✧ . ' ❀ , , . ✧ °
ᵐ ᵃ ᵍ ᶦ ᶜ ᵃ ˡ ˡ ᵒ ᵛ ᵉ
ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ ᴛᴇɴ" . * ° . ✱ .
Di pagi hari, Draco bersyukur saat dia terbangun, karena itu berarti suatu saat di tengah malam tadi rasa sakitnya mereda sehingga dia bisa jatuh tertidur. Rasa sakit itu masih ada, tapi Draco bisa menahannya.
Saat sarapan, Potter bergabung dengan Draco di meja Slytherin. Saat sarapan berlangsung, dia meminta Potter untuk memantrai mereka dengan Muffliato sebelum dia meminta ijin pada remaja berambut gelap itu untuk memberitahu McGonagall mengenai rencana mereka untuk memperbaiki tongkat sihir Draco.
Hari Kamis berlalu tanpa insiden untuk Draco. Saat jam makan, Potter bergabung dengannya lagi. Sepertinya remaja yang lebih muda darinya itu masih menghindari teman-temannya.
"Potter!" panggil Draco saat mereka keluar dari rumah kaca. Potter memperlambat langkahnya, menunggu Draco menghampirinya. "Jadi, besok, kan?"
"Yep," Jawab Potter singkat.
Draco mendengar nada tegang pada suara Potter. Dia melihat kakak beradik Weasel dan Granger tidak jauh dari mereka. Draco dan Potter mempercepat langkah mereka.
"Oya, Potter, kau belum memberitahuku tentang peta itu," ucap Draco begitu mereka tiba di halaman depan.
"Oh, itu," Potter menyeringai. "Aku punya ide yang lebih bagus daripada cuma memberitahumu apa itu."
Ketika mereka tiba di ruang santai siswa tahun delapan, seseorang memanggil Potter.
"Harry!" Weaselette memanggil.
Potter berhenti.
"Aku ada di kamar." Draco melihat ke bawah ke wajah Potter, memberi isyarat pada Potter dengan matanya bahwa jika remaja itu ingin Draco tinggal maka Draco akan menemaninya. Potter mengangguk dan Draco berjalan menuju kamarnya. Telinganya menangkap sedikit percakapan Potter dan Weaselette.
"Apa yang akan kau lakukan bersama Malfoy besok?" Weaselette bertanya dengan marah.
"Tidak ada. Hanya…sesuatu," jawab Potter.
"Apa itu alasannya kamu tidak mau pergi bersama kami ke Hogsmeade besok? Karena kamu akan pergi bersama Malfoy siala-"
Draco tidak mendengar lanjutan kata-kata itu setelah dia menutup pintu kamarnya.
Draco meletakkan tasnya di meja belajar dan melepaskan jubahnya. Keinginannya untuk berbaring di kasur tertunda oleh rasa sakit yang kembali melanda lengan kirinya. Draco menggulung lengan kemejanya dan melihat kulitnya memerah seperti terbakar. Rasanya begitu sakit dan panas. Draco menahan diri untuk tidak berteriak kesakitan. Dia berlari menuju kamar mandi dan mengguyur lengan kirinya dengan air dingin. Dinginnya air tidak meredakan rasa sakit namun cukup untuk menyejukkan kulit di sekitarnya.
Sepuluh menit dia berada di kamar mandi. Setelah rasa sakit itu berkurang, Draco menggulung kembali lengan kemejanya.
Ketika dia kembali ke kamarnya, dia mendengar suara ketukan pintu. Draco membuka pintu namun tidak melihat siapapun. Kemudian sesuatu mendorongnya ke belakang dan menutup pintu kamarnya.
"Finite." Bisikan terdengar di dekat Draco dan tiba-tiba Potter muncul. Rupanya remaja itu telah menggunakan mantra Penghilang pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕸𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝕷𝐎𝐕𝐄 [ᴅʀᴀʀʀʏ]
FanfictionTekad Draco untuk mendapatkan kembali tongkat sihirnya dari Potter telah membawa mereka kepada hubungan pertemanan yang unik. . . . . 𝗪𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴 :: - Draco × Harry ship - Mature content © 𝘈𝘯𝘵𝘪𝘨𝘳𝘢𝘷𝘪𝘵𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 - 𝘧𝘢𝘯𝘧𝘪𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯...