Seorang pria yang menghina fakta
tak berhak membenci dan berduka
saat gadis fiksi miliknya
memilih tuk masuk ke dunia nyata.-
Dunia nyata
– mimpi terburuknya –
menjadi nyata
dengan runtuhnya mimpi;
dunianya.-
Maka dalam luka dan duka,
ia bertanya:
"Akankah selamanya aku
menatap asap,
diterangi gelap,
diramaikan sunyi,
ditemani sepi,
dihangatkan dingin,
dikejar ingin,
dihibur duka,
dilengkapi hampa?"-
"Bodoh.
Kamu tak perlu begitu"
kata si gadis fiksi.
"Kamu pikir, untuk apa aku memilih masuk ke dunia nyata ini?"-
"Untuk menipuku lagi?"
Gadis itu kini tersenyum;
dan karenanya, si pria juga.
Meski dunia nyata makin nyata,
dan mimpi makin runtuh.-
"Ayo kita pergi."
kata si gadis fiksi.
"Aku tau kamu tau,
duniamu semu
dan tanpa tamu.
Haruskah tetap menetap?"-
...
-
"Maaf,
Aku tidak tau dunia lain
selain di sini.
Duniaku semu, tapi
ini dunia yang kupilih dulu.
Jadi biarlah aku disini;
terjebak dalam labirin
yang kubuat sendiri."-
Lalu mereka hidup bahagia selamanya.
Meski tak bersama.
--Depok, Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Wana
PoetryKumpulan permainan kata. Buka di desktop untuk tata letak yang lebih baik.