29 | Mengapa Kita?

98 14 25
                                    

Kepala Sekolah benar-benar memperkenalkan Safira pagi itu sebagai Guru baru yang akan mengajar mata pelajaran Fiqih. Fakhrul terdiam di mejanya sambil memikirkan semua kebetulan yang terjadi di antara dirinya dan Safira. Ia pergi dari sekolah yang lama untuk menjauh dari apa yang menjadi luka di hatinya. Tapi entah bagaimana, Allah justru bukan menjauhkan tapi malah semakin mendekatkan mereka berdua dengan pertemuan semalam.

Kini Safira bahkan duduk di seberang mejanya seperti dulu di sekolah lama. Apa yang berubah? Apakah Allah memang tak mau ada yang berubah?

Fakhrul meraih buku absen dan buku panduan untuk mengajar anak-anak di kelas 11. Ia melewati meja yang Safira tempati begitu saja tanpa mengatakan apapun. Safira tahu kalau Fakhrul mungkin tak suka dengan kehadirannya sekarang setelah apa yang pernah terjadi. Namun ia tak bisa berbuat apapun, ia hanya bisa memasrahkan pada Allah jika akhirnya Fakhrul benar-benar membencinya.

Safira membaca satu persatu papan nama di depan pintu kelas untuk menemukan kelas yang dicarinya. Tak lama kemudian, ia akhirnya menemukan kelas itu dan masuk ke sana.

"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh."

"Perkenalkan, nama Ibu Safira Nurul Huda, tapi kalian boleh memanggil Ibu Fira saja. Mulai hari ini Ibu akan mengajari kalian mata pelajaran Fiqih," ujar Safira memperkenalkan diri.

Anak-anak di kelas itu mulai mengeluarkan buku catatan dan alat tulis mereka ke atas meja. Safira pun sudah mempersiapkan materi yang ada di dalam buku panduan miliknya.

"Bismillahirrahmannirrahim, kita akan mulai pelajaran hari ini. Ibu akan memberi kalian materi sambil menjelaskan. Kalian boleh mencatat materinya sambil mendengarkan penjelasan Ibu."

Safira mulai mencatat materi di papan tulis. Anak-anak di kelas itu pun mulai menulis apa yang Safira catat di papan tulis.

"Dhaman dan Kafalah," tutur Safira, "Dhaman adalah suatu ikrar atau lafadz yang disampaikan berupa perkataan atau perbuatan untuk menjanin pelunasan hutang seseorang. Nah, dengan kata lain, kewajiban membayar hutang atau tanggungan berpindah dari orang yang berhutang kepada orang yang menjamin pelunasan hutangnya. Sampai di sini, ada yang ingin ditanyakan lebih dulu sebelum Ibu lanjut menerangkan?" tanya Safira.

Seseorang mengangkat tangannya.

"Apa syaratnya agar seseorang bisa menjamin pelunasan hutang seseorang Bu?"

Safira tersenyum dari balik niqob-nya.

"Pertanyaan yang sangat bagus. Benar sekali, ada syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang Dhaman atau penjamin pelunasan hutang seseorang. Syarat yang pertama adalah adanya penjamin atau yang disebut sebagai dhamin. Tidak akan sah Dhaman kalau tidak ada dhamin."

Safira memberi waktu bagi anak-anak untuk mencatat penjelasannya.

"Syarat yang kedua adalah adanya orang yang dijamin hutangnya atau biasa di sebut madhmun 'anhu. Syarat ketiga adalah adanya penagih yang mendapat jaminan atau biasa disebut madhmun lahu. Syarat keempat sekaligus terakhir yaitu adanya lafadz atau ikrar."

Semuanya begitu serius mencatat di buku masing-masing. Safira berjalan berkeliling sekaligus memeriksa hasil catatan mereka.

"Sekarang kita beralih pada Kafalah," ujar Safira, "Kafalah adalah menanggung atau menjamin seseorang untuk dapat dihadirkan dalam suatu tuntutan hukum di pengadilan pada saat dan tempat yang sudah ditentukan."

Fakhrul terlihat melewati kelas yang tengah Safira ajar. Dia berhenti beberapa saat dan mengirimkan sesuatu pada ponsel milik Safira yang tergeletak di atas meja Guru. Pria itu pun segera berlalu dari halaman depan kelas, Safira berjalan ke depan untuk meraih ponselnya.

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang