|| Ten - Meet ||

361 21 1
                                    


Jaehyun berjalan menuju kamarnya, hari ini lelah sekali padahal seharian ia hanya duduk santai diatas kursi kerjanya. Hanya ada 1 meeting itupun tidak sampai 3 jam karena yang dibahas memang sedikit mudah.

Jaehyun terbilang anak yang sudah mandiri dari kecil, semenjak kelahiran jisung ia tak mau membebani orang tuanya. Cukup jisung saja yang menjadi beban keluarga dulu. Menyusahkan memang.

Saat kecil dulu, jaehyun sering di klaim sebagai anak tetangganya-kim seulgi-padahal bukan. Kadang jaehyun sering dihasut oleh tetangganya untuk menjadi anaknya namun jaehyun menolak. Menyesatkan.

Jaehyun tidak bodoh, walaupun ia masih kecil ia tergolong anak-anak yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Buktinya dulu saat kelas 3 SD ia sedang ujian matematika, sang guru memberi soal kepada jaehyun dan jaehyun langsung mengerjakannya tanpa hambatan.

Beberapa menit kemudian setelah jaehyun menyelesaikan soalnya, ada seorang siswi yang mengadu ke guru kalau soal ujian matematika ini milik kelas 6 SD. Sang guru hendak menarik soalnya kembali namun jaehyun protes karena ia sudah mengerjakannya.

Sang guru mengambil jawaban jaehyun dan mulai mengoreksinya. Ini tidak mungkin. Apa ini sungguhan? Jawaban jaehyun benar semua. Padahal jaehyun kelas 3 dan mengisi soal kelas 6. Daebak!

Mulai dari situ lah jaehyun selalu diikutkan dalam kegiatan olimpiade matematika dan sejenisnya. Sebenarnya jaehyun sangat malas untuk sekedar mengikuti lomba seperti itu. Namun ia juga harus bisa membanggakan kedua orang tuanya.

"Jaehyun, kau sudah pulang?" tanya nyonya jung.

"Seperti yang kau lihat, bun." jaehyun melepaskan dasinya yang seharian mencekik lehernya.

"Sudah makan malam?"

"Sudah di kantor."

"Tumben. Dengan siapa?"

"Tzuyu."

Nyonya jung mengernyitkan dahinya. "Siapamu?"

"Hanya sekretarisku, bunda."

"Setelah mandi, kunjungi bunda di taman belakang. Ada yang bunda ingin bicarakan denganmu." ucap nyonya jung final lalu ia keluar dari kamar jaehyun.

Jaehyun hanya mengangguk pelan.

"Lelah sekali." gumamnya sambil merebahkan dirinya di kasur.

"Apa yang ingin bunda bicarakan?"

.

.

.

.

Jaehyun keluar kamar dan langsung menuju kamar orang tuanya. Ia tak tau apa yang akan di bicarakan nanti. Semoga saja bukan hal aneh.

Cklekk

"Bun?"

"Masuk jae." jaehyun pun masuk menghampiri sang bunda yang terduduk di pinggir kasur.

"Ada apa?"

Nyonya jung menghela nafasnya pelan. "Tentang perjodohanmu dengan bella."

Sudah jaehyun duga akan membahas ini. "Kenapa? Bella tidak setuju?"

"Bunda tidak tau. Tapi kamu harus tetap menikah dengan bella, jae."

Jaehyun tersenyum. "Pasti, bun. Apapun yang buat bunda senang pasti jaehyun lakuin."

Kedua insan itu terkekeh pelan. Sedangkan satu lelaki yang sedang menguping pembicaraan dua insan itu hanya berdecih.

"Cih! Jadi kamu akan menikah dengan sahabatku? Awas saja kalau kau menyakiti bella. Bisa habis nyawamu ditanganku." ucap jisung dan langsung berlalu dari sana.

Unpredictable | JJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang