10

69 11 0
                                    

Liburan akhir pekan yang Aluna bayangkan akan menjadi hari yang menyenangkan dan penuh hiburan untuk nya, terlebih ia pergi bersama semua para sahabat-sahabatnya, seakan sirna sudah.

Aluna merasa menyesal dengan keputusannya membawa Axel ikut serta di liburannya kali ini. Bagaimana tidak? Jika dua cowok yang memiliki kutub berlawanan saling di satukan dalam satu tempat. Tidak akan pernah menyatu tentunya.

Semua ulah dua cowok itu sangat membuat Aluna jengkel. Seperti rebutan memilih kamar tidur yang terdekat, lalu menyiapkan makan untuk Aluna, atau hal-hal kecil yang bahkan itu semua tidak Aluna minta sama sekali.

Jika tidak karena bujukan temannya yang lain, maka Aluna memilih untuk pulang di hari pertamanya berlibur. Tentunya dengan syarat antara kedua cowok tersebut sepakat untuk tidak mengulangi kesalahan mereka.

Di hari kedua mereka nginap memang bisa dibilang keadaan sudah mulai terkendalikan. Antara Axel dan Sam juga sudah mulai melunak dan mencoba untuk akur walau mungkin itu hanyalah kepalsuan belaka.

Berhubung malam ini mereka memutuskan untuk di penginapan saja, karena besok pagi mereka memiliki jadwal untuk bermain arung jeram di sekitar kawasan tak jauh dari penginapan. Kemudian satu ide pun terlintas dari salah satu mereka menantang untuk bermain truth or dare.

"Gak!"

"Setuju!"

Jawaban yang berlawanan dari Axel dan Aluna.

Spontan saja Axel yang mendengar ucapan Aluna menatap penuh arti pada Luna.
"Yaudah tunggu apa lagi? Mana botolnya?"

"Tunggu-"

"Kak Axel kalo takut kebongkar rahasianya ya gak usah main, huh cemen" selak Aluna memotong ucapan Axel serata mengacungkan ibu jarinya dengan posisi terbalik👎.

Axel mengetatkan rahangnya seakan tidak terima dengan ucapan Aluna.
"Oke! Siapa takut"

Lalu permainan pun di mulai. Sejauh ini permainan berlangsung aman-aman saja, bahkan tak jarang Aluna dan para sahabatnya tertawa terbahak-bahak akibat hukuman demi hukuman aneh yang mereka dapati.

Namun hal itu tidak berlaku untuk Axel. Wajah datar nya selalu terpatri dari awal permainan di mulai. Sesekali ia memasang senyum kecil di ujung bibir nya kala melihat Aluna yang sangat menikmati permainan yang menurutnya tidak lah menarik tersebut. Tapi setidaknya dengan melihat wajah bahagia Aluna ia pun sudah ikut bahagia.

Di akhir permainan, semua sepakat untuk mengakhirinya dengan satu hal yang lebih menantang. Dan entah kesialan apa putaran terakhir itu berhenti ke arah Aluna.
"Cium gue" ujar Sam yang ada di samping kanannya.

"Cuma cium lo doang? Pipi kan?" Ujar Aluna tak ingin terlihat tidak sportif. Walaupun rada sableng otaknya, tapi Aluna tetap menjunjung tinggi sportifitas dalam suatu permainan ataupun pertandingan.

"Terserah mau lo dimana"

Semua sahabat cowok tentunya bersemangat mendengar dan menunggu untuk menyaksikan hal tersebut.

Sementara Axel tidak bisa berkomentar hanya bisa menahan dirinya untuk tidak terpancing emosi terhadap Aluna yang dengan mudah berucap seperti itu. Begitu pula dengan Anya, ia hanya bisa terdiam.

Cup.

Tepat di saat Aluna mencium, bukannya mendarat di pipi Sam tapi malah ke sesuatu yang terasa lebih kenyal menurutnya.
Ya, di saat yang bersamaan Sam memalingkan wajahnya hingga posisi bibir nya sejajar dengan bibir Aluna.

"Hoyy! Parah lo sam!"

"Menang banyak lo bangke!"

"Anjir lo Sam, nyari kesempatan banget lo ya"

The Journey Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang