Halaman Persembahan

71 10 0
                                    

"Berapa yang daftar?"

"Dua puluh satu, Bang!" jawab Brandon yang diberi tugas untuk mengurusi perekrutan anggota baru. Nggak tahu kenapa, UKM persma memang sepi peminat, dan yang daftar sekarang emang lebih mending, sih. Bayangin aja, kemarin waktu angkatannya Brandon yang juga angkatan Kinara, cuma sembilan orang yang daftar. Tragic. Itupun yang tersisa cuma tinggal lima orang saja, Brandon, Dira, Kinara, Stef, dan satunya lagi Rangga. Kalau Stef aja jarang ke sekre, apalagi Rangga. Cowok itu hanya beberapa kali datang. Kalau pas acara-acara penting, diskusi, sama rapat redaksi doang.

Entahlah, mungkin juga karena citra UKM mereka yang buruk? Banyak musuhnya, terutama anak-anak BEM sama birokrat kampus. Tapi ya, mereka nggak pernah ambil pusing. Siapa suruh kampus suka bikin kebijakan seenaknya sendiri?

"Dikit amat, dua satu doang! Udah dimasukkin grup semua?"

Brandon mengangguk, "Udah!" jawabnya singkat. Zio bergegas mengambil ponselnya, kemudian mengecek sebuah grup yang isinya anak-anak baru.

"Ada yang bening nggak, Ndon?"

"Liat sendiri aja kenapa, sih? Tapi seinget gue, ada. Anak apa, gue lupa."

Senyum Zio mengembang— yang jujur, itu membuat Kinara, Stef, maupun Dira jadi merasa jijik. "Semua cowok sama aja!"

"Sama gimana?" Brandon menyambar ucapan Kinara. "Udah, nggak usah dipikirin. Maksud Kinar, semua cowok tuh sama aja, sama-sama ganteng maksudnya. Levelnya aja yang bedain, misalnya aja level gue ada di atas lo. Tapi, tenang aja, nggak usah nethink. Menurut Kinara lo udah yang paling ganteng deh, pokoknya. Iya nggak, Kin?"

Kinara berdecak kesal. Seenggak enak itu memang dijadikan bahan bulian, apalagi sama orang-orang macam Zio. "Jangan sampai, sepatu gue melayang di kepala lo ya, Bang!" ancam Kinara yabg sontak membuat semuanya tertawa.

"Coba aja, orang sepatu lo yang ada di deket gue!"

Ah, Kinara lupa kalau Zio duduk di depan pintu, dimana sepatu anak-anak yang ada di dalam ruangan pasti ada di sana.

Sementara itu Brandon diam, tidak lagi merespon kata-kata Zio maupun Kinara lagi. Kayanya saat ini Zio sedang menggantikan perannya sebagai tukang usil yang sedikit-sedikit bakal gangguin Kinara.

"Infoin dong anak-anak, jangan lupa syaratnya terakhir besok, ya."

"Udah!"

"Di kumpulin di sekre!"

"Udah!"

"Jangan lupa pakai pas foto!"

"Udah."

"Yaudah yuk, makan?"

"Udah!"

"Lo beneran udah makan? Bukannya seharian lo jaga stand, ya?"

Kinara sama Brandon emang kebagian jaga stand di hari terakhir. Dan keduanya emang belum makan sejak tadi.

"Cie merhatiin!"

Brandon udah mati-matian nahan senyum gara-gara celetukan Zio barusan. Sementara itu Stef sama Dara udah ketawa ngakak, dua orang itu emang paling hobi deh bahagia di atas penderitaan orang.

"Brandon, kalau mau senyum mah senyum aja, nggak usah pake ditahan segala!" ucap Stef.

"Udah, ah. Kalian semua kenapa, sih? Udah Don, nggak usah didengerin. Mau ikut ke warteg depan, nggak?"

Kenapa sih, Brandon harus dihadapi dua pilihan seperti ini? Kalau dia masih ada di sekre, jujur sebenernya dia laper juga. Tapi berhubung sebelum-sebelumnya Kinara bertanya yang pasti jawabannya "udah" membuat cowok itu jadi bilang udah juga. Tapi ternyata, yang Kinara tanyakan malah melenceng jauh dari dugaan sebelumnya. Di sisi lain, kalau Brandon beneran ikut Kinara makan, nanti anak-anak bakalan tambah membulinya.

Jurnalis KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang