12

179 25 3
                                    

Hal yang paling gue takutin adalah gue kehilangan orang-orang yang selalu ada untuk gue karena cuma mereka yang gue punya.




___________________

DUA BELAS
___________________

"Buset, baru aja di omongin, udah cari masalah aja tuh anak," seru David menggebu-gebu. Mendapatkan pesan itu Brandon langsung memberitahukan kepada semua anggotanya agar mereka lebih berhati-hati lagi.

"Menurut lo rencana apa yang mereka bikin?" tanya Lucas.

"Gue gak tau, gue gak bisa nebak," balas Brandon terus meremas handphone-nya. "Gue yakin kita semua lagi diincar sama mereka, yang artinya kita dalam bahaya."

Daniel menghela napas cukup panjang mendengarnya. "Yang selalu jadi permasalahannya, mereka selalu bawa senjata yang bisa bikin kita kehilangan nyawa."

"Namanya juga pengecut, mana berani tangan kosong," ujar Arthur. "Bahkan pakai senjatapun mereka selalu kalahkan."

"Mereka punya seribu cara untuk bubarin, bardolf," kata Brandon menyuarakan pendapatnya. "Intinya kita harus hati-hati, meskipun mereka sering kalah, bisa aja kita yang kalah kali ini."

"Jangan bilang gitu lah," protes David. "Kita harus yakin, kita menang."

"Apa yang di bilang Brandon ada benarnya juga," seru Lucas setuju. "Di hari-hari sebelumnya mereka kalah, pasti mereka cari cara yang lebih lagi untuk kalahin kita," terang Lucas.

"Yap," angguk Arthur. "Apa lagi mereka nyerang selalu dadakan."

"Brandon, lo harus kasih tau yang lain biar lebih waspada," ujar Daniel memperingati di balas anggukan oleh Brandon.

****

Sepulang dari basecamp, Brandon langsung membersihkan diri. Air dingin dari shower sedikit mengurangi pening dikepalanya. Jujur saja selama perjalanan pulang Brandon takut, bukan takut di serang, tapi Brandon takut teman-temannya lah yang menjadi sasaran.

Leon tidak pernah bermain-main atas ucapannya. Pesan tadi adalah peringatan yang patut di waspadai.

Setelah dirasa cukup, Brandon mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Pria itu menggunakan kaos hitam pendek dan celana boxer pendek, agar leluasa saat beristirahat.

Brandon terus menatap pesan yang tadi ia dapatkan dari Leon.

"Dasar pengecut," umpatnya melempar hpnya kesembarangan tempat.

Tok... Tok... Tok

"Bang?" Suara panggilan itu tak asing bagi Brandon dan berhasil meredamkan emosi Brandon. Juwita, ya itu suara adik perempuan satu-satunya. "Udah pulang?" Gadis itu membuka pintu kamar Brandon.

"Hmmm."

"Hp lo kok ada di lantai?" tanya Juwita bingung dan mengambilnya lalu di kembalikan kepada sang pemilik.

"Biggest," ujar Brandon, membuat Juwita mengerutkan keningnya.

"Kenapa lagi mereka? Lo gak di apa-apain, kan?!" tanya Juwita panik.

"Enggak," balas Brandon tenang. "Gue gapapa."

"Terus maksud lo tadi apa?"

BRANDOLF [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang