✧ . ' ❀ , , . ✧ °
ᵐ ᵃ ᵍ ᶦ ᶜ ᵃ ˡ ˡ ᵒ ᵛ ᵉ
ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ ᴇɪɢʜᴛ" . * ° . ✱ .
Di kelas Herbologi hari itu mereka bertingkah laku seolah-olah salah satu di antara mereka tidak ada.
Kelas hari ini berakhir pukul empat lebih lima belas menit. Draco harap elangnya pulang saat makan malam nanti.
Dia berjalan keluar dari rumah kaca bersama para siswa tahun tujuh dan delapan lainnya. Berjalan cepat menyusuri lorong, melewati siswa lainnya.
Harper berjalan melewatinya dan dengan sengaja menyenggol bahu Draco dengan keras, menyebabkan remaja berambut pirang itu terhempas menabrak kaca jendela dengan keras.
"Perhatikan langkahmu, Malfoy!" sapa Harper saat dia berjalan melewati Draco.
"Kau-" Kata-kata Draco terhenti oleh suara hardikan Potter.
"Kau yang harus memperhatikan langkahmu, Harper!" teriak Potter. Semua mata tertuju ke arah Potter. "Kamu baik-baik saja?"
Potter berdiri di samping Draco.
"Apaan itu, Harry?" Weasel, dengan wajah merenggutnya yang jelek, memandang Potter dengan ekspresi tidak setuju.
"Dia mencari gara-gara," jawab Potter, masih berdiri di samping Draco.
"Iya, sobat, tapi kamu kan gak harus ngebelain si musang itu. Ayo." Weasel menarik pergelangan tangan Potter.
"Jangan mulai, Ron," Potter memperingatkan temannya, tapi berjalan mengikuti temannya yang berambut merah itu. "Sampai jumpa saat makan malam nanti, Malfoy."
"Seriusan, Harry?" Draco mendengar Weasel bertanya pada Potter dengan nada tidak percaya sambil berjalan pergi.
Draco melanjutkan perjalanannya menuju asrama dan, Salazar, untuk yang kedua kalinya, dia bertemu dengan Harper dan kedua anak buahnya. Dengan sebuah mantra, tas Draco terbalik dan semua isinya berserakan di tanah.
"Harper," Draco menyumpah.
"Hey, hey, siapa itu kalau bukan si Malfoy yang hebat. Tidak memberikan balasan, nih? Oh iya, aku lupa. Dia tidak punya tongkat sihir," Harper terkikik-kikik ke arah anak buahnya. Ketiganya tertawa terbahak-bahak.
"Tidak ada seorang pun yang melindungimu lagi, Malfoy? Heh, kasihan." Draco menendang pena Draco.
"Siapa bilang dia tidak punya siapapun?"
Keempat siswa Slytherin terhenyak mendengar suara yang baru muncul itu. Mereka melihat ke belakang Draco dan mendapati Harry Potter berdiri sekitar tiga meter dari mereka.
"P-Potter! Apa yang kaulakukan di sana?" Harper mundur selangkah.
"Kupikir aku sudah memperingatkanmu untuk memperhatikan langkahmu, Harper." Potter berjalan mendekat. "Dan dari yang kulihat, kamu menghalangi jalannya." Potter kini berdiri di samping Draco.
"Urusi saja urusanmu sendiri, Potter!" Harper mengangkat tongkatnya.
"Kau berani macam-macam dengannya dan itu adalah urusanku." Potter mengangkat sebelah alisnya melihat tongkat sihir Harper.
Harper mengangkat dagunya, memaksakan diri melihat rendah ke arah Draco dari ujung hidungnya. Jika mereka berada di situasi yang berbeda saat itu, Draco akan tertawa melihat tingkah laku Harper yang berusaha untuk terlihat lebih tinggi darinya. Beberapa saat kemudian Harper dan anak buahnya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕸𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝕷𝐎𝐕𝐄 [ᴅʀᴀʀʀʏ]
Fiksi PenggemarTekad Draco untuk mendapatkan kembali tongkat sihirnya dari Potter telah membawa mereka kepada hubungan pertemanan yang unik. . . . . 𝗪𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴 :: - Draco × Harry ship - Mature content © 𝘈𝘯𝘵𝘪𝘨𝘳𝘢𝘷𝘪𝘵𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 - 𝘧𝘢𝘯𝘧𝘪𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯...