✧ . ' ❀ , , . ✧ °
ᵐ ᵃ ᵍ ᶦ ᶜ ᵃ ˡ ˡ ᵒ ᵛ ᵉ
ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ ᴛʜʀᴇᴇ" . * ° . ✱ .
Draco mengecek waktu dengan mantra Tempus dan ternyata dia masih memiliki waktu selama dua puluh lima menit sebelum kelas Ramuan Tingkat Lanjut dimulai. Saat ini dia sedang bersandar di tembok lapangan Quidditch, mengunyah apel hijau yang terasa asam-manis yang dia ambil dari keranjang buah di ruang santai asrama. Merasa malas mengikuti pelajaran pagi itu, Draco pikir membolos sekali tidak akan apa-apa. Toh dia sudah menguasai semua ramuan tingkat lanjut yang ada di buku. Lagi pula jika dia mencoba meramu menggunakan tongkat ibunya pada pelajaran pagi itu hanya akan menimbulkan masalah saja. Ramuan yang akan mereka praktekkan pagi ini memerlukan mantra dan dia tidak yakin tongkat sihir ibunya akan bekerjasama dengan baik selama kelas berlangsung tanpa menyebabkan beberapa orang di kelas terluka.
Draco menghela napas — hal yang sering dia lakukan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia bisa membuat ramuan tanpa tongkat sihir? Padahal setelah lulus nanti, Draco berencana untuk menjadi ahli ramuan; impiannya sejak dulu. Dia jatuh cinta pada ramuan saat pertama kali ayahnya mengajaknya mengunjungi gedung pusat perusahaan ramuan keluarga Malfoy ketika dia berusia tujuh tahun. Setelah mereka kembali pulang, Draco menemukan buku Alkimia ayahnya yang tergeletak di meja perpustakaan dan langsung membacanya.
Haruskah dia menyerah hanya karena dia tidak akan bisa mendapatkan tongkat sihir lagi? Tidak ada satu pun ahli tongkat sihir yang mau memberinya tongkat baru. Nama Malfoy sudah tidak diterima di toko tongkat sihir di penjuru dunia sihir.
Berjalan menuju area bawah tanah, Draco mengambil jalan terpanjang menuju kelas ramuan tingkat lanjut, menghindari lorong-lorong yang ramai dilewati para siswa. Ada banyak siswa yang memandangnya sebagai penghianat dan juga mantan Pelahap Maut. Banyak di antara mereka menyalahkannya atas kematian orang-orang yang telah berkontribusi dalam pertarungan di Hogwarts tahun lalu; baik di pihak yang benar ataupun pihak Pangeran Kegelapan.
Draco tiba di kelas bersamaan dengan datangnya Profesor Slughorn. Hari ini mereka akan belajar berpasangan. Draco lihat semua siswa tahun delapan dan tahun tujuh telah menemukan pasangan belajar mereka masing-masing. Itu artinya dia akan bekerja sendiri membuat ramuan. Bukan masalah bagi Draco. Bahkan, begitu lebih baik karena konsentrasinya tidak akan terganggu oleh rekan kerja yang tidak kompeten. Seperti Potter. Draco mengecek siapa pasangan si remaja berambut gelap itu dan dia tidak bisa menahan seringainya saat dia melihat Dean Thomas yang menjadi rekan Potter. Mereka berdua benar-benar payah di pelajaran ramuan.
Saat pelajaran berlangsung, dengan cekatan Draco meramu Tractura Venesia, ramuan tingkat N.E.W.T. Jika boleh berpendapat, Draco pikir seharusnya ramuan itu dikategorikan untuk tingkat ahli ramuan karena ramuan tersebut merupakan satu di antara beberapa ramuan rumit yang pernah diciptakan di jagad Inggris Raya. Yah, sejauh ini. Karena setelah dia menjadi ahli ramuan kelak, Draco akan menciptakan ramuan-ramuan yang lebih rumit.
Setelah meramu selama tepat enam puluh enam menit dan enam detik, kini saatnya mengaduk ramuan dengan menggunakan gerakan dari tongkat sihir. Semoga saja tongkatnya bisa diajak bekerjasama. Dan ternyata demikian. Draco merasa sangat lega. Ketika pandangannya menyapu seisi kelas, mata Draco bertemu dengan mata zamrud Potter. Remaja tersebut segera mengalihkan tatapannya ke kuali ramuannya saat tertangkap basah menatap Draco. Draco mengangkat sebelah alisnya, bertanya-tanya sudah berapa lama Potter menatapnya. Draco memperhatikan Potter beberapa detik sebelum akhirnya dia mengalihkan pandangannya kembali ke kualinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕸𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝕷𝐎𝐕𝐄 [ᴅʀᴀʀʀʏ]
Hayran KurguTekad Draco untuk mendapatkan kembali tongkat sihirnya dari Potter telah membawa mereka kepada hubungan pertemanan yang unik. . . . . 𝗪𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴 :: - Draco × Harry ship - Mature content © 𝘈𝘯𝘵𝘪𝘨𝘳𝘢𝘷𝘪𝘵𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 - 𝘧𝘢𝘯𝘧𝘪𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯...