Seleksi Kedua

10 2 0
                                    

Kerajaan Wijaya membuka pengumuman seleksi kedua sayembara pencarian calon istri Raden Mahesa di pelataran lapangan Kerajaan Wijaya. Semua pejabat dan orang-orang dekat keraton sudah berkumpul. Seleksi ini diperlihatkan untuk umum sehingga dapat dilihat langsung oleh rakyat.

Jika dilakukan di tempat tertutup atau secara tertutup ini bisa membahayakan karena bisa terjadi kesalahan penilaian dan kecurangan.

Keluarga inti keraton telah berpakaian kerjaan resmi lengkap. Di samping kanan Dharma terdapat Mahesa dan garwa padmi*nya. Sementara di kirinya terdapat garwa ampeyan, Raden Amurti dan Sri Ningsih.

Diantara para penonton yang mulai berdatangan, diantaranya adalah orang-orang yang sudah ditunjuk Ki Ageng Mewa untuk membantu bila sewaktu-waktu Raden Mahesa membutuhkan pertolongan yaitu Ranggawuni dan Tombak Hitam.

Dari tujuh orang yang ditunjuk, hanya beberapa yang menetap dan tinggal di tempat yang sudah disediakan Mahesa dekat Keraton Kanoman untuk berjaga-jaga dan membantu Mahesa sewaktu-waktu.

Diantara tujuh orang, yang menetap hanya Ranggawuni dan Si Tombak Hitam. Tentu saja dengan Rara Sekar yang juga menjadi peserta sayembara dan Adipati Lawangsukma selaku pejabat kerajaan.

Selebihnya, mereka kembali ke tempat asal untuk bersiap bila dipanggil kapan saja. Mereka akan datang langsung ke keraton dan tidak akan terlalu jauh dari keraton ketika Kerjaan Wijaya membutuhkan.

Kecuali Ranjana atau Raden Ranjana, ia tetap kembali ke Kerajaan Nawangsari karena tidak bisa meninggalkan posisinya sebagai putra mahkota. Ia tidak diizinkan meninggalkan kerajaannya terlalu lama, sama seperti raden mahkota lainnya. Ranjana berjanji akan membantu menambah pasukan dan bersekutu dengan Kerajaan Wijaya bula pemberontakan itu terjadi.

Ashina Shoi rupanya sudah menyiapkan pedang kembarnya yang terkenal di Kerajaan Chalon. Pedang kembar dengan pegangan ukiran naga yang disebut sebagai naga air dan naga api.

Untuk seleksi kali ini, semua calon istri Mahesa telah bersiap. Ashina Shoi sebenarnya sudah sangat terkenal akan kepemilikan pedang naga kembar. Sri Ningsih juga membawa pedangnya yang terlihat sangat tajam berkilau. Rara Sekar lebih memilih menggunakan panah dibandingkan pedang. Santika juga memilih menggunakan panah.

Tes pertama adalah menumpahkan pasir di dalam karung goni kecil yang terus bergerak dengan alat beladiri yang dipilih oleh masing-masing. Ashina Shoi dan Sri Ningsih terlihat cukup terbiasa memegang pedang dan menggunakannya. Raden Mahesa cukup terkejut dengan kemampuan Sri Ningsih dalam menggunakan pedang.

Rara Sekar menyelesaikan misi membidik karung berisi pasir yang bergerak dengan mudah. Santika menghabiskan lima buah anak panah untuk menumpahkan karung pasir kecil itu. Semuanya dinyatakan lolos.

Tes kedua adalah adu beladiri. Nama masing-masing calon istri Raden Mahesa akan secara acak dipasangkan satu dengan yang lain. Ashina Shoi melawan Rara Sekar dan Sri Ningsih melawan Santika. Mereka akan bertarung satu dengan lainnya tanpa menggunakan senjata apapun, tidak boleh menggunakan tenaga dalam, maupun sihir.

Setiap pukulan akan dihitung sebagai skor dan tidak boleh menyasar kepala dan dada. Pertarungan pertama adalah pertarungan antara Sri Ningsih dan Santika. Santika menyerahkan diri untuk kalah, ia bahkan langsung jongkok dan menyerah sebelum menyerang bertarung. Sri Ningsih menang tanpa perlawanan.

Kedua adalah Rara Sekar melawan Ashina Shoi. Rara Sekar dan Ashina Shoi terlihat cakap dalam beladiri. Mahesa cemas. Walau ia tahu Rara Sekar tidak akan kalah, tapi Ashina Shoi juga bukan lawan yang ringan.

Sebelum memulai, mereka saling berpandangan dengan sengit sebelum Ashina Shoi melancarkan serangannya. Ashina Shoi mencoba menendang dan melayangkan pukulan ke arah Rara Sekar. Rara Sekar dengan lincah selalu menghindari pukulan dan tendangan Ashina Shoi sampai Ashina Shoi terlihat kelelahan karena terlalu banyak menyerang.

Penobatan Prabu MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang