7

113 12 0
                                    

Aluna POV...

Pagi ini aku terjaga dengan posisi yang sedikit membuat badan ku pegal. Tentu saja, tidur di sofa yang panjangnya bahkan tak sepanjang tubuhku, walaupun aku terbilang cukup pendek tapi aku tepaksa tidur meringkuk setelah puas menangis.

Menangis?

Hahaha, satu kegiatan itu hampir saja ku musnahkan dalam hidupku. Awal mula aku tidak ingin menangis karena memang ajaran daddy yang dari kecil selalu melarangku bersedih disaat mommy ku dulu sempat di anggap sudah tiada. Tentu melihat aku bersedih menjadikan dua kali lipat lagi kesedihan untuk daddy ku, sudah pasti aku tidak mau hal itu terjadi dan hal itu terus berlanjut hingga aku beranjak remaja.

Aku selalu memantrai diriku sendiri bahwa aku anak yang tangguh, menangis hanyalah lambang kelemahan. Terlebih aku mempunyai tiga adik laki-laki yang harus ku beri contoh yang baik. Untuk itu seumur hidupku yang sudah menginjak di angka 21 tahun ini bisa dikatakan jarang sekali untuk aku bisa menangis.

Pasti kalian bertanya apa aku tidak pernah merasa sakit hati, sedih atau terluka??

Hahaha, come on lah. Aku juga manusia biasa. Tentu pasti ada merasakan kesedihan yang ada dipikiran kalian tersebut. Di khianati? Pernah. Sakit hati karena berantem sama adek-adek? Hampir tiap hari. Gak menang di pertandingan? bukan lagi, atau gak dapet juara kelas? Ah itu sudah hal yang wajar mengingat otak ku yang menengah alias gak pinter-pinter amat.

Apa lagi??? Patah hati karena putus cinta?

Ah ayolah, aku bahkan tidak di bolehkan untuk pacaran oleh daddy ku sebelum aku berumur 17 tahun.
Yaa, mungkin kalian menganggap kisah percintaan ku sedikit buruk. Tapi tidak menurut ku. Walaupun aku tidak di perbolehkan pacaran, tapi daddy selalu memperlakukan ku layaknya sebagai kekasihnya. Untuk itu aku merasa tidak perlu memiliki pacar. Dan... ah ya, selalu ada kak Axel atau uncle Sean yang menjadi tempat bagi aku untuk mendua. Walaupun Axel terkesan sok jual mahal, tapi aku tidak menyerah begitu saja dong.

Ahayyy,,

Sedep gak tuh bisa mendua dengan mudah. Ngehehehe. Sekate-kate lu dah Luna..

Tapi terlepas dari itu semua, sebelum aku menginjak umur dimana aku diperbolehkan untuk pacaran semua hidupku seakan runtuh seketika. Tepat di umurku ke 16, aku mengalami masa terpahit yang bahkan sampai saat ini sulit bagiku melupakan itu semua.

Semenjak itu jugalah aku semakin tidak tahu lagi caranya untuk menangis itu seperti apa. Aku hanya bisa merasakan sesak di dada ku tanpa bisa ku luapkan kesedihan yang terus bersarang.

Ah sudah lah, ceritaku setelah itu tak luput dari mimpi buruk, dan ulah yang kalian sebut dengan 'Nakal'. Yah, karena aku tidak ingin terus terpuruk, jadi aku melampiaskannya dengan hidup bebas.

Jangan mikir aneh-aneh loh ya!
Hidup bebas dalam artian, sering berkelahi, ikut balap liar, jarang pulang ke rumah dan mengisi waktu ku bekerja paruh waktu.

Ya itulah hidupku saat ini. Kalian pasti bertanya kenapa aku memutuskan untuk bekerja? Padahal walaupun daddy ku meninggal dan semua bisnis bahkan rumah mewah yang kami tempati dulu di ambil alih oleh pria bejat yang merupakan dalang dibalik kematian daddy ku, masih ada bisnis mommy yang mungkin bisa dibilang sangat maju bahkan sampai saat ini sudah tersebar luas hingga manca negara. Belum lagi ada oma dan kakekku yang terbilang cukup mampu untuk membiayai kehidupanku dan adik-adikku malah.

Jawabannya simple sih, aku tipe orang yang keras kepala dan ingin terus merasakan hal-hal baru. Sedari kecil dilatih untuk mandiri dan hal itu keterusan hingga saat ini sudah menjadi kebiasaan bagiku.

***

Setelah selesai dengan kegiatan pagi sebelum berangkat ke kampus yang bisa dibilang cukup dengan 10 menit untukku bisa siap dengan semua kegiatan tersebut. Mulai dari 2 menit gosok gigi, 2 menit cuci muka, 4 menit mandi. Berapa menit lagi sisanya?
Ah ya, 2 menit lagi untuk pasang baju. Beres!

The Journey Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang