6 | Mencoba Sadar

120 15 8
                                    

Safira merangkul lengan Gia saat mereka berjalan bersama menuju sekolah pagi-pagi sekali. Keadaan Kantor Guru belum sepenuhnya ramai, namun sudah ada beberapa orang yang tiba lebih awal seperti mereka berdua.

"Assalamu'alaikum," ujar Gia dan Safira bersamaan.

"Wa'alaikumsalam," balas Guru-guru lain di ruangan itu.

"Ukhti Gia, ada dua orang siswi kelas 10 yang sudah menunggu sejak tadi," ujar Fakhrul menyampaikan.

"Oh, iya Akh Fakhrul, Syukron," balas Gia sambil bergegas meminta kedua siswi itu untuk masuk ke dalam Kantor Guru.

Gia duduk di kursinya setelah mempersilahkan mereka berdua untuk duduk di kursi kosong yang ada di depan mejanya.

"Jadi, kalian mau menyetor pagi ini?" tanya Gia.

"Iya Bu Gia, kami mau menyetor mulai hari ini," jawab Siwi - salah satu siswi kelas 10-3.

"Baiklah, siapa yang mau memulai duluan?" Gia menatap mereka berdua.

"Mirna Bu," tunjuk Siwi.

Gia menatap Mirna seraya tersenyum dari balik niqob-nya.

"Baik Mirna, kita akan mulai  penyetorannya dari surat Al-Fatihah. Semuanya harus lengkap, jadi dimulai dari Al-Fatihah," ujar Gia.

Safira menghentikan pekerjaannya dan menatap ke arah kedua siswi yang tengah menghadap pada Gia. Guru-guru lain pun begitu, mereka terlihat ingin tahu mengenai apa yang dibahas oleh Gia dan kedua siswi itu karena sejak tadi mereka hanya mengatakan mengenai 'penyetoran'.

Mirna bersiap-siap.

"A'uudzu billaahi minas syaitaanirrajiim. Bismillahirrahmannirrahim. Al-ḥamdu lillaahi rabbil-'aalamiin. Ar-raḥmaanir-raḥiim. Maaliki yaumid-diin. Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Ihdinashshiraathal mustaqiim. Shiraathalladziina an'amta 'alaihim ghairil maghdhuubi 'alaihim wa ladhdhaalliin."

Mirna menarik nafas selama beberapa saat. Gia memperhatikan bacaannya dan mendengarkan dengan seksama agar tak ada yang salah.

"Bismillahirrahmannirrahim. Alif laaam miiim. Dzaalikal kitaabu laa raiba fiih, hudal lil muttaqiin. Alladziina yu'minuuna bil ghaibi wa yuqiimuunashshalaata wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun. Walladziina yu'minuina bimaaa ungzila ilaika wa maaa ungzila ming qablik, wa bil aakhirati hum yuuqinuun. Ulaaa'ika 'alaa hudam mir rabbihim wa ulaaa'ika humul mufliḥuun. Innalladziina kafaruu sawaa'un 'alaihim a angdzartahum am lam tungdzirhum laa yu'minuun. Khatamallaahu 'alaa quluubihim wa 'alaa sam'ihim, wa 'alaa abshaarihim gisyaawatuw wa lahum 'adzaabun 'adziim. Wa minannaasi may yaquulu aamannaa billaahi wa bil yaumil aakhiri wa maa hum bimu'miniin. Yukhaadi'uunallaaha walladziina aamanuu, wa maa yakhda'uuna illaa anfusahum wa maa yasy'uruun. fii quluubihim maradhun fa zaadahumullaahu maradhaa, wa lahum 'adzaabun aliimum bimaa kaanuu yakdzibuun. Shadaqallahul 'adzhim."

"Alhamdulillah, sudah bagus dalam pelafalan, juga sudah bagus dalam penempatan harakatnya. Tajwid juga sangat kamu perhatikan sehingga semuanya tepat. Pertahankan ya," saran Gia pada Mirna.

"Baik Bu Gia," balas Mirna, lega.

Fakhrul menatap ke arah Farid setelah memperhatikan semua kegiatan Gia pagi itu. Ia membentang sebuah kertas HVS yang sudah ia beri tulisan menggunakan spidol.

ORANG YANG KAMU TOLAK?

Farid membacanya lalu melihat Fakhrul yang mengacungkan jempolnya sebagai tanda ejekan secara tak langsung. Ia hanya mampu beristighfar dan cepat-cepat berpaling sebelum Fakhrul semakin menjadi-jadi.

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang