Happy reading:)
Katanya masa lalu itu
tidak untuk dikenang,
juga tidak untuk dilupakan.
Tapi bagi gue, masa lalu
itu harus dihapuskan.
~Anggara Zardi***
Selamat tinggal masa lalu, selamat datang masa depan. Hidup paling sempurna adalah saat kita tidak pernah merasa kesepian, kekurangan, dan juga mengeluh.
Mungkin semua itu ada pada Angga yang sekarang. Sedangkan Angga yang dulu, sudah mati.
Bagi Angga, masa lalu kelam itu harus dia lupakan sampai akar-akarnya. Angga tahu, tanpa masa lalu hidup manusia itu tidak akan sempurna. Karena jika ada masa depan, pasti ada masa lalu.
Walau begitu, Angga tidak peduli. This is his life. Siapapun yang membuat Angga merasa terganggu, harus segera Angga tumpas hingga bersih.
Anggara Zardi, seorang remaja SMA yang menyandang nama keluarga Kusuma dibelakangnya. Dia satu-satunya ahli waris keluarganya saat ini.
Sejak kedua orang tuanya meninggal, Angga merasa hidupnya lebih bahagia. Kejam? Angga memang kejam, sadis, dan bengis. Semua itu Angga dapat dari didikan kedua orang tuanya yang menyebalkan.
"Angga." panggil Hellen pada cucunya. Angga menengok ketempat dimana Neneknya berada. "Dia siapa?" sambungnya bertanya ketika mendapati cucunya menggendong seorang perempuan yang sedang tidak sadarkan diri.
"Nanti Angga jelaskan, Nek." ujar Angga lalu membawa gadis itu menaiki tangga menuju ke kamar Angga.
Ceklek!
Kamar Angga sangat berantakan ternyata. Banyak barang-barang berserakan dilantai juga.
Terpaksa Angga meletakkan tubuh gadis mungil itu disofa terlebih dahulu sembari Angga merapikan kamarnya.
Jika ditanya apakah rumah bak istana ini tidak memiliki satupun pembantu? Jawabannya punya, tetapi Angga tidak pernah membiarkan mereka masuk ke kamar Angga.
Ada banyak rahasia dikamar Angga. Bahkan, Nenek dan Kakeknya saja tidak di izinkan untuk sekadar masuk ke kamar Angga.
"Haaaaaaaaah..." Akhirnya semua rapi kembali seperti sedia kala. "Capek bersihin kamar segede ini, padahal udah biasa." cicit Angga mengeluh lalu menidurkan tubuh gadis itu diatas kasurnya.
Ingat! Pikirannya jangan traveling dulu. Angga hanya ingin membantu gadis itu, tidak untuk yang lainnya.
Bagaimana ini? Angga harus mengganti seragam cewek itu yang basah kuyub dengan baju kering agar cewek diatas kasurnya itu tidak masuk angin karena kedinginan.
"Oh iya, namanya siapa, ya?" tanya Angga. Bukan penasaran sih, hanya ingin tahu saja.
Soalnya, jika Angga tidak tahu siapa nama orang yang dia tolong, bagaimana dia bisa menagih balas budinya?
Bukan Angga saja orang yang mengharapkan balas budi didunia ini. Bahkan, banyak orang munafik yang bilangnya tidak usah balas budi tapi masih saja mengharapkan.
Angga melirik badge name yang terjahit rapi diseragam cewek itu. "Auristella G. A." eja Angga membaca nama cewek itu. "Bagus juga namanya." puji Angga singkat.
***
Mata yang tadinya terpejam kini perlahan terbuka lebar. Semakin lebar ketika dia tidak menyadari dimana keberadaannya saat ini.
"Dimana gue? Perasaan ini bukan kamar gue." suara Stella terdengar serak khas bangun tidur.
Banyak poster-poster pemain basket dikamar bernuansa biru laut ini. Sungguh, kamar Stella belum berubah catnya semenjak dia berangkat ke sekolah.
Tunggu sebentar, sekolah? Ngomong-ngomong ini jam berapa? Dan bukannya kemarin Stella berada dibawah hujan, bukan dikamar orang asing seperti ini?
Pertanyaan-pertanyaan heran terlintas dipikiran Stella. Siapa yang membawanya kesini? Berani-beraninya orang itu menolong Stella.
Eh, atau jangan-jangan Stella sedang diculik? Diculik oleh penjual organ manusia? Jahat sekali orang itu.
Ceklek!
Sesegera mungkin Stella memasang kuda-kuda, berjaga-jaga jika orang tersebut akan mengambil ginjal ataupun organ dalam lainnya. Sejauh ini sih belum ada luka bekas sayatan ditubuh Stella, berarti masih aman.
Deg!
Hah? Apaan tuh cowo? Jangan-jangan gue diculik sama pedofil?!
Seorang pria keluar dari kamar mandi. Dia hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah. Sedangkan yang atas dia biarkan terbuka. Tereksposlah dada bidang yang mampu membuat siapapun yang melihatnya terpesona.
Meski demikian, Stella tidak minat sama sekali. Justru Stella mendadak ilfeel dengan makhluk satu yang asing itu.
Kalaupun dia pendo, gue ogah kalo disuruh main sama dia. Jyjyque! Dibayar pun ogah!
Saat cowok itu mulai mendekat kearah Stella, Stella berdoa didalam hatinya agar dijauhkan dari setan terkutuk itu.
Semakin dekat, hingga Stella memejamkan matanya. Berharap agar cowok bejat itu enyah secepatnya dari hadapan Stella.
"Hahahahaha ngapain lo merem!" derai tawa memenuhi kamar itu. "Lo udah sadar?" tanyanya sambil menahan tawa.
Mata Stella terbuka, Stella menyorot cowok itu dengan tatapan tajamnya. Ditatap seperti itu, cowok itu berakting seakan dirinya takut.
"Hiiiiiii takut deh gue, Aur."
What? Wait!!! Barusan dia manggil Stella dengan apa? Aur? Stella tidak salah dengar? Dasar cowok sialan!
"BANGSAT!" umpat Stella kasar.
Stella memang seperti itu. Dia sering tidak tahan dengan spesies cowok menyebalkan seperti orang yang sedang menertawakannya itu.
"Angga." kata Angga memperkenalkan diri. "Lo Auristella kan? Aur? Atau Ristell? Atau Stella? Atau Risol? Atau Risoles? Atau Paseo?" tanyanya diiringi tawa yang menyebalkan.
Kesan pertama ketemu Angga itu menyebalkan, julid, walaupun dia friendly sih. Padahal baru ini Stella bertemu dengan Angga.
"Dek, kesan pertama ketemu kakak kelas kaya gue tuh apa sih?" tanya Angga tiba-tiba.
Sontak, mata Stella terbelalak. Apa kata Angga barusan? Kakak kelas? Dan dia manggil Stella dengan sebutan 'Dek'?
***
Salam sayang,
Chyni_Ar
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELLA (LENGKAP)
RomanceAku suka novel, suka cokelat, dan juga suka kamu. ~ ~ Diantara beribu bintang dilangit yang membentang, hanya kamu seorang yang mampu membuatku terang benderang. ~ Diatas laut yang terhempas luas, hanya ada aku satu-satunya orang yang dapat membuatm...