20 | Takdir Dari Allah

113 15 7
                                    

Setelah semuanya selesai, Safira masih memeluk Gia dengan erat. Ia begitu lega saat sahabatnya terlepas dari semua fitnah keji yang Sarah hembuskan untuk membuat hidup Gia hancur.

Yuni mendekat pada mereka, Lastri terlihat seperti berusaha menjauhkan Gia dari jangkauan Yuni.

"Neng Gia, Ummi minta maaf ya atas kekasaran yang Ummi lakukan padamu dua hari yang lalu," pinta Yuni.

Gia menatapnya lalu tersenyum dari balik niqob-nya dengan tulus.

"Saya sudah memaafkan Bu. Saya tidak mendendam sama sekali," jawab Gia yang tak lagi memanggil Yuni dengan panggilan Ummi.

Yuni pun ikut tersenyum, ia memeluk Gia dengan erat. Safira dan Lastri hanya bisa menatap mereka dalam diam.

"Mengenai pernikahanmu dengan Fakhrul, Ummi memberikan restu. Kita akan selenggarakan pernikahan itu besok ya, sesuai dengan tanggal yang ada di dalam undangan yang sudah jadi," ujar Yuni.

Fakhrul menundukkan kepalanya dan berharap Gia mengatakan 'iya' dengan cepat.

"Afwan Bu, saya tidak bisa menikah dengan Akh Fakhrul. Lagipula, Ibu sendiri yang sudah mengatakan bahwa Ibu tidak mau memiliki menantu seperti saya. Saya akan wujudkan impian yang sudah Ibu katakan pada saya dua hari yang lalu. Saya tidak akan pernah menikahi Akh Fakhrul," ujar Gia, masih tetap tersenyum dari balik niqob-nya.

"Neng, Ummi nggak bermaksud begitu. Ummi salah karena berkata seperti itu sama kamu, Ummi mohon jangan seperti ini," Yuni gemetar setelah mendengar apa yang Gia katakan.

"Bu, sekali lagi maafkan saya. Saya tidak bisa menikahi Akh Fakhrul."

"Kenapa Ukhti Gia? Semua masih bisa diperbaiki, apa yang membuat Ukhti tidak bisa menikah dengan saya?" tanya Fakhrul yang akhirnya ikut buka suara.

"Saya tidak ingin mengambil resiko. Di masa depan kita tak pernah bisa tahu bagaimana jalan yang akan kita lalui. Jika suatu saat nanti ada lagi fitnah yang datang pada saya, dan saat itu saya sudah terikat pada Akh Fakhrul, maka sudah jelas apa yang akan terjadi. Saya akan kembali ditinggalkan, hanya karena kalian tidak ingin merasa malu atas fitnah yang datang pada saya," jawab Gia.

"Saya setuju dengan Ukhti Gia," ujar Wahyu yang sejak tadi mendengarkan perdebatan itu.

Ismail duduk di samping Wahyu dan meminum teh bersama sejak tadi. Mereka hanya menyaksikan saja yang terjadi saat itu.

"Syukron Akh Wahyu atas dukungannya," ucap Gia.

Gia pun kembali fokus pada Yuni.

"Jadi demikianlah, atas pertimbangan itu saya tidak bisa menikahi Akh Fakhrul."

"Ukhti Gia, tolong beri saya satu kesempatan lagi. Saya janji akan selalu mempercayai Ukhti Gia, apapun yang terjadi," mohon Fakhrul.

"Afwan Akh Fakhrul, saya tetap tidak bisa. Seharusnya jika memang ingin percaya, maka sejak awal kalian sudah percaya bahwa saya tidak akan melakukan hal sekotor itu. Tapi kalian justru berpaling dan meninggalkan saya. Jadi, saya lebih memilih orang yang tetap berada di samping saya untuk mendampingi saya seumur hidup."

"Assalamu'alaikum," Farid datang dengan setumpuk undangan di tangannya.

"Wa'alaikumsalam."

"Abi kenapa lama sekali datangnya?" tanya Gia seraya menatap Farid yang mendekat.

"Abi harus mengelompokkan undangan ini lebih dulu sebelum disebar hari ini Mi. Afwan kalau terlalu lama," jawab Farid sambil meraih jemari Gia yang terulur padanya.

Fakhrul menatap mereka berdua dengan tatapan tak percaya sama sekali. Begitupula dengan Yuni yang sudah jelas shock dengan keadaan saat itu.

"Ada apa ini? Kenapa kalian berdua... ."

Fakhrul tak mampu melanjutkan kata-katanya.

"Iya Akh Fakhrul. Saya sudah menikah dengan Akh Farid. Hanya beberapa jam setelah Ibu Akh Fakhrul menghina saya dan mengatakan bahwa dia tidak menginginkan saya untuk menjadi menantunya. Saya memutuskan menerima khitbah dari Akh Farid dan menikah dengannya hari itu juga," jelas Gia, apa adanya.

"Alhamdulillah, keputusan Ukhti Gia tidak salah! Saya bahagia mendengar kabar ini," ujar Wahyu, mendukung.

"Apanya yang tidak salah Akh Wahyu??? Dia masih terikat dengan saya, karena saya sudah mengkhitbahnya!!!" Fakhrul marah.

"Tidak Akh Fakhrul!!! Ukhti Gia sudah tidak terikat apapun dengan Akh Fakhrul saat memutuskan menerima khitbah dari Akh Farid!!! Ummi Akh Fakhrul sendiri yang sudah memutuskan untuk membuang Ukhti Gia dari hidup Akh Fakhrul, jadi Ukhti Gia tidak melakukan kesalahan apapun ketika menerima khitbah dari Akh Farid. Ingat Akh Fakhrul, kami semua yang ada di rumah Ukhti Gia waktu itu menjadi saksi ketika Ummi Akh Fakhrul memutuskan hubungan kalian, termasuk saya sendiri dan juga kedua Orangtua saya!!!" tegas Safira yang melindungi Gia di balik punggungnya.

Fakhrul pun terdiam di tempatnya berdiri saat itu. Ia merasa dunianya hancur saat itu, sangat hancur! Yuni meraih tangan Fakhrul, namun Fakhrul melepasnya lalu pergi dari sana tanpa mengatakan apapun lagi.

Yuni mengejar langkahnya. Lastri mendekat pada Gia dan Farid.

"Seperti yang Neng Fira katakan, kalian tidak salah ketika memutuskan mengkhitbah dan menerima khitbah. Kalian juga tidak salah karena menikah tanpa sepengetahuan Nak Fakhrul, karena dalam hal ini Nak Fakhrul sudah tidak punya urusan apa-apa lagi terhadap kehidupan Neng Gia," ujar Lastri.

"Jujur saja, saya juga tidak mendukung orang yang plin-plan seperti itu. Saya tidak membicarakan Akh Fakhrul. Akh Fakhrul mungkin tidak seperti itu, tapi karena semua keputusan ada di tangan Ibunya, maka Ukhti Gia berhak merasa ragu-ragu untuk hidup bersanding dengan Akh Fakhrul," ujar Wahyu.

"Dan Alhamdulillah, putri saya tidak salah dalam menentukan pilihan," tambah Ismail.

Farid pun mulai membagikan undangan yang ada di tangannya pada semua Guru-guru yang ada di ruangan itu. Safira menatap Gia dengan senyuman bahagia saat mereka duduk di bangku luar Kantor.

"Alhamdulillah, akhirnya Ukhti Gia benar-benar menemukan kebahagiaan yang terbaik. Ada hikmah yang bisa kita ambil dalam peristiwa kemarin. Seandainya fitnah itu tak terjadi, Ukhti mungkin akan merasa hancur lebih dari sebelumnya," ujar Safira.

"Benar Ukhti Fira, kita memang tak pernah tahu seperti apa sifat manusia yang sebenarnya. Maka dari itu, Allah menunjukkan kepada saya bagaimana sifat sebenarnya yang dimiliki oleh Ibu dari Akh Fakhrul. Dan seperti yang Ukhti Fira katakan, maka saya akan lebih hancur dari sebelumnya jika dia meninggalkan saya setelah terikat dalam pernikahan," Gia benar-benar merenungi hal itu.

"Lagipula mungkin ini juga anugerah dari Allah atas kesabaran Akh Farid selama ini. Dia sudah begitu sabar menerima semua keputusan Ukhti Gia yang lebih memilih menerima khitbah dari Akh Fakhrul. Dia juga mengikhlaskan Ukhti untuk melangsungkan pernikahan dengan Akh Fakhrul tanpa memiliki niat menghalang-halangi sama sekali. Dia mendukung Ukhti Gia dengan sepenuh hatinya karena dia ingin melihat Ukhti Gia bahagia. Tapi Allah lebih menakdirkan dirinya untuk menjadi pendamping Ukhti, dan juga untuk membahagiakan Ukhti."

Safira merangkul Gia dengan erat, Gia bersandar pada pundak sahabatnya dengan nyaman.

"Syukron Ukhti Fira, atas segalanya yang Ukhti berikan untuk saya," ucap Gia.

"Afwan."

* * *

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang