07

304 51 17
                                    

Disaat semua orang bebas menceritakan semuanya di dalam rumah. Lain halnya dengan saya yang harus merasakan ketakutan terlebih dahulu.





____________________

TUJUH
____________________

Hari ini para anggota bardolf berkisaran 250 anggota tengah berkumpul di WABIR (Warung biru) berada di sebelah basecamp. Biasanya jika mereka ingin merokok atau meminum kopi mereka akan berpindah lapak dari basecamp menuju warung bewarna biru yang halamannya cukup luas untuk banyak orang.

"Bun... Bun mie ayam punya saya mana?" teriak David kelaparan. Bunda adalah sebutan para anak anggota bardolf pada pemilik warung.

Wanita paruh baya berjalan terpogoh ke arah meja makan David sambil membawa pesanan mereka. "Ini nak, udah lapar banget ya?"

Brandon terkekeh. "Emang perut karet dia bun, tadi di kelas cemilan cewek-cewek dia yang ngabisin."

"Ceweknya rela?" tanya Arthur.

"Kagak, Thur. Dia sembunyi-sembunyi makannya. Terus pas lagi pada nyariin, dia juga ikut nyari," jelas Elina mengingat kejadian yang sering terjadi di kelas.

"Lo gak takut di serang apa, Dav?" tanya Lucas.

"Belum tau rasanya di serang cewek," ujar Daniel.

"Sans... Selama mereka gak tau gue aman. Makanya jangan kasih tau," kata David tersenyum sumringah.

Pemilik warung tersebut tertawa. "Ada-ada aja kelakuannya. Kalau gitu bunda masuk dulu ke dalam ya mau siapin pesanan yang lain."

"Okay bun...," seru semuanya.

"Sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Gue dengar ada rapat orang tua?" tanya David seraya mengaduk indomie yang baru saja di pesan.

"Iya, Dav. Kayaknya ayah gue deh yang datang," ujar Elina.

"Gue juga," ujar Daniel.

"Gue dua-duanya ajalah," ujar David.

"Lo sama siapa?" tanya David pada Lucas.

"Ibu gue."

"Lo Brand?"

Brandon meneguk ludahnya susah payah. Yang jelas Brandon tidak tau, kedua orang tuanya kini tengah sibuk dengan urusannya masing-masing. Kalaupun ada di rumah pasti di gunakan untuk bertengkar menyalahkan satu sama lain.

"Brand?" panggil Elina menyadarkan Brandon dari lamunannya.

"Gue gak tau, gue belum nanya ke mereka berdua," balas Brandon tersenyum singkat.

"Jadi lo enak banget kayaknya," ujar David.

"Enak gimana?" tanya Brandon tak paham.

"Enaklah. Anak orang kaya," ujar David menggebu-gebu.

"Kaya gak menentukan hidup bahagia," kata Brandon pada David. "Gue bahagia ya karena keluarga gue lengkap, terus damai," ujar Brandon berbohong. Saat mengucapkan damai seperti ada yang mengganjal di hatinya.

"Lo beruntung, Brand. Sedangkan gue bayar SPP aja nunggak terus. Gue kadang gak enak sama orang tua gue," curhat Daniel.

"Iya gue beruntung punya mereka," balas Brandon memaksakan senyumnya. "Lo gak perlu sedih, Dan. Nanti saat lo lulus, gantian lo yang bekerja keras untuk mereka."

"Pasti," jawab Daniel.

***

Sepulang dari Wabir Brandon masih memikirkan apa yang tadi mereka bahas dimana para guru akan mengadakan rapat orang tua.

BRANDOLF [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang