EPILOG

219 16 15
                                    

Resepsi pernikahan itu digelar dengan meriah meskipun terpisah antara tamu bagi Ikhwan dan tamu bagi Akhwat. Safira tampak cantik sekali dalam balutan gaun pengantinnya yang sederhana. Kedua mata bening di balik niqob itu selalu memancarkan cahaya paling cantik yang pernah Gia lihat selama hidupnya.

Gia memeluk erat sahabatnya saat datang di acara pernikahan itu. Safira menangis di pelukan Gia tanpa banyak berpikir kalau niqob-nya akan basah oleh airmata.

"Sudah Ukhti Fira, sudah. Semua benar-benar sudah berlalu. Sekarang Ukhti Fira sudah harus memulai hidup yang baru bersama Akh Fakhrul," bujuk Gia.

"Syukron Ukhti Gia. Semua kekuatan yang Ukhti Gia berikan pada saya telah membuat saya ada diposisi ini sekarang," ungkap Safira.

"Tidak Ukhti Fira, semua kekuatan itu berasal dari diri Ukhti Fira sendiri. Ukhti memang tangguh dan selalu memegang kuat prinsip yang Ukhti tanamkan sejak kecil. Itulah yang membawa Ukhti Fira sampai dititik ini, titik di mana akhirnya Ukhti melabuhkan hati pada Ikhwan yang tepat seperti Akh Fakhrul," tutur Gia.

Sekali lagi mereka saling memeluk dengan erat. Farid merangkul Fakhrul yang terlihat begitu berbeda dalam balutan baju pengantin.

"Barakallahu lakum wabaraka 'alaikum Akh Fakhrul. Selamat atas pernikahanmu dengan Akhwat yang shalehah seperti Ukhti Fira. Semoga kalian berdua diberi kebahagiaan yang berlimpah serta diberi keturunan yang shaleh dan shalehah, semoga rumah tangga kalian langgeng sampai akhir hayat nanti. Amiin," do'a Farid untuk Fakhrul.

"Amiin yaa rabbal 'alamiin. Syukron Akh Farid, dan afwan karena saya pernah tidak menghadiri resepsi pernikahanmu dan Ukhti Gia hanya karena saya merasa marah pada takdir Allah. Saya sangat menyesalinya sekarang," balas Fakhrul dengan tulus.

"Lupakan saja Akh Fakhrul, kita semua hanya manusia biasa yang tidak pernah tahu bagaimana Allah menakdirkan sesuatu dalam hidup kita. Kita bisa khilaf, kita bisa berbuat salah, itulah sebabnya Allah selalu mengingatkan kita untuk selalu bertaubat setiap saat," ujar Farid.

"Syukron Akh, syukron," Fakhrul memeluk Farid dengan erat.

Wahyu naik ke atas pelaminan tunggal itu dan memeluk Fakhrul dengan sangat erat setelah Farid melepaskan pelukannya.

"Barakallahu lakum wabaraka 'alaikum Akh Fakhrul. Barakallah. Jangan kabur-kabur lagi, jangan egois lagi, jangan mudah menyerah atas masalah yang datang ke dalam hidupmu. Saat ini kamu tidak lagi hidup sendiri, kamu sudah hidup berdua dalam menjalani biduk rumah tangga bersama Ukhti Fira. Jaga dia dengan hati-hati, nasehati jika dia salah, beri dia pemahaman yang baik, dan tuntun dia menuju jannah-Nya," Wahyu memberi nasehat pada Fakhrul.

"Syukron Akh Wahyu, syukron. Saya sangat menghargai sekali semua nasehat yang Akh Wahyu berikan kepada saya di saat sulit. Saya sangat bersyukur bisa mengenal Akh Wahyu, sehingga jalan yang saya lalui akhirnya bisa sampai di saat ini bersama istri saya," ungkap Fakhrul.

"Berterima kasihlah pada Allah. Allah adalah segala pemilik kehendak dan takdir yang baik dalam kehidupan kita. Kita bisa saling mengenal karena Allah sudah menakdirkan demikian. Insya Allah, sekarang Allah juga akan memberikan takdir terbaik untukmu dan Ukhti Fira dalam ikatan pernikahan yang sakral ini. Ingat, kamu tidak boleh mengeluh pada manusia manapun termasuk istrimu jika ada masalah. Kamu hanya boleh mengeluh pada Allah, karena hanya Allah satu-satunya yang tidak akan menghakimi keluhanmu," pesan Wahyu.

"Insya Allah Akh Wahyu, Insya Allah akan saya jalani semua pesan yang Akh Wahyu berikan untuk saya," balas Fakhrul.

Malam itu semua berjalan dengan sangat baik, semua penuh dengan kebahagiaan, termasuk hati milik Safira dan Fakhrul.

'Allah tidak akan pernah meninggalkan kita, jika kita tidak meninggalkan jalan-Nya. Allah akan selalu ada untuk kita, jika kita selalu berserah kepada-Nya.'

* * *

(TAMAT)

Extrapart???
Mau???
Oke..., ditunggu ya 😄😄😄

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang