Pagi hari tiba, seseorang masih terbungkus dalam selimut tebal yang masih tertidur pulas. Tak salah seseorang itu adalah Reina. Semalam ia tidak bisa tidur karena harus memikirkan bagaimana nasib LDR itu.
"Reinaaaa! Na!" terdengar suara Risa sambil mengetuk pintu kamar Reina.
Reina membuka matanya pelan. Ia mengumpulkan nyawanya yang masih melayang. Tangannya mencari ponselnya untuk melihat pukul berapa saat ini. Waktu menunjukkan pukul 06:30 WIB. Reina kaget, ia langsung melompat dari kasur empuknya menuju kekamar mandi.
Hanya membutuhkan beberapa menit untuk mandi dan ganti pakaian, Reina langsung turun mengambil bekalnya dan menuju ke sekolah.
Tiga puluh menit akhirnya sampai di sekolah, ia langsung menuju ke ruang kelasnya. Sesampai di karidor, ia melihat Elvan sedang berjalan menuju kearahnya. Karena itu, Reina pun berhenti.
"Ngapain?" tanya Reina melihat wajah cemberut Elvan. Menurutnya itu jarang nampak dimimik wajah Elvan.
"Nanti malam kita ketemu, di taman dekat rumahku, ada yang perlu aku omongin" ujar Elvan.
"Mau ngomong apa? Kenapa nggak disini aja" ujar Reina.
"Nanti malam aja. Pokoknya kamu harus datang" perkataan Elvan sedikit ada tekanan. Entah kenapa Elvan sedikit terlihat aneh di mata Reina.
Setelah perbincangan itu, Reina dan Elvan menuju ke ruang kelasnya masing-masing.
Semenjak perbincangan itu, Reina sedikit berbeda dari hari biasanya. Yang terlihat ceria sekarang berbeda. Ia menelungkupkan wajahnya di atas bangku. Berharap hari cepat petang, dan ia harus ketemu dengan Elvan di malam itu.
Disisi lain, Elvan juga merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Ia yang seharusnya bersikap tegas itu, sekarang bersifat lemah. Ia menatap lurus kedepan. Pelajaran yang diberikan oleh guru mapel saat itu, tidak masuk sedikitpun di otaknya. Sama, yang ia pikirkan kapan hari segera petang dan ia harus bertemu dengan Reina.
Bel pulang pun berbunyi. Seketika lamunan Elvan buyar. Reina pun langsung mendongakkan kepalanya. Mereka berdua sama-sama sibuk merapikan buku dan alat tulisnya.
Setelah guru mapel di kelas masing-masing mengakhiri pertemuan hari itu, Reina dan Elvan keluar kelasnya. Mereka sama-sama bergegas ke parkiran. Bahkan mereka tidam saling menyapa. Pikirannya benar-benar berantakan.***
Malam hari pun tiba. Waktu menunjukkan pukul 18:50 WIB. Sesuai yang dikatakan oleh Elvan bahwa malam ith mereka ingin ketemu dengan Reina, maka malam itu Reina bersiap-siap ketempat tujuannya.
Dengan memakai baju lengan panjang, dan tidak lupa dengab jaket tebal untuk mencegah kedinginan, Reina pun turun meminta izin kepada kedua orangtuanya. Reina mengendari motor matic kesayangannya untuk menuu ketempat Elvan. Tak lupa ia memakai helm. Suara deru motor pun mulai menjauh dari perkarangan rumah Reina.Butuh waktu yang dibilang cukup lama, karena suasana malam itu sangat ramai. Reina juga tidam berani untuk kebut-kebutan di jalanan. Baginya nyawanya adalah segalanya. Lebih baik selamat sampai tujuan.
Satu jam kurang 10 menit, akhirnya sampai di taman dekat rumah Elvan. Dari kejauhan, Reina sudah mulai melihat Elvan yang duduj di bangku kosong. Pandangannya susah diartikan. Reina pun memarkirkan motornya. Ia langsung duduk di samping Elvan.
"Mau ngomong apa?" tanya Reina to the point.
"Susah mau ngomong dari mana, karena aku belum siap" jawab Elvan dengan nada rendah.
"Kenapa? Emangnya ada apa? Kan aku sudah bilang kalau ada apa-apa itu ngomong bukan di pendam sendiri. Hampir setahun kita pacaran" ujar Reina mengebu-gebu.
"Iya tauu" jawab Elvan. "Tapi, kamu harus siap meskipun nggak siap" lanjutnya.
"Mau ngmong apaan sih susah banget mau ngomong aja heran" ujar Reina mulai kesal dengan Elvan. Ia tidak suka yang bertele-tele.
"Aku besok harus ke luar kota, ikut orang tuaku" ucap Elvan dengan nada pelan.
Perkataan Elvan membuat hati Reina terkejut. Bahkan dia sulit bernapas. Apa yang barusan Elvan katakan, ia belum siap."Jadi, ini beneran? Aku nggak mimpi?" tanya Reina kepada Elvan, ia menepuk pipinya sendiri.
"Nggak, semoga apapun yang terjadi tetap bersama. Karena tamu tidak akan masuk jika tuan rumah tidak membukakan pintunya" ujar Elvan.
"Tapi, aku belum siap" setetes air mata jatuh dari kelopak matanya.
"Nggak boleh gitu, gimanapun juga nanti kita bakalan LDR, maka dari itu, kita biasakan mulai dari sekarang" ujar Elvan sambil menghapus air matanya.
"Tapi, aku belum bisa" ujar Reina dengan nada rendah.
"Tenang apapun yang terjadi kamu bilang sama aku" ujar Elvan memegang bahu Reina.
Isakan Reina mulai mereda. "Aku besok berangkat pagi" ujar Elvan.
"Kok gitu? Kan aku juga ingin menghantarkanmu" ujar Reina.
"Nggak, besok aku buru-buru. Jadi, kamu stay menunggu kabar dariku" ujar Elvan.
"Ya udah, yang penting kamu hati-hati. Tetap jaga mata dan jaga hati" ujar Reina dengan tersenyum. Detik berikutnya Elvan membawa kedalam pelukannya. Sungguh terkejut dengan perlakuan Elvan kali ini. Ia sekejam lupa apakah ini mimpi ataukah ini nyata. Ia membuka menutup matanya. Tapi, yang ia rasakan ini nyata. Detik berikutnya ia tersenyum dalam pelukan Elvan.
***
Pukul 03:00 wib Elvan sudah berada di Bandara. Sebenarnya ia berat meninggalkan Reina. Namun, gimana lagi. Suatu hari juga bakalan seperti ini. Maka dari itu, ia akan membiasakannya. Karena rumah Elvan yang sebenarnya di luar kota.
Setelah menunggu pesawat take off, ia masih belum yakin bahwa ia akan meninggalkan Reina.
Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia menatap pesawat yang akan ditumpanginya. Ia pun berjalan menuju pesawat itu. Dalam langkahnya terasa berat.
Ia duduk di bagian pinggir jendela. Tinggal beberapa menit pesawat take off. Ia harus memberi kabar Reina. Ia mengeluarkan benda pipih dari dalam saku celananya. Ia mengetikkan nama Reina.Reinaaa! ❤
Rein, aku udah berada di pesawat ni. Kamu disitu hati-hati, jangan lupa jaga kesehatan. Aku sayang kamu 😚
Setelah mengetikkan pesan tersebut, ia mematikan poselnya dan dimasukkan kedalam saku. Detik berikutnya, pesawat meninggalkan kota Jakarta. Kota tempat dimana Reina berada. Ia menatap luar jendela yang kini pesawatnya mulai meninggi dan kota Jakarta pun mulai tertutup dengan awan.
Vote and komennya jangan lupa 😁
Jangan lupa juga follow instagramku :arspji_
KAMU SEDANG MEMBACA
Aneh
Teen FictionKisah cinta itu seperti halnya bertanam dan akhirnya berbuah lebat. Yang bisa membuat semua orang merasa senang. Namun, ada kalanya tanaman yang bertumbuh lebat tiba-tiba mati. Itu sama halnya dengan rasa sakit dalam kisah cinta itu. Apa daya seseo...