12

68 15 1
                                    

"Komuknya gak enakin banget sih kak? Abis di tolak ama cowok ya?" Tanya Aldo melihat raut wajah Aluna yang sedikit berbeda hari ini.

"Lo kenapa pakek nanya dah? Ya jelas lah! Mana ada cowok yang mau nerima cewek bobrok nya kek begini"

Aluna yang tadinya hanya kalem dan gak berniat untuk melawan adik kembarnya pun memberikan seringai yang membuat Aldo dan Aldi kocar-kacir lari dari ruang keluarga, sebelum kakaknya sempat menyerang. Namun sebelum sempat mengejar si kembar, Aluna lebih tertarik untuk menyambar ponselnya yang kini bergetar.

Setelah menjawab panggilan tersebut Aluna pun pergi ke kamarnya untuk mengambil hoodie yang selalu menjadi jalan pintasnya untuk menutupi tubuhnya yang kini hanya memakai tangktop. Ia terlalu malas hanya untuk mengganti pakaian, karena Aluna tidak terbiasa memakai tangktop atau kaos singlet jika ia memakai baju. Menurutnya terlalu gerah dan terlalu repot untuk sekedar mengganti pakaiannya.

Setelah siap dengan hoodienya, Aluna tak lupa mengikat asal rambut panjangnya agar mempermudahnya untuk memakai helm full face.

***

"Jangan bilang lo hubungi gue cuma buat nemenin lo bikin tugas gini?" Selidik Aluna yang kini sudah berada di sebuah kafe salah satu mall ternama itu.

Anya pun memberikan cengiran kudanya.
"Hehehe, sekali-kali Al. Ah lo mah, apa salahnya juga lo temenin gue"

Aluna menghela nafas jengah.
"Lo salah kalo ngajakin gue Nya! Gue kan bobrok, kagak bisa di ajak soal tugas-tugas beginian"

"Kan gue cuma bilang nemenin, siapa juga yang nyuruh lo bantuin gue coba? Yang ada gue kena nyinyiran dosen gue lagi kalo lo sampe bantuin gue"

"Tuh tau" sahut Aluna yang kini memainkan ponsel pipihnya.

Lama dalam mode diamnya karena fokus dengan tugas, sedangkan Aluna dengan PD tingkat dewa malah mati gaya ber-selfie ria untuk menghilangkan kejenuhannya akhirnya di kejutkan dengan colekan yang Anya berikan di lengan kirinya.

"Apa si Nya? Lo kalo nugas ya nugas aja, jangan ikutin gue ntar gak kelar tuh tugas lo, habis deh kena amuk dosen lo yang terhormat itu" protes Aluna tanpa mengalihkan pandangannya dari kamera ponsel tersebut.

"Iih, lihat sini bentar-"

"Kan lo udah tau gue gak doyan sama tugas-tugas lo Nya, jangan ganggu napa" potong Aluna yang tak henti-hentinya mengubah pose wajahnya.

Muak karena terus di abaikan oleh sahabatnya, Anya pun menarik wajah Aluna ke arah yang ingin ia tunjukkan.
"Noh! Lihat, bukan tugas gue non, tapi itu gebetan lo tercinta lagi dua-duaan sama nenek lampir" ujar Anya yang kini juga melihat ke arah dua insan yang membuat hati Aluna kembali memanas.

Berhubung saat ini kafe tempat Anya dan Aluna kunjungi di kelilingi oleh kaca bening, jadi memudahkan siapapun melihat ke arah luar dan sekitaran mall tersebut.

Melihat perubahan mimik wajah Aluna membuat Anya merasa bersalah sudah memberitahu sahabatnya perihal Axel yang kepergok lagi jalan sama pacarnya.
"Lo sedih ya, Al. Maafin gue ya"

Inilah kehebatan seorang Aluna, ia bisa dibilang seperti bunglon yang dapat dengan cepat menyesuaikan suasana. Seperti saat ini ia sudah kembali ceria, jauh berbanding terbalik dengan ekspresi wajah yang ia tampilkan barusan.

"Selow ah, lo kayak gak kenal gue aja. Udah kebal gue mah digituin, tuh nenek lampir tinggal tunggu aja tanggal mainnya kapan, ya gak?" Ucap Aluna berbohong. Nyatanya sakit dihatinya saat ini membuatnya hampir saja menyerah. Tapi tidak di hadapan sahabatnya.

" Syukur deh kalo lo gak papa. Lo berubah dong Al, padahal lo itu cantik loh. Kalo lo begini terus mah gak bakal ada cowok yang mau deketin elo"

"Bhahaha,, makasih ya atas pujiannya. Sayangnya gue bukan power ranger, yang bisa berubah seperti yang lo bilang, Anya!"

The Journey Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang