2 | Gamang

138 15 11
                                    

Jam istirahat tiba, semua orang berkumpul di tempat-tempat tertentu sesuka hati mereka. Fakhrul merangkul pundak Farid dan duduk di salah satu meja kantin yang kosong.

"Bagaimana kabarmu Akh? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Fakhrul.

Farid tersenyum.

"Alhamdulillah Akh Fakhrul, saya baik-baik saja," jawab Farid.

"Yakin? Kamu benar-benar baik-baik saja setelah Bu Sarah pergi meninggalkanmu dan menikah dengan Pria lain?" Fakhrul terlihat tidak yakin akan jawaban dari Farid.

"Yakin Akh, saya sudah mengikhlaskan. Saya mungkin memang tidak pantas untuk Bu Sarah, persis seperti yang Bu Sarah katakan sendiri pada saya waktu itu," ujar Farid, seakan sedang mengingat kembali kejadian yang sudah berlalu.

Fakhrul menyodorkan teh hangat untuk Farid saat pesanan makanan mereka datang. Farid menerimanya dan mulai meminumnya pelan-pelan.

"Kamu tidak berada di posisi yang salah Akh, Bu Sarah saja yang penilaiannya terlalu tinggi. Apa yang dia katakan tidak benar sama sekali. Bagi saya, Akh Farid adalah orang baik dan tidak pantas dipandang sebelah mata, apalagi jika harus dinilai hanya dari segi ekonomi," ujar Fakhrul.

Farid terdiam, kedua tangannya kembali dingin seperti waktu itu ketika Sarah menolaknya mentah-mentah di depan banyak orang.

Flashback On

Sarah menatap Farid dengan raut wajah yang tak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya pada Pria itu.

"Begini Pak Farid, sebelumnya saya mohon pengertiannya. Saya tidak bisa menerima lamaran keluarga Pak Farid meskipun semalam Keluarga Bapak datang secara langsung ke rumah Orangtua saya," ujar Sarah di Kantor Guru pagi-pagi sejali.

Fatid terdiam ketika semua orang menatap ke arahnya seakan dia sudah melakukan kesalahan fatal.

"Tolong lah Pak, harusnya Bapak sadar dengan sendirinya kalau Keluarga Bapak tidak setara dengan Keluarga saya! Tidak perlu sampai harus datang ke rumah Orangtua saya! Saya sudah punya calon Suami, dan dia jauh lebih mapan ketimbang Pak Farid! Apa Bapak tidak bisa sadar diri?" Sarah benar-benar tak bisa menahan dirinya untuk tak menghina.

Fakhrul mendekat ke arah Farid.

"Bu Sarah, seharusnya hal seperti ini tidak perlu diperbesar. Bu Sarah.harusnya menjawab secara pribadi saja pada Pak Farid agar tak menjadi tontonan banyak orang seperti ini," saran Fakhrul.

"Jangan ikut campur ya Pak Fakhrul! Ini urusan saya! Saya merasa sangat dipermalukan oleh Pak Farid semalam saat Keluarganya datang begitu saja dan tiba-tiba melamar! Di mana wajah saya ini harus saya simpan? Sekarang semua keluarga saya berpikir kalau selera saya terhadap Pria sangat rendah! Saya dianggap mencoreng nama Keluarga karena berani membawa calon Suami dari kalangan rendah! Siapa yang mau bertanggung jawab?" tantang Sarah, marah.

"Bu Sarah, saya minta maaf. Sebaiknya kita bicarakan hal ini di luar ruangan," bujuk Farid.

"Nggak perlu Pak! Saya tidak mau nama baik dan kehormatan saya tambah tercoreng gara-gara Bapak! Mulai sekarang menjauh dari saya, jangan coba-coba mendekat lagi! Saya tidak akan segan-segan mempermalukan Bapak lebih daripada hari ini jika Pak Farid tidak juga sadar diri!" bentak Sarah.

Wanita itu pun pergi, meninggalkan Farid dengan perasaan hancur dan penuh hinaan.

Flashback Off

"Akh! Akh Farid!" panggil Fakhrul.

Farid pun tersadar dari lamunannya. Ia menatap Fakhrul lalu tersenyum seakan semua baik-baik saja.

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang