Training 1

53 9 0
                                    

Suasana kampus masih sepi, tidak banyak orang yang berlalu lalang karena masih pukul enam lebih sedikit. Brandon sengaja berangkat pagi karena hari ini dia bawa barang-barang yang sebelumnya ia titipkan dahulu di kost salah satu temannya. Iya, selama dua hari kedepan ada acara buat anak-anak calon anggota persma.

Buat resmi jadi anggota, maba yang daftar harus menjalani magang dulu, selama kurang lebih enam bulan dikurang waktu liburnya. Biasanya mereka akan resmi di sekitar bulan Maret.

Calon anggota yang daftar harus mengikuti serangkaian acara. Dulu aja, Brandon sempat tertekan karena saking banyaknya acara. Training dilakukan selama dua hari tiga malam itu nggak begitu merepotkan untuk yang pertama dan kedua, inget mereka ada tiga kali training. Nah, tapi yang ketiga, siap-siap aja sih dibantai, udah kaya sidang skripsi deh. Brandon ingat betul, bahkan dulu Kinara mukanya udah pucet banget, hampir nangis malah, karena banyak juga alumni yang ikut dateng. Hitung-hitung simulasi skripsi.

Ah ya, setelah wawancara kemarin sebenernya masih ada satu seleksi lagi, bedah berita. Dan pada akhirnya hanya ada empat belas yang lolos. Sebenernya pihak persma sendiri tidak mau memperpersulit mahasiswa yang mau ikut bergabung karena semuanya ingin sama-sama belajar. Hanya saja ketujuh orang yang nggak lolos ini tidak memiliki itikad baik untuk tetap bertahan, karena mereka nggak mengirimkan total dua buah tulisan, essay dan berita. Mereka diberi waktu sampai H-1 sebelum training yang pertama sejujurnya, tapi mereka semua nggak mengumpulkan, alhasil gugur.

"Brandon, nanti gue kayanya bakalan langsung pergi deh, kalau mau ambil, ini kuncinya. Gue ada cadangan, lo bawa dulu. Cuma, awas aja kalau sampai hilang, gue minta ganti!"

"Oh, iya-iya, nanti gue ke kost lo habis kelas."

Laki-laki bertubuh tinggi itu mengangguk, kemudian berjalan meninggalkan Brandon yang baru saja turun dari motor. Iya, tadi temennya sekalian nebeng, tapi mereka beda kelas.

Hari ini, Brandon cuma ada dua kelas, dan dirinya sangat bersyukur karena jadwalnya berurutan. Nanti selesai sekitar pukul sepuluh.

Lantai empat adalah tempat dimana ia bakalan menghabiskan waktunya dengan Pak Cahyo, yang juga merangkap jabatan sebagai kaprodinya. Setelahnya baru dengan Bu Winarsih yang hobi bikin mahasiswa jantungan karena cara mengajarnya yang bikin tertekan, suka asal tunjuk dan yah mahasiswa yang nggak bisa menjawab bakalan diceramahi habis-habisan. Untung selama ini Brandon selalu bisa menjawab, dan dia terbebas dari segala bentuk ucapan yang memojokkan dari A sampai Z.

Tepat pukul sepuluh lebih dua belas menit, karena cowok itu sempat ke toilet sebentar, menuju parkiran dan siap meluncur ke kostan temannya. Dirinya akan mengambil beberapa perlengkapan termasuk perlengkapan mandi dan lain-lain. Soalnya acaranya bakalan jauh dari kampus.

Sebenarnya, nanti pukul tiga sore, mereka baru berangkat. Jadi masih ada waktu banyak buat Brandon istirahat, nanti kalau udah sampai tujuan dia udah nggak bisa santai, soalnya jadi panitia, panitia acara.

"Brandon, pagi amat lo!"

"Kelas gue cuma sampai jam segini sih," balasan untuk sapaan Zio sebelumnya.

"Kinara belum dateng nih daritadi, padadahal katanya nggak ada kelas dia," ucap Zio.

"Ya mana gue tahu, emang gue bapaknya!"

"Bukan bapak, tapi kan... itu."

Brandon menghela napas kesal karen ulah Zio yang pagi-pagi tapi udah bikin moodnya memburuk. Iya, hitungannya masih pagi, kan? Oh iya, ngomong-ngomong soal Kinara, Brandon jadi ingat kalau dirinya ada janji sama cewek itu beberapa hari yang lalu, waktu di kantin FEB.

Kok malah jadi heart attack gini ya? Cowok itu takut karena pernah bikin janji sama Kinara tentang persoalan yang tidak pasti, gimana kalau dia minta yang aneh-aneh?

Jurnalis KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang