26

21 3 0
                                    


Selamat membaca😘

Axel memejamkan matanya sebentar, lalu meletakkan nampan berisikan mangkok bubur ayam serta susu kesukaan Aluna ke atas nakas. Dengan langkah lebarnya Axel menyusul Aluna. Namun kali ini ia kalah cepat dengan langkah Aluna yang lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi lalu mengunci pintu dari dalam.

Axel mengusap wajahnya dengan gusar.

Setelah beberapa menit, akhirnya Aluna keluar dengan tubuh basahnya yang di lilit handuk tak lupa dengan handuk kecil yang membungkus rambut panjangnya yang basah. Ia sempat melirik dengan wajah datar ke arah Axel yang tampak setia menunggunya di ruang wardrobe itu.

Sikap dingin yang Aluna berikan saat ini mampu membuat Axel merasa sedikit canggung olehnya. Axel memilih untuk berdiri dengan punggung bersandar di salah satu lemari besar yang berjejer rapih.

Aluna masih dalam mode diamnya tak segan-segan untuk bertelanjang di hadapan Axel, lalu sibuk memakai pakaiannya satu per satu, gerakan itu bagaikan tontonan sensual yang mampu membuat Axel menelan salivanya dengan susah payah. Kegiatan Aluna tersebut tentu menyiksa suaminya saat ini.

Dan benar saja.

Sejak awal Aluna melepas handuk putih yang melilit di tubuhnya, membuat Axel bersusah payah menahan gejolak untuk tidak menerkam istrinya.

Setelah beberapa detik berlalu, akhirnya Aluna siap dengan pakaiannya. Saat disibukkan dengan rambutnya, Axel memutuskan untuk mendekat.

"Al, dengerin aku dulu" pinta Axel.

"Telat, gue lagi gak mau dengerin apapun dari lo" jawab Aluna yang kini sibuk menyemprotkan vitamin ke rambut coklatnya itu.

"Sayang, kamu salah paham. Semua yang kamu lihat itu gak seperti apa yang ada di pikiran kamu"

"Ck! Pinter banget bikin alasan buat belain perempuan murahan itu" selak Aluna penuh emosi menatap suaminya dari pantulan kaca di hadapannya.

"Aluna! Please, jangan begini terus, kita bisa selesaikan secara baik-baik kan?"

Saat di rasa selesai dengan riasan tipis di wajahnya, Aluna berdiri dari tempat duduk meja riasnya, lalu menghadap ke arah Axel yang masih setia berdiri di belakangnya.
"Jangan begini? Menurut lo respon yang layak buat gue lakukan di situasi kemaren kayak apa emangnya!" Ujarnya menatap tajam pada Axel. "Dulu sebelum nikah, perempuan itu berani cium lo di hadapan gue! Sekarang? Dengan santainya meluk lo di depan gue dan di tempat sepi pula Besok-besok apa? Tidur bareng? Iya? Apa jangan-jangan lo udah tidur sama dia!" Aluna semakin tersulut emosi.

Ah, ayolah.
Di situasi ini bukan saat yang tepat untuk berdebat dengan Aluna. Hormon menstruasi yang menguasai Aluna bisa saja membuat Aluna lepas kontrol terhadap apa yang akan ia bicarakan.

"ALUNA! Jaga ucapan kamu, ya! Kamu pikir aku suami macam apa bisa tidur dengan sembarang perempuan di luar sana?!" Tentu ucapan Aluna membuat Axel tak habis pikir.

"Berani kamu bentak aku sekarang? Demi belain perempuan sialan itu?" Lirih Aluna, dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Al, aku gak lagi belain siapa-siapa disini. Aku cuma-" perkataan Axel terhenti karena Aluna tiba-tiba mengambil langkah cepat untuk meninggalkan kamar, muak dengan semua pembelaan yang dilakukan oleh sang suami, langkah Aluna tak terhenti hingga meninggalkan rumah tersebut tanpa bisa Axel cegah.

The Journey Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang