(18) Reunion

411 74 37
                                    

Terima penindasan orang lain bukanlah sifat Eunae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima penindasan orang lain bukanlah sifat Eunae. Meski rasa bersalah akan kematian Jiseok tetap menghinggapinya. Namun, ketidak tahu dirian Park Taeji yang tak menyesali kematian Jiseok, sungguh memuncakkan emosi dalam diri Eunae.

"Lepaskan tangan kotormu, Park Taeji sialan," balas Eunae melawan laki-laki itu.

[1]

Laki-laki itu membulatkan netranya. Ia mendengkus, kagum dan kesal bercampur menjadi satu ketika Eunae akhirnya bersuara. "Hah, suara penuh ego itu, kau memang Eunae."

Namun, tak semudah itu Park Taeji tunduk akan perintah Eunae. Dirinya berbeda dengan Park Taeji setahun lalu yang selalu mengibaskan ekor, menuruti perkataan Eunae demi sepeser uang.

"Aku gak mau. Gimana, tuh?" balas Taeji dengan remeh.

Sebuah cengekeraman tangan di pergelangan Taeji adalah jawaban yang diberikan oleh Eunae. Gadis itu menatapnya tajam sembari mendesis, "Hei, kalau tak mau masuk penjara, jangan menebar kotoran seenaknya, dong! Anjingku saja tahu di mana harus membuang dan mengubur kotorannya."

"Heh, akui saja kalau kau pengecut, jangan jadikan orang lain kaki tanganmu demi menjaga image siswi berprestasi," balas Park Taeji sembari mengeraskan tangannya, membuat bibir Eunae mengerucut dan tak bisa berbicara.

Sebuah tinju melayang ke wajah Park Taeji. Laki-laki itu mengaduh sembari menetralkan pandangannya yang berair. Sementara itu, Eunae membuat jarak lebar dengan mengambil langkah mundur sembari tangannya mengusap kedua pipinya yang sakit.

"Kau pikir aku bisa melindungi orang yang sudah membunuh sahabatku, Kang Jiseok!" seru Eunae, "setelah mendorongnya tuk bunuh diri, sampai sekarang pun kau tak menyesal telah merisaknya? Setidaknya, setidaknya kau harusnya menyesal!" 

Emosi dalam suaranya bercampur menjadi satu. Marah akan betapa dinginnya hati Park Taeji dan sedih ketika mengingat alasan dari kematian Kang Jiseok.

"Saekkiya! Memangnya hanya aku saja yang membunuhnya? Hah!" Park Taeji memperpendek jarak antara dirinya dengan Eunae. Ia memutar bahunya, melentingkan tangan yang menggenggam vas tua, dan melemparkannya pada Eunae. "KAU JUGA, BRENGSEK!"

Sebenarnya mudah bagi Eunae tuk menghindari, ia sudah memprediksi serangan yang akan dilakukan laki-laki itu. Gerakan bahu yang dibuat Park Taeji terlalu lebar, sehingga terlihat begitu jelas bahwa Park Taeji hendak melemparkan vas ke arahnya.  Namun, tubuh Eunar membeku ketika mendengar tuduhan dari Park Taeji. Rasa bersalah dan malulah yang membekunya. Karena ... jika sana ia tak sebrengsek itu dan penuh ego, bisa saja dirinya mencegah kematian Kang Jiseok. 

Gunflower [Lookism!] (ON REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang