s e m b i l a n

1K 193 10
                                    

Happy Reading and Enjoy

Nata tersenyum canggung pada pria tinggi yang sudah duduk dihadapannya ini.

Dokter Ken, kenapa dia disini?

Nata menoleh kearah meja lainnya, masih ada beberapa meja kosong yang sepertinya juga tidak direservasi. Tapi kenapa laki-laki ini malah memilih duduk didepannya. Dan oh... jangan lupa dengan senyum manis yang ditebar dengan murah. Apa semudah itu pria ini tersenyum pada orang lain? Atau memang karena pekerjaannya?

"Tidak masalah kan saya duduk disini?" tanya pria itu. Seharusnya dia tidak bertanya kalau sudah duduk terlebih dahulu.

"Silahkan, saya cuma tinggal menghabiskan ini kok." Nata mengangkat cangkir tehnya, menegaskan pada laki-laki dihadapannya.

Ken mengangguk dan ketika dia hendak menanggapi Nata, pesanannya datang.

Nata melirik kopi yang dipesan Ken, tidak tau jenis kopi apa yang laki-laki itu pesan karena dimatanya, semua kopi sama saja.

"Bagaimana 3 hari belakangan?" tanya Ken setelah dia menyesap perlahan pesanannya.

"Seingat saya, kita tidak dalam sesi, dok." Nata menyipit menatap laki-laki yang bisa dibilang asing ini.

"Anggap saja saya sedang memberikan sesi gratis untuk kamu," Nata menatap malas pada Ken yang mengerling padanya, entah menggoda atau bercanda.

Nata tidak mengatakan apapun, dia memilih menyesap habis teh'nya dan beranjak, "Saya selesai, permisi, Dok."

***

Nata terkejut mendapati pesan dari Jarvis untuk datang ke kediaman kedua orang tua Jarvis, dia mengatakan kalau dia sedang di Bali selama akhir pekan. Nata mengatakan pada supir taksi untuk merubah jalurnya dan memberikan alamat pada supir taksi tersebut.

Sudah beberapa hari dia mendiami telfon dari Jarvis, bahkan pesannya hanya Nata baca. Biarkan saja. Tapi ketika Jarvis memilih pulang ke kedua orang tuanya, Nata curiga terjadi sesuatu. Karena tidak biasanya Jarvis tiba-tiba pulang walaupun sekarang Jakarta-Bali sudah sangat dekat (jika menggunakan pesawat) dan jelas bagi Jarvis uang bukanlah suatu masalah besar.

Sampai dikediaman orang tua Jarvis, Nata langsung turun setelah membayar biaya taksinya. Dia mendapati mobil milik Om Rivan terparkir didepan, seperti baru saja digunakan.

Ia mengetuk pintu depan, dan hanya dalam beberapa detik pintu dibuka, muncullah wajah Jarvis yang berantakan, jambang tipis yang timbul membuatnya sangat mirip dengan papanya. Dia tampak tidak biasa, tentu saja. Yang Nata tau, Jarvis akan selalu berpenampilan rapi, bebas dari jambangnya karena laki-laki itu mengatakan kalau Danniela tidak suka pria berantakan.

Tanpa kata, Jarvis memeluknya, dan semakin merengkuh Nata erat saat wanita itu mencoba mendorong Jarvis agar laki-laki itu melepasnya.

"Please, kali ini aja," bisik Jarvis.

Nata, entah kenapa hanya menurut, tapi dia juga tidak nyaman dengan posisi mereka. Lihatlah, bahkan mereka berpelukan didepan pintu rumah Jarvis.

"Pindah yuk, kamu bisa cerita apa aja di dalam," ajak Nata dan Jarvis melepaskan wanita itu, menggandeng Nata masuk kedalam rumah orang tua Jarvis yang tampak sepi.

"Papa sama Mama kamu mana?" tanya Nata pada Jarvis.

"Pergi, pulang nanti sore katanya." Lalu terjadi keheningan yang panjang. Nata tidak berniat untuk memulai percakapan karena sepertinya, Jarvis butuh mengatakan sesuatu dan butuh didengarkan. Bisa dikatakan itu adalah keahlian Nata sekalipun sahabatnya ini jarang sekali curhat karena kehidupannya yang sempurna dan jarang sekali memiliki keluh kesah.

"Aku sama Lala putus." Sekalipun beberapa kali terpikir kalau hubungan Jarvis dan Danniela tidak akan berjalan dengan baik, tapi Nata tetap terkejut mendengarnya secara langsung.

"Karena aku?" tanya Nata hati-hati. Bukannya ingin terlalu PD, tapi Nata takut berakhirnya pertunangan dua orang yang dikenalnya baik itu disebabkan olehnya.

"Nggak, bukan. Ini murni kesalahan aku, akunya aja yang bego, nggak ngerti sama kode-kodenya Lala." Jarvis mendesah pelan.

Nata sama sekali tidak mengerti. Kode?

"Lala beberapa kali bahas masalah pernikahan, tapi aku cuma nanggepin seperlunya..." Jarvis menelan pahit saliva'nya, tampak sekali kesulitan memilih kata-kata, "2 hari lalu, Abram atasannya tiba-tiba menuin aku dan bilang kalau dia dan Lala akan berhubungan serius."

"Maksudnya?" tanya Nata bingung.

"Awalnya aku juga nggak paham maksudnya, tapi kemarin, akhirnya Lala menemuiku dan menjelaskan semuanya. Dia... hubungannya sama Abram, dan hubungan kami... dan seperti yang udah aku bilang tadi, hubungan kami berakhir gitu aja."

"Kenapa tiba-tiba? Kamu gila," decak Nata pelan. Ia menatap sengit Jarvis, jelas laki-laki ini salah, karena yang Nata tau Danniela sangat mencintai Jarvis.

Jarvis menjelaskan panjang lebar, tentang dia dan Danniela yang belum menentukan tanggal pernikahan, tentang umur Danniela yang sudah sangat matang untuk menikah, tentang keluarga Danniela yang menuntut wanita itu agar segera menikah, sementara Jarvis masih bergeming seperti keledai bodoh.

Tentu saja Danniela akan memilih Abram yang sudah pasti dalam waktu dekat akan membawanya kesebuah pernikahan.

"Kamu sempurna, karir, keluarga, tapi untuk urusan cinta kamu benar-benar..."

-----

Nggak ada yang sempurna, ya kan?
Hidup Jarvis sempurna, tapi kisah cintanya emang.... ya gitu.

Ohhh ya, cerita ini akan berakhir di part sepuluh dan hanya ada epilog.
Kalian bisa pindah ke Stuck With You untuk beca cerita terbaruku.

Semoga kalian suka part ini.

Love, Bella PU

I'M BR[OK]ENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang