8

95 10 2
                                    

Aluna dengan tergesa-gesa mengemudikan motor sport hitam kesayangannya itu dengan kecepatan layaknya seperti ia tengah mengikuti balapan liar. Tak peduli jika suara klakson bahkan makian dari orang-orang yang melihat aksinya.

Tak berapa lama Aluna pun sampai di tempat tujuan nya dimana kini para sahabatnya Sam, Vito, Niko dan Ammar berada.
"Gimana nih, Al? Kita gak mungkin bisa bawa Sam cepat ke rumah sakit, dari tadi darahnya udah keluar banyak banget" seru Ammar yang kini tengah menutup luka yang ada di perut Sam yang kini tampak terkapar lemah.

"Lo bisa nyetir ngebut kan, Nik?" Tanya Aluna langsung di angguki oleh Niko "Lo bawa mobilnya Sam.
Vito, Ammar bawa motor lo masing-masing. Tapi bantu pindahin Sam ke mobil dulu, cepat!"

"Trus motor lo gimana, Al?" Tanya Vito setelah selesai membawa tubuh Sam ke mobil yang kini di pangku oleh Aluna.

"Diantara lo berdua jemput Anya, buat jemput motor gue. Udah gausah banyak tanya sekarang, cepat Nik!"

Kesal, panik dan sedih tentu kini menyelimuti pikiran Aluna. Beberapa menit yang lalu ia mendapati telfon dari Niko bahwa Sam tumbang ngelawan Chandra and the geng. Saat itu juga Aluna sudah yakin jika sudah berhadapan dengan Chandra, anak banci itu selalu bermain kroyok. Saat itu juga Aluna menyuruh mereka untuk menahan luka akibat tusukan pisau di tubuh Sam dengan kain atau sejenisnya lalu dengan cepat ia menyusul keberadaan Sam setelah di shareloc oleh Niko.

Saat sampai di rumah sakit, Sam langsung di tangani oleh para medis dan salah satu di antara para medis tentunya ada Axel. Aluna juga tidak tahu pasti sebenarnya Axel itu dokter spesialis jantung atau bisa dibilang dokter segala bidang. Pasalnya ia merasa setiap kecelakaan yang menimpa dirinya atau bahkan para sahabatnya, Axel tampak selalu ada dan selalu bisa menanganinya. Ah itu bukan hal penting saat ini.

Keberadaan Axel tentu karena Aluna sendiri yang meminta bantuan padanya sebelum menyusul sahabatnya tadi.

Beberapa menit kemudian semua sahabatnya sudah berkumpul di depan pintu ruang operasi tempat dimana Sam tengah di tangani. Lalu mereka di kejutkan dengan keluarnya Axel dari ruangan itu sendiri.
"Teman kalian kekurangan darah, apa salah satu dari kalian ada bergolongan darah yang sama?"

Saat Aluna hendak menjawab, namun Axel dengan cepat memotong.
"Kalian berempat ikut saya, kecuali kamu" tunjuk Axel ke Aluna di ujung kalimatnya.

"Loh--" Aluna yang ingin protes pun mau tidak mau hanya bisa menghela nafas karena para sahabatnya yang tadi di suruh oleh Axel dengan cepat mengikuti perintah Axel. Entah kenapa Axel selalu bersikap seperti ini. Aluna selalu heran jika ia tengah terlibat dengan masalah para sahabatnya terutama Sam, selalu saja Axel pasang badan agar Aluna tidak terlalu terjerumus didalam keadaan tersebut.

Sedangkan para sahabat Aluna yang sudah tidak asing lagi dengan sikap Axel memilih untuk langsung manut, karena tidak ingin memperpanjang masalah dan tentu ingin sahabatnya dapat tertolong dengan cepat.

Dari ke empat sahabatnya, hanya Vito yang sesuai golongan darahnya. Itu membuat Niko, Ammar dan Anya kembali ke tempat Aluna yang kini tengah menunggu.
"Maaf ya, ini semua terjadi karena gue" ungkap Aluna yang kini menundukkan kepalanya merasa bersalah.

"Gak ada yang salah, Al. Semua ini terjadi karena Sam terlalu gegabah ngambil keputusan buat ngasih pelajaran ke Chandra tanpa pikir panjang" Niko meyakinkan.

"Lagian Sam juga kek gak kenal Chandra aja. Banci satu itu mana bisa kalo gak maen kroyok" timpal Ammar.

"Tapi kan semua awal nya karena gue kan? Coba aja gue gak ladenin tuh cewek sialan kemaren, Sam gak bakal ngasih pelajaran ke Chandra"

"Udah, Al. Sam bakal baik-baik aja buat kita kok"

"Lagian wajar sih Sam lakuin hal itu, gue juga rencana nya mau nyamperin tuh banci biar ngingetin pacar bego nya yang gak ada akhlak. Hanya saja Sam gak ngatur strategi sama-sama. Tuh anak kalo emosi emang gak bisa di lepas sendirian emang"

The Journey Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang