Yeol-se

1.4K 111 116
                                    

Seokjin sama sekali tak fokus dengan rapatnya hari ini. Penawaran yang Namjoon layangkan tadi terus saja bergema dalam fikir. Seharusnya ia menerima saja tawaran itu dan berpura pura tak mengenal Taehyung sama sekali. Mudah kan? Memang dasar sial, ego dan gengsinya selalu berjalan mendahului ketimbang logika.

Pria berbahu lebar itu menghela nafasnya berat. Memejamkan mata sembari memijit dahi. Menyesali apa yang telah ia lakukan tadi.

"Sajang-nim..."

Sang CEO bergeming. Tak mendengar ucapan si asisten.

"Ehem, Sajangnim..." ucap Namjoon lebih keras dari sebelumnya.

"Ya? Kenapa?" jawabnya santai sambil melirik. Seolah tak ada sesutu yang terjadi.

"Bagaimana dengan presentasi kali ini, Tuan? Apakah sajang-nim sudah puas?"
tanya si asisten sopan. Mungkin harus di peralat sedikit, sok sopan. Karena pria jangkung yang sedari sejam lalu berdiri terus kini mulai merasa pegal sekaligus kesal.

Untung saja dia boss, kalau tidak akan ku patahkan lehernya sekarang juga.

Seokjin mengelus dagunya berulang kali. Terus terang saja, saat ini fikirnya sedang tidak di kantor. Melainkan melanglang buana pada si cantik bernama Kim Taehyung. Bahkan setelah pesan singkatnya tadi pagi, sang bidadara tak mengirimi pesan kembali.

Apa dia sibuk ya?

"Sajangnim ? Bagaimana?" tanya si asisten sekali lagi.

Pria berbahu lebar itu membuang nafasnya kasar. Kemudia ia berdiri.

"Pilih saja yang terbaik. Kirim salinan rapat hari ini ke emailku. Nanti akan ku pelajari."

Setelah berkata seperti itu, pria dengan tinggi 178cm itu melangkahkan kaki jenjangnya keluar ruangan.

Namjoon memijit dahinya yang berdenyut. Selalu saja begini.

"Hyesung, salin notulen dan cepat kirim ke sajang-nim CC saya. Hari ini ya" perintahnya pada sang sekretaris di balas dengan anggukan mantab oleh lawan bicaranya. Rapat hari itu usai tanpa keputusan akurat.

Seokjin menyamakan diri ada kursi hitam besarnya. Sembari memainkan ponsel, barang kali pria pujaannya mengirimkan pesan.

Nihil.

Tak ada pesan satupun darinya. Ia mulai memikirkan rencana selanjutnya untuk mendekati Taehyung. Sembari memainkan jemari yang mengetuk bergantian di atas meja, ia berpikir keras.

Seseorang tanpa mengetuk pintu memasuki ruangan. Pria jangkung dengan kacamata yang masih bertengger di ujung hidung menghadap dengan berbagai berkas di tangan.

"Permisi, boss. Tanda tangan dulu dokumen dokumen ini" ucapnya seraya menyodorkan tumpukan berkas.

Seokjin menatapnya dingin.

"Kau tak lihat aku sibuk ya?"

Namjoon mengerutkan dahinya.

"Tapi boss hanya bermain main dengan jari. Apa sibuknya?"

Sang CEO berdiri. Menatap lurus pria di depan yang berani menyanggah pernyataannya.

"Semenjak kapan kau jadi pembangkang huh? Sudah terlambat, masih memerintahku juga. Namjoon-ssi, apakah anda tidak puas dengan jabatan sekarang?"

Pria yang di panggil namanya itu menunduk. Ia tahu betul, mood sahabatnya sedang tidak bagus hari ini.

Sial banget sih hari ini.

"Tidak boss. Saya puas. Maafkan atas kelancangan saya" jawab Namjoon.

Sang CEO melipat tangannya di depan dada. Sebuah jam kuno besar di sudut ruangan mengingatkan dirinya akan waktu yang mendekati makan siang.

AM I G.A.Y (?) | JINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang