Happy reading:)
Cogan rata-rata
udah punya pawang.
Kalo mau, yang manis,
banyak malahan.
~Auristella Grizelle***
Mau berapa jam lagi pertandingan ini selesai? Males banget Stella harus melawan Angga lama-lama. Lihat mukanya aja udah enek.
"Udah lo kalah aja." ujar Stella sombong. Habis mau gimana lagi, Stella lelah jika harus bermain basket lama begini.
Pada taruhan kali ini, Stella mengerahkan semua tenaganya. Biar saja dia pingsan atau apa nantinya, yang penting bisa menang.
Lumayan kan kalau menang. Stella bisa mengajukan dua permintaan, sekaligus bisa mempermalukan Angga.
Angga mendekatkan tubuhnya kearah Stella. "Skor kita dua sama, ya. Dan gue yang bakal kalahin lo." bisik Angga lalu merebut bola basket yang ada ditangan Stella.
Sial! Stella lengah. Dia kembali fokus kembali kedalam pertandingan. Kali ini, Stella harus bisa membobol ring Angga lagi.
Sekuat tenaga Stella merebut bola yang ada ditangan Angga, lalu dengan cepat Stella melemparkannya kedalam ring musuh.
Tepat!!! Bola masuk dengan sempurna. Dalam jarak sejauh itu? Bola bisa masuk kedalam ring Angga?
Stella memang benar-benar gadis yang hebat. Sejauh ini, Angga belum bisa menemukan kelemahan Stella.
Semakin kesini, Angga semakin sebal. Bagaimana ini? Stella sulit untuk dikalahkan. Padahal dia hanya seorang cewek SMA, baru kelas sepuluh lagi.
Semua teman-teman klub basket Angga sangat menaruh harapan lebih kepada Angga agar Angga bisa memenangkan taruhan ini.
Saat peluit dibunyikan, sontak, semua penonton bersorak meriah. "SKOR 3-2 UNTUK STELLA!!!! STELLA MENANG MELAWAN SEORANG ANGGA GAESSSSS!!!" seru Wira, sang pembawa acara, menggunakan mikrofon.
Suasana semakin gaduh. Para fans Angga yang kecewa, dan para fans Stella yang bangga karena telah mendukung Stella sepenuhnya.
"Gue bilang juga apa, Stella pasti menang!" heboh Aileen bangga kepada Stella.
Ally, Aileen, Bintang, dan Kaila menghambur kepelukan Stella. Mereka berlima berpelukan.
"Alhamdulillah, gue menang." ucap Stella bersyukur.
Dengan langkah gontai, Stella menghampiri Angga. Stella menatap iba kepada Angga yang tergeletak lemas dipinggir lapangan.
Telunjuk Stella menyentuh dagu Angga, memaksanya untuk menatap Stella. "Makanya, jangan remehin cewek, bosque. Lo juara bertahan, kan? Yang diketahui semua orang sih gitu. Tapi, gue pelatih basket, gimana dong?" seringai Stella puas.
Stella memang pelatih basket dulu waktu SMP. Bahkan, sampai sekarang pun, Stella masih mengajari beberapa teman SMP-nya dulu.
Angga berdecih sinis. "Asal lo tahu, gue ngalah karena lo cewek. Sekarang, apa mau lo?!" kilah Angga masih tidak mau mengakui kekalahannya.
Melihat respon Angga yang demikian, membuat Stella ingin mempermalukan Angga berkali-kali. Orang yang tidak mau mengakui kekalahannya dan membuat alibi-alibi baru, bagi Stella adalah sampah.
"Ntar, gue pikir-pikir dulu deh. Sekalian gue pikirin tawaran lo buat jadi pemain utama basket sekolah kita." putus Stella membuat Angga dan teman-teman basketnya girang.
Ternyata Stella tidak seegois itu. Tapi, masih saja Angga kesal. Kenapa sih dia bisa kalah dengan cewek macam Stella?
***
Hari ini ada apa dengan teman-teman Stella, ya? Kenapa mereka mengirimi chat yang berisikan minta carikan pacar yang tampanlah, pintarlah, inilah, itulah, heran Stella dengan teman-temannya.
Stella saja tidak punya pacar, malah disuruh mencarikan pacar. Jika Stella berniat untuk mencari pacar, pasti Stella akan memikirkan dirinya sendiri terlebih dahulu, baru mencarikan teman-temannya.
Lagi pula, Stella masih ingin menikmati masa single-nya. Stella akan berpacaran jika saatnya sudah tepat.
Bukan hanya itu, Stella juga harus meminta kejelasan pada Gara. Dia harus bertanggung jawab, atau jika tidak, dia harus mengembalikan hati Stella.
Enak saja Stella tidak berpacaran karena Gara, sedangkan Gara? Mungkin pacarnya sudah berserakan dimana-mana.
"Stell." panggil Ally membuat Stella mengalihkan pandangannya. "Lo mau ikut basket, atau enggak, nih?" tanya Ally penasaran.
Stella baru ingat jika dirinya juga harus memikirkan keputusannya untuk ikut basket atau tidak. Jika Stella ikut basket, Stella harus keluar dari salah satu ekstranya.
Yang membuat Stella bimbang itu, Stella harus keluar ekstra yang mana. Tidak mungkin Stella keluar ekstra Pramuka, karena Pramuka masih wajib. Teater juga tidak mungkin, karena dari awal tujuan Stella itu adalah teater. Sedangkan debat bahasa Inggris, lebih tidak mungkin lagi. Dan terakhir Jepang, walaupun Stella tidak niat kesana, tetapi Stella sudah terlanjut nyaman dengan para anggotanya yang ramah.
Stella mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia paling lemah jika disuruh untuk memilih sesuatu yang sekiranya semua baik untuk dirinya sendiri.
Bagaimana ini? Mau tidak mau Stella harus memilih. "Menurut lo, gue harus keluar ekstra apa?" tanya Stella pasrah lalu menatap Ally penuh harap.
Sepertinya Ally juga tidak bisa memilihkan ekstra yang lebih baik untuk Stella. Karena ini juga untuk Stella nantinya. Ally tidak mau sahabatnya ini menyesal atas pilihan Ally.
"Gak tahu ah." jawab Ally ogah-ogahan. Dia tidak mau sahabatnya ini salah langkah karena saran darinya.
"Gak usah dipikirin, deh. Mending kita cuci mata bentar." oceh Aileen yang dihadiahi tatapan tajam oleh Stella dan Ally.
Bukannya ikut berpikir malah mengajak untuk cuci mata. Tahu, kan, cuci mata? Melihat cowok-cowok ganteng yang berlalu-lalang.
"Hayuk, gassss!!!" seru Bintang membuat suasana makin kacau.
Akhirnya, Stella dan Ally setuju, mereka berlima keluar dari kelas X Mipa 1 dan duduk dibangku yang ada dipinggir koridor.
"Heh, Kak." panggil Stella kepada Bintang. "Kenal sama cowok kelas XI IPS 1 yang selalu bareng sama Angga, gak?" sambungnya bertanya.
"Yang mana? Ada dua anak kelas IPS 1 yang bareng Angga mulu."
Tangan Stella menunjuk kearah cowok yang kini sendirian, tidak bersama dengan Angga dan yang lainnya. "Itu, lho."
"Iya, kenal. Namanya Erick. Ada apa nih?" tanya Bintang jahil sembari menaik turunkan alisnya untuk menggoda Stella.
"Biasa, mau ngejalanin misi."
***
Salam sayang,
Chyni_Ar
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELLA (LENGKAP)
RomansaAku suka novel, suka cokelat, dan juga suka kamu. ~ ~ Diantara beribu bintang dilangit yang membentang, hanya kamu seorang yang mampu membuatku terang benderang. ~ Diatas laut yang terhempas luas, hanya ada aku satu-satunya orang yang dapat membuatm...