Kunjungan Keraton Barat 2

28 1 0
                                    

Mahesa meninggalkan ruangan Sekar dengan senyuman. Walaupun hanya sebentar, pertemuannya dengan Sekar membuat hatinya terasa hangat.

"Waluya, bagaimana menurutmu?" tanya Mahesa.

Waluya juga memberi senyuman. Terlihat sekali Mahesa menjadi lebih riang setelah pertemuannya dengan Sekar.

Sepanjang jalan menuju kunjungan selanjutnya, Mahesa terus tersenyum dan membicarakan betapa Sekar sangat manis dengan busa-busa cucian di tangannya atau wajahnya tanpa riasan. Apalagi teh rosella itu.

Kunjungan selanjutnya adalah ke Putri kerajaan seberang, Ashina Shoi.

Waluya dan Mahesa tidak berharap banyak pada Shoi. Shoi seharusnya tidak ada kesempatan menjadi kandidat karena bukan bagian dari Kerajaan Wijaya.

Waluya mengetuk pintu kamar Shoi berkali-kali. Suasana terasa sepi dan hening. Berbeda dengan Sekar yang terdengar sedang bercanda dengan Simbok.

"Mohon Ampun Gusti Raden, Gusti Putri masih terlelap," kata pelayan itu sambil membuka pintunya, terkejut.

Pengeran Mahesa dan Waluya saling berpandangan lalu akhirnya memutuskan untuk berpamitan.

Sebenarnya kunjungan ini memang dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah direncanakan dari jauh-jauh hari. Raden Mahesa sendiri yang mengatur bagaimana caranya untuk menyeleksi para calon istrinya ini. Salah satunya adalah kunjungan dadakannya hari ini.

***

Tujuan Mahesa dan Waluya selanjutnya adalah Ayu Buwana. Ayu Buwana seperti sudah siap sejak pagi karena ia menggunakan pakaian kebangsawanannya lengkap dengan perhiasan dan riasan wajah yang cukup mencolok.

Tidak ada yang meragukan kecantikan Ayu Buwana. Mahesa sebenarnya cukup heran mengapa Ayu Buwana memilih untuk belum menikah dan mengikuti sayembara ini.

"Selamat Pagi, Ayu Buwana. Kau sepagi ini sudah tampak cantik," sapa Mahesa.

Waluya heran. Mahesa sangat jarang menyapa orang lain dan lebih sering disapa. Tapi sejak Mahesa melangkahkan kakinya masuk lebih dahulu ke dalam ruangan, ia nampak aneh.

Mahesa terlihat seperti orang yang sedang kasmaran. Waluya merasa terdapat keanehan. Waluya segera meniupkan mantra yang sudah dirapalkannya untuk melindungi diri Mahesa.

"Oh, Mahesa, kau sudah datang?" jawab Ayu Buwana dengan suara genitnya.

Waluya sangat terkejut. Tidak ada seorang pun yang bisa memanggil Mahesa seenak itu. Ia berharap mantra pelindung diri yang ia ucapkan segera dapat menyadarkan Mahesa dari pengaruh sihir pelet Ayu Buwana.

"Mengapa kau memanggilku Mahesa? Aku adalah seorang Raden dan kau tidak menghargaiku sebagai Raden," ucap Mahesa dengan suara yang meninggi.

Ayu Buwana yang terlihat sangat terkejut dengan respon Mahesa. Ia terdiam, tidak bisa berkutik.

Mahesa langsung meninggalkan ruangan Ayu Buwana tanpa pikir panjang. Waluya bersyukur dalam hati karena masih bisa melindungi Mahesa.

Ia merasa pusing begitu melangkahkan kakinya keluar dari pintu Ayu Buwana. Memilih untuk kembali ke ruangannya sebelum melanjutkan kembali kunjungannya ke Sri Ningsih dan Santika.

"Gusti Raden, apa kau baik-baik saja?" tanya Waluya begitu Mahesa duduk di sofa ruangannya.

"Waluya, apa aku disihir pelet?" Mahesa bertanya sambil menyentuh kepalanya yang masih terasa pusing.

"Kupikir demikian Gusti Raden," jawab Waluya sambil menundukkan kepala.

"Sepertinya Ayu Buwana yang juga menggunakan mantra bau saat itu, astaga ini berbahaya. Hampir saja tadi aku tidak sadarkan diri. Untunglah kau datang bersamaku, Waluya. Terima kasih. Aku akan istirahat sebentar. Kepalaku pusing sekali."

Penobatan Prabu MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang