7-Yuk, Join!

168 14 40
                                    

Happy reading:)

Bukan perihal rasa,
yang tak bisa diutarakan.
Tetapi perihal suara,
yang tak pernah mau bekerja sama.
~Auristella Grizelle

***

Jadwal anak SMA yang baru menginjak kelas sepuluh itu bisa dibilang sangat padat. Memang ini salahnya, mengambil tiga ekstra sekaligus, ditambah satu lagi ekstra wajib yaitu Pramuka.

Jika ditanya semua itu apakah bisa dia lalui tanpa ada hambatan? Jawabannya tentu iya.

Semua ini Stella lakukan semata-mata agar dirinya lupa dengan sosok teman kecilnya yaitu Gara. Bukan apa, Stella itu harus menyibukkan diri agar dia tidak selalu terbayang-bayang oleh masa lalunya.

"Nanti berangkat ektra debat bahasa Inggris, kan?" tanya Ally. Dia itu juga mengambil ekstra debat bahasa Inggris, juga ekstra Jepang.

Awalnya Stella menimang-nimang terlebih dahulu. "Kayanya sih iya. Hari ini gue gak ada kepentingan sih." balas Stella lalu kembali memakan sarapan paginya.

Setiap pagi, Stella dan Aileen selalu datang ke kelas Ally. Tidak lupa dengan Kaila-----anak kelas X IPS 3-----yang kini duduk bersebelahan dengan Aileen.

"Btw, lo gak ada niatan buat ikut basket juga?" tanya Aileen. "Gue lihat skill lo diatas rata-rata, sayang kalo bakat lo gak disalurin." saran Aileen.

"Gak ah, tiga ekstra cukup. Apalagi Pramuka kelas sepuluh masih wajib. Jadi, gue ikut ekstra empat dong. Aishh capek." keluh Stella sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

Aileen itu anak basket. Sebenarnya Stella sudah membujuknya untuk ikut ekstra teater agar Stella ada temannya, eh Aileen tidak mau.

Ada empat ekstra yang Stella ikuti. Pertama Pramuka, karena kelas sepuluh wajib mengikutinya. Kedua teater, kalau ditanya alasannya apa Stella ikut teater, jawabannya pasti agar dia bisa mendapatkan peran antagonis dan bisa memaki-maki orang. Ketiga debat bahasa Inggris, Stella sangat suka bahasa Inggris. Dan yang terakhir, Jepang. Stella sebenarnya tidak ada niat kesana, tetapi karena dia dimasukkan grup ekstra tersebut oleh Bintang, akhirnya Stella mau.

Sedangkan Kaila, bahkan dia tidak tau mau ikut ekstra apa. Entahlah, Stella bingung dengan teman satu SMP-nya dulu itu.

"Gue emang suka banget basket waktu SMP, tapi entah kenapa gue mau fokus sama teater dulu deh." putus Stella yang disetujui oleh teman-temannya.

Mereka berempat memakan bekal yang dibawa dari rumah sendiri-sendiri. Stella yang senang icip-icip, mengambil makanan mereka bertiga tanpa meminta. Jangan heran dengan sikap Stella yang begitu, Stella itu anaknya kalau sudah kenal dekat akan begitu.

"Dasar lo ya kebiasaan!" sergah Ally yang masih saja tidak terima jika makanannya dicuri oleh Stella.

Stella menjulurkan lidahnya mengejek Ally. Seketika ketiga teman Stella berhenti tertawa, lalu memperhatikan Stella dengan intens. "Lidah lo kenapa?"

"Oh ini?" mereka mengangguk. "Kata Bunda, lidah gue kena pisau pas dulu gue lahir, alhasil jadi kaya gini deh." tunjuk Stella pada lidahnya yang terbelah.

***

Istirahat pertama, Ally mengajak Stella ke perpustakaan. Biasalah, mereka kan maniak novel.

Hanya ada Stella dan Ally, sedangkan Aileen dan Kaila menolak mentah-mentah ajakan Stella untuk ke perpus. Katanya Aileen dan Kaila lebih memilih untuk mengisi perut mereka yang sudah berbunyi.

"Eh itu orangnya, Ngga!" tunjuk salah seorang Kakak kelas kepada Stella.

Awalnya Stella acuh, mungkin bukan Stella yang dimaksud Kakak kelas cowok itu.

Beberapa anak cowok menghadang jalan Stella dan Ally. "Apaan nih?" tanya Stella tidak suka.

Sebentar, itu bukannya orang yang menguntit Stella waktu itu saat sedang bermain basket dengan Bintang? Iya, dia orangnya.

Jangan-jangan Kakak kelas itu tidak terima dan ingin balas dendam pada Stella dengan membawa teman-temannya? Atau, mereka ingin memutilasi Stella karena dia murid baru yang kurang ajar?

Bagaimana ini? Stella tidak bisa menghentikan pikiran-pikiran negatif yang sedari tadi muncul diotaknya.

"Mau apa lo?!" tanya Stella saat Kakak kelas itu semakin menyudutkan Stella hingga ketembok.

Dengan sekuat tenaga, Stella mendorong bahu Kakak kelas itu. Apa-apaan ini? Tenaganya sangat kuat. Stella tidak bisa melawan.

Sedangkan Ally? Dia dihadang saat hendak menolong Stella.

Ally tolong gue. Siapapun, tolong kita.

Cowok yang sedari tadi menyudutkan Stella kearah tembok, mendengus sebal. "Lo lupa sama gue?" tanyanya.

Tunggu, bukannya dia itu cowok yang waktu itu membawa Stella kerumahnya? Siapa namanya? Stella lemah kalau urusan ingat-mengingat nama.

"Angga." cowok itu sekan tahu ekspresi Stella yang sedang berusaha untuk mengingat. "Ingatan lo lemah banget." cibir Angga kesal.

Angga tidak terima diperlakukan seperti ini. Dengan mudahnya cewek itu melupakan Angga? Cowok ganteng seantero SMA Ganesha? Yakin?

"Itu karena lo gak penting." ledek Stella memicu tawa teman-teman Angga.

"Diam kalian!" seru Angga membuat teman-temannya berhenti tertawa. "Apa lo bilang?! Gue udah nolongin lo, dan lo?!" rasanya Angga sangat geregetan menghadapi tingkah menyebalkan cewek dihadapannya ini.

Stella mengambil nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya kasar. Ingin sekali Stella menggertak cowok didepannya ini, tetapi Stella harus punya strategi.

Dasi yang melekat indah dileher Angga, Stella tarik hingga muka mereka hanya berjarak beberapa centi saja. "Nama lo Angga, kan?"

"Ngga, gue gak pernah tuh minta bantuan lo. Justru pertolongan lo kemarin itu membuat hidup gue semakin rumit." tajam Stella sembari meraba wajah Angga.

Suara dentuman jantung Stella sepertinya mendadak berubah menjadi keras. Ketahuilah, melakukan hal seperti itu tidaklah mudah. Menggoda seorang Kakak kelas sama saja mencari masalah, tetapi Stella tidak peduli.

Kini giliran Angga yang mendekatkan wajahnya kearah Stella. Stella tidak bisa mundur lagi, dia sudah mepet tembok. "Katanya lo pinter basket, gue butuh balas budi lo. Join klub basket sekarang! Buktiin kalo lo memang hebat, bisa ngalahin juara bertahan kaya gue." tantang Angga.

"Cabut, guys!" seru Angga lalu pergi diikuti teman-temannya.

***

Salam sayang,
Chyni_Ar

AURISTELLA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang