Jealous?

64 10 0
                                    

"Jadi menulis berita itu bisa pakai teknik piramida terbalik, dari bagian yang paling penting sampai yang nggak begitu penting. Ada yang mau ditanyakan?"

Begitu. Hari ini Kinara sok banget jadi pemantik diskusi, tapi ya suatu keharusan. Dan kesalnya, si Brandon dan yang lainnya ketawa-ketawa di belakang. Satu lagi, ini materi cuma bisa ngulang yang sebelumnya, materi yang pernah disampaikan oleh Mas Gandi, salah satu redaktur di surat kabar lokal.

"Enggak, kak!"

Kinara tersenyum, namun sedikit sangsi dengan jawaban adik-adik tingkatnya. Tapi gadis itu mencoba percaya, dan tentang bagaimana hasilnya, dia bakalan tahu kalau sudah eksekusi bikin berita.

"So, kalau semuanya udah paham, berarti besok dateng lagi, kita ada rapat redaksi dan setiap anak wajib buat bawa isu."

Semua mengangguk dan bergegas pulang.

"Wow, pemred kita tahun ini keren, ya!"

Entah itu sebuah pujian atau ejekan, tapi yang jelas Kinara merasa omongan Zio barusan adalah sebuah kalimat sindiran.

"You better shut up, Arzenio!"

Kalaupun ada orang yang ingin Kinara panggil hanya dengan namanya, ya dia adalah Zio. Cowok itu walaupun seniornya, nggak ada cocok-cocoknya buat dipanggil bang.

Zio masih ketawa-ketawa. Ah ya, semakin hari, Zio semakin ngeselin kalau kata Kinara. Bisa nggak sih, cowok itu diam barang sekali saja? Telinga Kinara tuh bisa sakit lama-lama, hanya karena mendengar ocehannya yang kadang memang nggak ada bobotnya.

"Gue mau pulang, besok ada kuliah pagi, bye!"

"Kinara ngambek loh, sana Don, susul!"

Brandon melirik ke arah Zio, "Yang bikin ngambek siapa? Elo kan? Lagian gue nggak ada kewajiban buat bikin dia nggak ngambek lagi."

Cowok itu lalu pergi meninggalkan Zio beserta yang lainnya.

"Bilangnya nggak ada kewajiban buat bikin dia ngambek lagi, eh akhirnya nyusul juga, kan." Niatnya sih Zio cuma bisik-bisik, tapi Brandon masih bisa mendengar kok, karena seperti yang dibilang Kinara beberapa bulan lalu, telinganya kelewat peka. Tapi yaudah, pura-pura nggak denger aja.

Brandon lihat, Kinara jalan ke arah FEB. Tumben banget, soalnya motornya selalu dibawa ke sekitaran SC biar nggak ribet balik ke fakultasnya. Tapi kok ini tiba-tiba malah jalan kaki. Dengan segera, cowok itu menaiki motornya sendiri dan menancap gas untuk menyusul Kinara yang sudah jalan terlebih dahulu.

Hanya memerlukan waktu beberapa detik bagi Brandon untuk bisa sejajar dengan Kinara yang mendadak berhenti karena mendengar suara motor di sampingnya.

"Lo ngapain jalan kaki?"

"Oh, gue? Motor dipakai sama sepupu, jadi tadi naik bus."

"Terus sekarang, lo pulang sama siapa?"

"Sendiri lah, emangnya lo mau nganterin?" sarkas Kinara.

"Naik!" kata Brandon sambil memberi isyarat pada Kinara untuk segera naik ke boncengannya.

"Tumben lo baik!" Kinara segera menuruti kata-kata Brandon untuk menaiki motornya.

"Emang biasanya gue jahat?"

"Banget. Kalau lo nggak jahat, mana mungkin bisa selalu bikin gue kesel?"

"Kalau gue minta lo turun sekarang, lo mau turun nggak?" lama-lama Brandon kesel juga sama Kinara.

Gadis yang kini duduk di boncengannya mendengus kesal."Kenapa?"

Jurnalis KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang