Epilog

465 51 17
                                    

Yang ngedit pict diatas jago banget, sayangnya bukan aku 😭







***

Dua tahun berlalu..

Seorang wanita tengah mengamati potret dirinya dengan sosok pria tampan yang terpajang dalam bingkai diatas nakas disamping jam weker yang berdering sekitar beberapa jam yang lalu.
Ia masih mengenakan bathrobe berwarna putih sebatas paha dengan rambut yang basah karena baru selesai mandi.
Menggerakan tangannya menuju laci untuk membuka dan mengambil alat pengering rambut, lalu mulai menyalakannya setelah tersambung dengan kontak listrik.
Tangannya terus bergerak ke arah kanan dan kiri, memutari sisi-sisi rambut agar keringnya merata.
Namun aktifitasnya terhenti begitu saja kala ia merasa tak ada suara bising lagi dari benda bernama hair dryer tersebut, belum lagi pundaknya yang terasa berat sebelah dan tangan yang melingkari pinggang rampingnya.
Hembusan nafas beraroma mint pada bagian sisi leher kecil itu, menyadarkannya akan sosok yang tengah memeluknya dari belakang.

"Tae, lepas. Aku sedang mengeringkan rambutku. Sambungkan lagi kabelnya!"

"Tidak mau. Salahmu kenapa menggodaku pagi hari begini, Jeongie"

Pria yang tak lain adalah Taehyung itu tak jua melepaskan pelukannya dari Jeongyeon. Ia malah semakin menelusupkan wajahnya di ceruk leher wanita yang kini telah menyandang gelar sebagai istrinya tersebut. Menghirup aroma sabun yang sengaja dibedakan dengan miliknya itu. Harum dari campuran vanila dan zaitun yang semakin melembutkan kulit si wanita.
Badannya yang shirtless terasa sedikit geli ketika bersentuhan dengan handuk baju yang melekat pada tubuh sang istri.
Dirinya yang baru selesai mandi beberapa menit lalu memang hanya mengenakan celana training berwarna abu dan hendak berpakaian. Namun terhenti saat melihat wanitanya yang tengah mengamati bingkai yang sudah dua tahun ini terpajang diatas nakas disamping kasur berukuran besar dengan sprei berwarna coklat muda tersebut.

"Menggoda apanya sih?! Cepat sambungkan lagi kabelnya, Tae. Aku harus segera menyiapkan sarapan untuk kita setelah ini."
Jeongyeon masih berusaha melepaskan tangan yang melingkar pada tubuhnya, dan si empu seperti menulikan pendengarannya dengan membahas hal lain.

"Kau tahu, Jeong?! Terkadang aku kesal dengan mulut Hyera yang akhir-akhir ini meminta sesuatu yang tak masuk akal padaku."

"Sesuatu seperti apa, Tae?" Jeongyeon masih dengan berusaha menghindari kecupan yang mendarat pada ceruk lehernya.
Ayolah, Kim. Ini masih pagi.
Dasar alien kelebihan hormon.

"Meminta adik kecil untuknya." Dan jawaban dari suaminya itu sukses membuat Jeongyeon membulatkan kedua manik indahnya.

"Lalu?" Jeongyeon berusaha meredam rasa pedih dalam hatinya.
Entahlah, kadang pembicaraan seperti itu sedikit sensitif mengingat dalam dua tahun ini belum ada yang tumbuh dalam janin wanita bermarga Yoo itu.

"Tentu saja aku bilang tidak bisa." Dengan santainya Taehyung mengucapkan kalimat itu, membuat Jeongyeon memaksakan kedua lengan besar si pria untuk melepaskan pelukannya dan membalikan tubuh tinggi tersebut ke hadapannya.

"Apa maksudmu?"

"Kau tahu sendiri ibuku itu seorang janda yang sudah tua, meskipun masih terlihat muda dan cantik tentu saja. Tapi bukan berarti beliau boleh menikah dan memiliki anak lagi." Taehyung kini beralih menuju sofa disamping pintu kamar, lalu duduk dengan merentangkan tangannya pada kepala kursi empuk tersebut dan menyilangkan kakinya.

"Sebenarnya kau mengerti tidak sih maksud adikmu mengatakan itu padamu?" Jeongyeon menatap suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Dan yang ditanya hanya mengendikan bahunya, masih saja duduk santai didepan sana. Diam keheranan seperti orang bodoh. Membuat Jeongyeon mendengus kesal, namun tetap berusaha menahan emosi dan tingkat kesensitifannya yang akhir-akhir ini terus meningkat.

Luv Ma AlienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang