1 || Winston Anderston

22 3 2
                                    

***

Sinar mentari pagi mulai muncul di ufuk timur. Indahnya pemandangan ditambah sejuknya hawa dingin membuat pria yang saat ini berada di tepi danau itu menjadi damai. Memperhatikan kabut awan yang mulai menghilang membuatnya tersadar bahwa keindahan kadang menghilangkan penghalang. Pria dengan tinggi 168 cm itu bangkit dari duduknya sambil berkata, "Selamat datang mentari. Semoga hari ini cerah.” Sebuah senyuman tercipta sesaat sebelum ia kembali berlari santai menuju rumahnya.

Winston Anderston membuka sepatu ketika ia sampai di rumahnya. Otot-otot yang mulai terbentuk pada lengannya, karena kebiasaan Winston yang lari maraton setiap pagi membuat siapapun pasti tertarik padanya. Belum lagi wajah yang memang terlihat ramah dan juga menyenangkan. Dengan balutan kulit berwarna putih dan badan yang berisi membuatnya sebagai salah satu pria idaman. Ditambah lagi gayanya yang cool, dengan sebuah liontin biru yang tergantung di lehernya.

Winston masuk kerumah dan mendapati ayahnya dengan setelan jas lengkap yang sedang menggoreng telur di atas sebuah nampan. Rumah yang tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil membuat Winston bisa langsung diarahkan ke dapur. Ia menggerakkan kakinya mendekati sang ayah dengan perlahan tanpa bersuara. Ketika sampai di belakang sang ayah, Winston mengangkat kedua tangannya ke atas dan berteriak, "Baaa!!!.”

Siapa yang tidak akan terkejut jika diteriaki tiba-tiba seperti itu. Paul spontan memegang dadanya. Terasa sekali getarannya begitu hebat.

Walaupun memiliki dada bidang dan juga otot besar, tetap saja hal itu pasti mengejutkannya. Ekspresi wajahnya pun berubah tegang, Winston sampai tertawa terbahak-bahak melihat respon ayahnya itu.

"Kau ini, mau bikin Ayah jantungan?!" Paul masih memegang dadanya.

"Tidak Ayah, cumaa becanda, lagian Ayah…udah dibilangin biar Winston aja yang masak, tapi Ayah masih aja bandel. Lihat Ayah sudah rapi, tapi Ayah masih aja di dapur." Winston berhenti tertawa dan mendekati sang ayah, berniat mengambil nampan untuk menggantikan ayahnya.

"Tidak apa apa. Biar Ayah yang melakukannya. Lebih baik kau mandi dan bersiap, sebentar lagi gurumu akan datang." Paul menolak tawaran Winston.

"Tapi Ayah...." Kalimat Winston terpotong oleh kata kata Paul yang tiba-tiba menyambar.

"Tidak ada tapi tapian. Cepet mandi!" Potong Paul cepat. Ia tersenyum melihat wajah anak semata wayangnya berubah masam. Tapi di dalam hatinya yang paling dalam, ia selalu sedih menatap wajah itu. Wajah yang selalu mengingatkannya pada masa lalu, masa lalu yang entah kapan  bisa diulang atau hanya akan menjadi sebuah kenangan.

****

“Ayo kita mulai belajarnya.” Zeus mengajak Winston.

“Maaf Pak Guru, tunggu sebentar….Ini sedikit lagi, hehehe” Winston menunda sebentar, karena sarapannya masih tersisa sedikit lagi.

“Yasudah, Bapak tunggu di sofa ya?” Ucap Zeus kemudian melangkah menuju sofa.

“Baik pak.” Winston kembali melanjutkan makan paginya secepat yang ia bisa, lalu meletakkan piring kotornya di wastafel dapur.

Winston berlari menuju kamarnya di lantai 2 dan secepat mungkin mengambil buku pelajaran, dan tidak lupa membawa sebuah buku tulis. Dia kembali ke lantai bawah dan menghampiri Zeus yang sedang membaca sebuah buku.

“Sudah siap?” Tanya Zeus.

“Sudah Pak, ayo kita mulai.” Ajak Winston kemudian duduk di lantai yang beralaskan karpet tebal dan hangat dengan tangan yang bersandar pada meja kaca dekat sofa. Ia memulai membuka buku bacaan dan buku tulisnya. Tak lupa sebuah pena di tangannya yang kini siap digoreskan kapan saja.

Zeus mulai menerangkan materi  pelajaran hari ini. Zeus adalah guru private yang didatangkan dari kota, karena Paul dan Winston tinggal di sebuah tempat di tepi danau, mereka tidak memiliki satu tetangga pun. Merekalah penghuni pertama daerah itu. Oleh karena itu, Paul mengirimkan seorang guru belajar agar anaknya tidak kekurangan informasi dan  bisa sekolah dengan layak walaupun hanya dari rumah.

Winston menerima itu dengan senang hati. Ia menyukai sosok guru yang penyayang dan pengertian seperti Zeus. Ketika  Winston mulai bosan dengan pelajarannya, Zeus memiliki cara agar pelajaran itu menjadi sebuah hal yang menyenangkan. Ia terkadang mengubah materi pelajaran menjadi sebuah dongeng, permainan, tebak-tebakan, dan cara lainnya agar Wiston kembali fokus kepada pelajaran. Itu dikarenakan Zeus tau masa lalu keluarga tersebut. Tumbuh besar tanpa seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu ia berniat menghibur Winston agar ia tidak selalu mempertanyakan keberadaan ibunya sekarang. Semenjak Winston kecil, Zeus sudah membantu Paul untuk memebesarkan putranya itu menjadi pribadi yang ceria, humoris, dan pintar.

Ketika selesai belajar, jadwal setelahnya adalah bela diri. Sama seperti Zeus, Bauzi juga didatangkan dari kota untuk melatih Winston seni bela diri. Mereka biasanya akan berlari dari rumah Winston ke arah danau dan berlatih di tepian danau. Bauzi berkata, berlatih di tepian danau lebih merefleksikan diri dan juga bisa melatih konsentrasi. Sekarang ketika Winston sudah mulai berlanjut ke tingkat duel, mereka juga sering latihan di dalam danau. Berkelahi dengan jurus jurus yang sudah diajarkan dengan memperhatikan kebebasan bergerak di dalam air. Ini bertujuan agar Winston tau bagaimana menyesuaikan diri dengan keadaan yang terjadi. Karena tidak selalu mara bahaya itu datang dari arah darat yang terdiri dari lapangan luas. Tidak! Tapi seseorang harus bisa memanfaatkan segala sesuatu di sekitarnya untuk dipergunakan melawan musuhnya. Itulah yang dipelajari Winston dari Bauzi.

Setiap hari setelah rutinitas itu, Winston selalu merasa bosan dan jengah ketika berada di rumahnya sendirian. Ia biasanya akan membaca buku, tidur siang, atau bermain di danau bersama para binatang.

Ia juga suka melukis dan tempat favoritnya untuk melukis adalah tepian danau di bawah pohon oak yang sangat indah. Apa yang ia pikirkan bisa ia salurkan dalam media kertas. Tapi ia tidak pernah tau apa yang makna dari gambarnya.

Seperti sore ini, Ia menggambar sebuah kastil dengan suasana menyeramkan dan gelap. Di lingkungan kastil itu ada sebuah naga besar yang sedang tertidur pulas. Seorang bersayap lebar juga terlihat sedang berdiri di pintu kastil. Yang mana ia sendiri tidak tau kastil itu ada atau tidak, apakah kastil itu nyata atau bukan. Dia cuma melihatnya dalam pikirannya dan ia menggambarkannya. Semua isi buku skecthbook ukuran A6 miliknya dipenuhi gambar gambar yang tidak ada di dunia nyata, hanya ilusi semata menurut orang yang melihatnya.

“Huh, ini apalagi yang ku gambar. Hahaha, ini kastil penyihir jahat?” Winston berbicara sendiri sambil membolak balikkan lukisan yang sudah ia buat.

“Tapi kenapa menyeramkan sekali? Dan ada sebuah naga di kastilnya? Apa arti gambar ini?” ucapnya sambil menebak arti dari gambar itu.

“Yasudahlah.…kenapa aku harus memikirkannya? Biarkan saja. Nanti kalau memang ada artinya pasti akan muncul dengan sendirinya.” Winston meletakkan buku sketchbook disampingnya.

Winston menyandarkan tubuhnya pada pohon oak. Pandangannya jatuh pada air danau yang berombak kecil akibat adanya angin dari gunung di belakangnya. Membuat sedikit suara yang menurut Winston sangat menenangkan. Ia menarik oksigen sampai paru-parunya penuh, lalu ia hembuskan dengan berat. Pemikiran itu datang lagi.

“Ibu, ibu dimana? Kenapa ayah tidak pernah menceritakan tentangmu bu?”

****

Assalamu'alaikum teman, gimana nih ceritanya? Semoga suka yaa...

Thank you for Reading 💫💫

Salam hangat

little_chickee

I'm The Real King In Fairy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang