😧 awal dari akhir

2.8K 360 175
                                    

Cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr. jwwmsn | IG

***

Kata Elisabeth Kubler Ross dan David Kessler, kesedihan manusia itu ada tahapan-tahapannya. Psikiater dan pengarang merangkap ahli kesedihan—yang sejujurnya Sana tidak kenal, tapi sepertinya ucapannya bisa dipercaya—itu menentukan lima tahapan kesedihan berupa: denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance.

Yang Sana tau, setiap orang yang mengalami kesedihan tidak melulu harus mengalami keseluruhan tahapan tersebut. Yang mana seseorang tidak perlu denial dulu, disusul marah-marah, kemudian menawar problem yang ia hadapi, kalau gagal lanjut bersedih hati, baru berakhir menerima. Sana lupa siapa yang bilang, tapi cewek itu percaya-percaya saja. Apalagi setelah kemarin dilempar granat mental oleh Wonwoo buktinya ia langsung meluap-luap marah, tidak pakai acara denial-denialan dulu. Kemudian setelah bangun tidur dan kabur pagi-pagi buta dari apartemen cowok itu, tau-tau ia sudah memasuki tahapan acceptance.

Sana tidak tau apa yang membuatnya dengan mudah menerima suatu masalah, namun dari dulu ia selalu seperti itu. Bahkan dulu sewaktu akhirnya ia tau kalau perusahaan orang tuanya di ambang kematian dari Wonwoo, tidak butuh waktu yang lama bagi Sana untuk kembali bangkit dan justru ikut mencari jalan keluar. Yang dulu disuruh Hoshi jebe-jebe ke orang asing tentang lukisan itu, loh! Yaaah, walupun tidak berguna juga.

Waktunya di perjalanan menuju jalan pulang Sana gunakan untuk pura-pura tidur, agar tidak diusik oleh mbak Jihan yang sedang asyik menelpon balik keluarganya yang minta dibawakan oleh-oleh nantinya kalau cewek itu selesai telepon. Rencananya, Sana mau mendengarkan ocehan Mbak Jihan kapan-kapan saja di kantor. Sekarang ia hanya ingin bergelut dengan pikirannya sendiri.

Hitam, gelap, disertai cahaya remang di balik mata yang Sana paksa untuk tertutup supaya agendanya pura-pura tidur lebih terlihat nyata tak mampu menyaingi otaknya yang ribut membuat segala bentuk pembenaran atas ucapan Wonwoo malam itu.

Sana sendiri tak tahu mengapa daripada lanjut marah-marah karena tak mengerti dengan perubahan Wonwoo yang terkesan tiba-tiba, dalam hatinya ia justru lebih ingin memahami alasan cowok itu mengucap rentetan kalimat menyakitkan padanya.

Sana kenal cowok itu. Walaupun kesan pertama cowok itu tak terlalu baik di mata Sana, pun dulu ia sering mengucapkan kata-kata yang meyebalkan, semenjak kedekatan mereka beberapa waktu lalu Sana sedikit banyak menjadi paham kalau cowok itu selalu berpikir sebelum berbicara. Kata-kata menyebalkannya tidak pernah diniatkan untuk menyakiti siapapun yang dihadapinya. Oleh karena itu, ketika ia berakhir mengeluarkan kalimat yang menyakiti hati Sana, Sana sendiri yakin kalau hati cowok itu juga tak ada bedanya.

Sama-sama sakitnya.

Baru saat mobil yang ditumpanginya berhenti di depan rumah, menyisakan Kak Jihan yang melepasnya pergi tanpa banyak berkomentar—mungkin karena cewek kelewat peka itu bisa membaca air muka Sana yang kala itu tak terlalu bersahabat—Sana sedikit banyak lebih paham poin yang kemarin ingin diucapkan oleh Wonwoo.

✅️ Katalis || Wonwoo x SanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang