Suara bel sekolah nyaring berbunyi. Semua murid bersorak gembira ketika mendengarnya.
Begitu juga murid kelas XI MIPA 1. Mereka sibuk merapikan barangnya masing-masing dan dimasukkan kedalam kantong tasnya."Baiklah sampai jumpa minggu depan, terima kasih atas perhatiannya hati-hati di jalan Wassalamu'alaikum Wr. Wb" ujar pak Dadang selaku guru bahasa Indonesia itu.
"Wa'alaikum salam Wr. Wb" jawab serentak siswa kelas XI MIPA 1.
Pak Dadang pun keluar dari ruangan dan diikuti oleh siswa. Dalam jalannya pun saling berebutan.
Reina berjalan ke parkiran dengan Mely. Mereka berjalan diringi dengan canda ringan. Mereka mengobrol tentang hal-hal yang berbau K-pop. Ya, mereka berdua adalah army penggemar BTS.
setiap kali ada Update tentang BTS, jangan tanya. Mereka sudah tahu.
Sedikit tentang BTS, bias Mely yaitu Jungkook sedangkan Reina yaitu Taehyung atau lebih dikenal dengan nama V. Fiks, jangan ribut sudah pasti mereka bucin terhadap dua member BTS itu."Lo tau nggak tadi malam V update 30 detik tidak pakai baju!" ujar Reina dengan nada terheran.
"Iya gua tahu!" jawab Mely dengan sedikit teriak. "Pas gua buka twitter, kok rame tahunya V update heran banget gua, dengan update yang suka aneh-aneh" lanjutnya dengan nada yang teheran-heran itu.
"Iya gua gemes bangett" ujar Reina meremas tangan Mely.
"Kebiasaan lu" Mely tertawa dan diikuti Reina.
***"Emmm susah banget sih, ini pakek rumus yang mana sih" gerutu Reina menggaruk kepalanya.
"Pakek jawaban dari branly juga nggak ada" Reina menggeser-geserkan layar ponselnya.
"Fiks gua nggak tahu ini soal apa jawaban yang penting gua mengerjakan" ujar Reina menutup buku tugasnya.
"Semoga aja si guru kimia itu nggak masuk, terus jam kosong gitu kan lega" ujar Reina sambil memasukkan buku dan alat tulis lainnya kedalam tas.
Drtt drtt (anggap itu suara getaran ponsel)
Reina meraih ponselnya. Ia membuka aplikasi Whatsappnya. Ia tidak tau mau berekspresi seperti apa. Yang ada dia heran dengan chat masuk keponsel Reina.
"Elvan?" guman Reina menatap layar ponselnya.
Semenjak ia putus selama kurang lebih satu bulan itu, Elvan sudah tidak lagi memberi kabar kepada Reina. Begitu juga sebaliknya entah itu rasa gengsi atau rasa apa mereka tidak sama sekali memberikan sedikit pesan singkat. Namun, pada hari, jam, dan detik itu Elvan mengirimkan pesan kepada Reina. Ada yang aneh? Menurut Reiana hal itu aneh. Karena, ia berpikir bahwa Elvan sudah lupa dengannya.
Elvan!
Rein, gua minta maaf! Aku kemarin khilaf
Maafin gua
Re?
Na?
Reina?
Maafin guaReina mengetikkan balasan untuk Elvan.
Ya
Detik berikutnya terdengar suara panggilan video di ponsel Reina. Ia pun bimbang untuk menjawab panggilan video dari Elvan itu. Pikirannya ingin menjawab panggilan itu sedangkan hatinya gengsi.
"Angkat nggak ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Angkat aja deh" ia menggeserkan ikon hijau keatas dengan perlahan. "Ahh nggak deh" ia menurukan kembali ikon jawab itu.
"Tapi-" ujarnya menggantung karena Elvan terus-menerus memanggilnya.
"Oke oke gua angkat" dengan hembusan nafas panjang. Reina mengangkat panggilan video dari Elvan.
"Ree?" terdengar suara berat Elvan di sebrang sana.
"Iya?" jawab Reina. Hatinya terasa hangat karena itu adalah hal yang di tunggu Reina. Namun, pikiran dan hati tidak sinkron. Ada rasa bahagia dan juga ada rasa sakit.
"Lu baik-baik aja kan?" tanya Elvan dengan nada yang pelan.
"Iya gua baik" jawabnya singkat.
"Gua kangen sama lu" kalimat yang dilontarkan Elvan membuat Reina berpikir dua kali, ia harus jawab apa.
Reina pun memilih untuk diam. Karena itu cara yang tepat."Na? Lu dengar nggak gua ngomong?" tanya Elvan.
"Eh iya-iya gua dengar kok" jawab Reina.
"Lu kangen nggak sama gua?" tanya Elvan. Reina menutup kedua matanya dan ia menghembuskan nafas pelan.
"Gua rasa lu juga paham. Karena perasaan suka, kangen, sayang itu adalah hal yang wajar. Jadi, gua anggap omongan lu barusan adalah salah satu bentuk rasa manusiawi. Karena gua yakin dengan begitu hubungan sesama manusia akan lebih baik. Begitu juga dengan gua. Gua juga punya rasa seperti itu dan gua menganggap bahwa hal itu adalah rasa yang wajar. Jadi, dua pertanyaan lu udah gua jawab" jawab Reina dengan panjang. Ia tidak tahu, kalau dia akan berbicara seperti itu. Kalimat yang dilontarkan Reina itu secara tidak sadar ada benarnya juga.
"Maksud gua bukan itu Re, lu tahu kita pernah pacaran, dan rasa yang gua maksud adalah rasa yang hadir dihati gua. Iya benar rasa manusiawi tapi juga rasa cinta" ujar Elvan disebrang sana.
"Iya gua paham apa yang lu maksud. Tapi, sampai disini gua juga paham maksud dan tujuan lu" ujar Reina yang kini ia harus menahan rasa emosinya. Entah kenapa perasaan Reina lebih sensitif di akhir-akhir ini.
"Apa lu benci sama gua?" tanya Elvan.
"Gua yang seharusnya tanya sama lu. Karena gua paham, saat itu gua yang salah dan gua juga sudah minta maaf, tapi lu tidak respon baik ke gua dan sekarang gua yang harus bertanya, apa lu benci sama gua?" unek-unek yang ada dihati Reina seketika ia keluarkan.
"Gua nggak benci sama lu" jawab Elvan dengan cepat. "Gua mau kita baikan" lanjutnya.
Deg
"Gua belum siap"
"Dari awal gua udah baik sama lu" jawab Reina.
"Bukan gitu, maksud gua kita perbaiki hubungan kita dari awal" ujar Elvan disebrang sana.
"Kalau itu gua belum siap" jawab Reina dengan mantap.
"Apa yang membuat lu belum siap?" tanya Elvan dengan nada meninggi. "Apa lu udah punya pengganti dan lu udah lupa sama gua? Atau mungkin lu udah jadian sama tu cowok" tanya Elvan bertubi-tubi.
"Kan lu tahu sendiri gua masih sekolah, dan sudah pasti gua dekat sama cowok" jawab Reina dengan mata yang memanas."Ohh lu udah jadian sama tu cowok!" terdengar suara bentakan diponsel Reina.
"Cowok siapa? Gua selama lu nggak ada gua nggak pernah dekat sama cowok, apalagi jadian" jawab Reina.
"Jaga perasaan Reina! Gua ini cowok normal" ujar Elvan dengan nada tinggi.
Dengan cepat, Reina mematikan panggilan itu. Ia langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Ada yang yang lebih sakit dari kejadian yang lalu, yaitu lu bentak gua" ujar Reina pelan dalam isakan tangisnya itu.
Follow and komen 😁
Jangan lupa tinggalkan jejak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aneh
Teen FictionKisah cinta itu seperti halnya bertanam dan akhirnya berbuah lebat. Yang bisa membuat semua orang merasa senang. Namun, ada kalanya tanaman yang bertumbuh lebat tiba-tiba mati. Itu sama halnya dengan rasa sakit dalam kisah cinta itu. Apa daya seseo...