****
"Apa yang kau lakukan, Winston?!!!" Paul berteriak bertanya.
Winston yang saat itu tidak menyadari kedatangan Paul terkejut, buku yang berada di tangannya jatuh. Suara teriakan Paul membuat Winston membalikkan badan menghadap pintu. Dan memang benar Paul disana.
"Aa-ayah?" Winston panik.
"APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMAR AYAH?! SUDAH BERAPA KALI AYAH BILANG, JANGAN PERNAH MASUK KE KAMAR INI!!!" Paul benar benar marah. Ia melangkah menuju Winston dan menarik kerah bajunya.
"Aa-ayah. Maafkan ku yah, aku cuma...." Kalimat Winston terhenti karena sebuah tamparan mendarat di pipi kirinya. Panas mulai menjalar ke bekas tamparan, darah juga mulai berkumpul di sekitarnya membuat pipi Winston memerah.
Winston memegang pipinya yang mulai terasa sakit. Air matanya sudah mulai menggenang. Dengan ragu, ia mendongakkan wajah melihat sang ayah yang masih penuh dengan amarah. Ia meminta penjelasan dari sikap ayahnya itu.
"AYAH SUDAH BILANG, JANGAN PERNAH BERANI MASUK KESINI!!" Sekali lagi Paul berteriak. Bukan jawaban yang Winston dapat tapi teriakan lagi. Hal itu memancing kemarahan Winston, ia membuka semua kemarahan, kekesalan, dan kekecewaannya selama ini kepada Paul.
"MEMANG ADA APA DISINI, YAH?!! APA YANG AYAH SEMBUNYIKAN DISINI?! AKU KESINI CUMA MAU MENCARI TAU TENTANG MAKHLUK YANG AKU LIHAT DALAM MIMPIKU!!! KENAPA AYAH BISA SEMARAH INI HANYA GARA GARA MASALAH SEPELE INI?!!!" Winston termakan emosi. Ia menepis tangan Paul yang menggenggam kerah bajunya.
"KAU BILANG INI MASALAH SEPELE?!! KAU TIDAK TAU APA YANG SUDAH AYAH LAKUKAN UNTUK MENCARI IBUMU. DAN KAU BILANG INI SEPELE?!!!" Suara Paul tidak kalah kuat dari suara Winston.
"Ibu?! Disaat seperti ini kau membawa bawa ibu?? Hah, lucu sekali!" Winston membuang wajahnya dengan senyum meremehkan.
"WINSTON, JAGA SIKAP MU. KAU TIDAK TAHU..." Paul terhenti, Winston memotong kalimatnya.
"LALU KENAPA KAU TIDAK PERNAH MEMBERITAHUKU??! AKU SUDAH LELAH BERTANYA, TAPI KAU TIDAK PERNAH MENJAWABKU. AKU JUGA INGIN BERTEMU IBUKU. AKU TAU DIA BELUM MATI, AKU MASIH MERASAKAN AURANYA. TAPI KAU TIDAK PERNAH MEMBERIKU KESEMPATAN UNTUK MEMBANTUMU!!!" Winston berhenti sejenak.
"Dan kau juga tidak tahu bagaimana rasanya tumbuh tanpa ada kasih sayang orangtua!" Winston melanjutkan dengan nada yang melemah.
Ia keluar dari kamar Paul dengan amarah, sedangkan Paul terduduk di tepi ranjang, ia merasa ditampar oleh kalimat terakhir Winston. Lagi lagi potongan masa lalu terputar otomatis di otaknya.
"Tolong jaga anak kita baik baik. Beri dia kasih sayang. Dan tolong jangan ceritakan apapun tentangku padanya. Aku mohon."
Kata kata terakhir Luna sebelum mereka berpisah membuat Paul tak berdaya. Ia sudah mengingkari amanah istrinya sendiri. Selama ini ia membesarkan Winston tanpa adanya kedekatan, kasih sayang, dan cinta. Paul telah dibutakan dengan penelitiannya. Penelitian yang tidak pernah menemukan titik ujung. Penelitian agar ia bisa kembali ke dunia penuh kenangan untuk bertemu istrinya sendiri.
****
Winston berlari ke arah danau. Menuju pohon oak yang selalu menjadi tempat favoritnya, meluapkan segala amarahnya disana. Berteriak sekeras yang ia bisa, kemudian terjatuh lemah tak berdaya.
Ia terlentang di atas tanah berhiaskan rumput di bawah pohon oak. Mencari sisa kebahagiaan dalam hatinya, namun nihil, tak tersisa sedikitpun. Saat itulah ia putus asa. Ia membawa tangannya ke atas wajahnya, menyembunyikan mata yang kini mulai berair dengan lengannya, dan berkata pada diri sendiri, "Ini bodoh. Ini sia sia. Ini tidak ada gunanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Real King In Fairy World
FantasyPencarian atas sosok ibu yang dilakukan Winston belum menemukan titik temu. Teka teki masih terlihat samar. Ia masih saja terjebak dalam petualangan menjelajahi dunia penuh sihir yang berbeda dimensi dengan dunia manusia. Apa yang akan terjadi pada...