Happy reading:)
Masalalu itu indah.
Tidak untuk dikenang,
juga tidak untuk dilupakan.
~Auristella Grizelle***
Menatap senja. Duduk berdua. Tangan yang saling terpaut. Lengkungan terbit beriringan dengan canda tawa ria yang selalu hinggap disetiap sudut kota.
Masih saja terngiang kalimat itu. Kalimat yang mampu membuat siapapun terpaku. Terbius. Bahkan membeku dalam pilu.
"Kamu..."
"Kamu..."
Kedua iris mata bening itu saling memandang. Gadis kecil itu langsung memutus kontak mata mereka.
"Ah... Kamu duluan saja." Dengan mata tertuju kebawah, gadis itu memperhatikan jemarinya yang selalu ia mainkan dikala sedang salah tingkah.
Puk! Puk! Puk!
Refleks, gadis dengan surai pirang itu menatap lekat kedua manik mata anak kecil seumurannya itu.
"Apa?" tanyanya tengil seperti biasa.
Bugh!
Satu pukulan mendarat dilengan Gara hingga sang empu mengaduh kesakitan.
"Besok Gara mau pergi jauh. Entah kapan bisa pulang." ujarnya sembari menatap lurus ke langit yang kini telah berubah menjadi hitam dengan beribu cahaya bintang yang mampu membuat mata terperangah.
Seketika raut muka Grizel berubah menjadi pucat pasi. Apa? Dia tidak salah dengar kan? Sungguh! Beribu-ribu bintang seakan jatuh tepat diatas kepalanya.
Grizel tak mampu berucap. Inikah akhir dari ceritanya? Cerita yang telah dia susun serapi mungkin dengan Gara yang saat ini sedang menatap langit.
Ingin sekali Grizel mencegah kepergian Gara. Namun, apalah daya Grizel yang hanya seorang gadis kecil ini. "Maksud Gara apa? Gara bercanda kan? Gara mau ninggalin Grizel?" tanya Grizel sedih.
Gara mengalihkan pandangannya dari bintang sejenak, lalu menatap Grizel tepat diiris matanya.
"Muka Gara kelihatan bercanda? Gara serius." tegasnya membuat nyali Grizel menciut.
Damn! Saat ini tidak hanya bintang yang jatuh tepat dikepalanya, tapi juga benda-benda luar angkasa lainnya, bahkan bulan juga.
Enggak, Gara enggak boleh pergi! Ingin sekali Grizel menyuarakan isi hatinya. Melarang Gara pergi, dan membuat Gara tetap disini menemani Grizel tanpa ada niat untuk meninggalkan satu sama lain.
Grizel tidak mau semuanya terlambat. Dia tidak peduli jika perasaannya hanya dianggap remeh oleh Gara. Grizel tidak peduli.
Sekuat tenaga Grizel mengumpulkan nyalinya yang sedari tadi selalu berhasil dihancurkan secara tidak sengaja oleh Gara.
"Gara, Grizel suka-----"
"Stop! Jangan dilanjutin!" cegah Gara menatap Grizel lekat.
Gara ingin mencari setidaknya setitik kebohongan saja dari mata gadis kecil disebelahnya. Tapi nihil, Gara tidak menemukannya.
"Kenapa?"
"Biar suatu hari nanti Gara yang mulai semuanya." ucap Gara mengakhiri.
Grizel mengangguk mengiyakan.
"GARA!!" teriak seseorang memanggil nama Gara. Merasa namanya dipanggil, Gara menengok.
Ah, ternyata itu orang-orang egois yang saat ini sedang mencari Gara. "Itu orang tua Gara kan?" tanya Grizel membuyarkan lamunan Gara.
Gara mengangguk lesu. "Selamat... tinggal..." Gara beranjak dari tempat duduknya.
Dua kata yang mampu menusuk hati Grizel hingga rasanya dia tidak mampu lagi untuk menahan rasa sesak dihatinya.
"Grizel, jangan nangis!"
Gara mengusap air mata Grizel yang mengalir deras. Setelah itu, Gara pergi meninggalkan Grizel dengan perasaan yang masih tertinggal.
***
"Stella, bangun sayang." seorang wanita muda cantik mengusap puncak kepala Stella dengan lembut.
Secepat kilat, Stella menangkis tangan Mamanya hingga keluar ringisan dari mulut Mamanya.
Sengaja? Iya, Stella sengaja melakukannya. Stella jijik disentuh oleh Zemira.
"Mana Bunda?" tanya Stella kasar.
Apapun yang Stella lakukan itu bukan salahnya sepenuhnya. Salah siapa pagi-pagi buta begini Zemira membangunkan singa yang sedang tidur.
Zemira berusaha untuk tetap menunjukkan fake smile-nya. "Bunda kamu ada di dapur."
"Oh. Ya udah sana pergi!" usir Stella tidak ada sopan-sopannya.
Hah? Buat apa dirinya harus bersikap sopan terhadap Mama tirinya itu? Sangat tidak penting, buang-buang tenaga saja.
Selepas kepergian Zemira dari kamarnya, Stella kembali merebahkan tubuhnya. Menikmati suara jam dinding yang terus berputar setiap detiknya.
Tring!
Dering ponsel membuat Stella kembali tersadar dari lamunannya. Dengan cepat Stella menyambar ponsel yang ia letakkan dinakas semalam.
Alien🙈:
Stella, sekolah euy!!!Alien satu itu memang alarm paginya yang selalu sukses membuat kedua mata Stella terbuka lebar.
Apaan Alien, gue udah
dibangunin sama orang gila tadi.Setelah Stella mengirimkan pesan itu kepada sahabatnya tercinta, Stella beralih menonton story Whatsapp yang selalu ada diponselnya.
Alien🙈:
Nama gue Aileen bukan Alien tau:)
Eh yang bangunin lo pasti
Mama Zemira yak wkwk.Jijik bjirrrr-_-
baca pesan lo manggil
dia dengan sebutan 'Mama'.Stella melemparkan ponselnya keatas tempat tidur lalu masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang sudah lengket ini.
Bukan Stella namanya jika mandi hanya beberapa menit saja. Stella itu bisa mandi berjam-jam saat weekend. Tapi, tidak untuk saat ini. Stella akan menghemat waktu agar dirinya tidak telat berangkat ke sekolah.
Setara, mana mungkin Stella telat dihari pertamanya sekolah. Dan Aileen itu sahabat nemunya dari group chat sekolahnya.
Stella itu bukan anak pindahan, melainkan dia adalah siswa baru SMA Ganesha.
Menyandang status siswa yang polos, Stella itu menyimpan banyak rahasia dihidupnya yang akan dikuak seiring berjalannya cerita ini.
Dan, jangan tertipu sama wajah polosnya itu. Stella adalah perempuan yang sangat jauh dari kata polos. Sebut saja dia anak yang beruntung karena bisa menipu orang dengan wajah polosnya itu.
Stella saat ini sedang butuh mangsa. Dia akan memangsa siapa saja lawan jenisnya yang mampu membuatnya tertarik.
***
Salam sayang,
Chyni_Ar
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELLA (LENGKAP)
RomanceAku suka novel, suka cokelat, dan juga suka kamu. ~ ~ Diantara beribu bintang dilangit yang membentang, hanya kamu seorang yang mampu membuatku terang benderang. ~ Diatas laut yang terhempas luas, hanya ada aku satu-satunya orang yang dapat membuatm...