraman sang penyihir gelap. Pada saat itu, mantra yang membekukan satu peri rumah terlepas, dikalahkan oleh sihir sang peri rumah.

"Anda tidak membawa Tuan Malfoy tanpa kehendaknya!" Peri rumah itu berseru dengan suara melengking kemudian melempar sang penyihir gelap yang menyandera Draco ke lantai. Draco mengambil kesempatan ini untuk mengeluarkan Tongkat Elder dari sakunya, mengambil semua tongkat sihir dari para penyihir gelap itu. Potter mengambil tongkat sihirnya dari Draco dan melemparkan mantra Incarcerous kepada keempat penyihir, mengikat mereka dengan tali sihir.

"Apa ini! Kau!" Sang Auror menunjuk peri rumah, "Kau tidak mematuhi perintah tuanmu untuk tetap diam! Lucius, kau bahkan tidak bisa mengatur peri rumahmu? Kau ini benar-benar aib bagi para Pelahap Maut!"

"Tippy adalah peri yang bebas! Kesetiaannya hanya untuk tuan Draco Malfoy!" sang peri rumah mengangguk dan mengepalkan kedua tangannya.

Draco melihat Potter mengeluarkan mantra Patronus untuk mengirimkan pesan kepada Kingsley Shacklebolt, Menteri Sihir. Draco segera menghentikan Potter sebelum wujud Patronus-nya sempat terbang.

"Potter, tunggu! Jangan terburu-buru! Salah satu dari mereka adalah Auror. Apa yang membuatmu berpikir bahwa jika Kementerian mengirimkan Auror mereka kemari, tidak akan ada Pelahap Maut lain di antara mereka?" Draco mendesis. Dia berjalan menuju ayahnya dan menyerahkan tongkat sihirnya kembali. Dia kemudian melepaskan ibunya dari mantra pembeku dan menyerahkan tongkat sihir ibunya kepadanya.

"Oh, Draco sayang." Ibunya memeluknya.

"Kau tidak apa-apa, Ibu?" Draco membalas pelukan ibunya.

"Aku baik-baik saja, Draco." Kemudian ibunya berjalan menghampiri suaminya. "Lucius?"

"Aku tidak apa-apa." Lucius melingkarkan lengannya di pinggang istrinya.

Draco kemudian berjalan menghampiri sang Auror dan menyingkap lengan baju kirinya.

"Apa?" Draco tidak melihat bekas luka Pelahap Maut di lengan sang Auror.

"Kau pikir Pangeran Kegelapan begitu bodohnya untuk menandai mata-matanya di Kementerian, Draco?" Sang Auror berujar penuh amarah.

"Ayah, bagaimana mereka masuk?" Draco bertanya pada ayahnya.

"Mereka datang dengan Auror itu, membawa surat resmi dari Kementerian. Jadi aku harus mengijinkan mereka masuk." Ayah Draco menatap wajah para penyihir gelap satu per satu.

"Potter, kita akan membawa mereka ke Kementerian." Draco memberitahu Potter. Yah, memerintah lebih tepatnya. Kemudian dia memerintahkan Tippy untuk membawakan surat yang dimaksud oleh ayahnya tadi kepadanya.

"Baik." Jawab Potter, mata tidak sedetik pun berpaling dari para penyihir gelap.

"Ini suratnya, tuan Draco. Apakah tuan Draco butuh sesuatu lagi dari Tippy?" sang peri rumah membelalakkan kedua matanya.

𝕸𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝕷𝐎𝐕𝐄 [ᴅʀᴀʀʀʏ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang