Chapter 13

344 40 11
                                        

Cepatlah sembuh, uri Jeongie 🤲😔💚
Dan untuk BTS, sukses comeback Dynamite-nya 🙌💜
Selamat membaca dan semoga sempatkan voment, terimakasih 🙏







***

Setelah janji suci selesai terucap, kini sampailah pada momen ungkapan dari kedua mempelai dihadapan keluarga dan tamu undangan.
Namun karena rasa malu serta gugup yang sedari tadi berusaha ia tahan dan tak henti menggetarkan tubuhnya, Jeongyeon memilih menarik Taehyung berlari mengitari taman yang dijadikan sebagai lokasi pernikahan mereka untuk menghindari kerumunan orang.
Setelah menemukan tempat yang cukup jauh dari para tamu, Jeongyeon melepaskan tangan besar pria yang kini telah sah menjadi suaminya itu.
Menatap lebih dalam sosok tampan dengan raut wajahnya yang cukup kaget akan aksi sang istri barusan.
Wah, rasanya masih tak percaya bahwa wanita dihadapannya saat ini, yang belum juga menghilangkan ekpresi gugupnya meski sesi janji suci itu sudah berhasil dilewati oleh keduanya, adalah istri dari seorang Kim Taehyung. Istrinya.

Suasana disekitar taman yang dijadikan lokasi pernikahan mulai ramai dipenuhi oleh para tamu yang bertebaran.
Ada yang sedang berbincang sembari icip-icip hidangan yang tersedia, atau hanya bersenda gurau menceritakan sepasang pengantin baru dan rencana keduanya untuk berbulan madu -yang mana itu bukan urusan mereka sama sekali-, dan adapula yang sekedar berfoto mencari spot terbaik diarea taman yang telah didekor sedemikian cantiknya.
Seperti sang mempelai wanita yang kini tengah berhadapan dengan mempelai prianya itu.
Ngomong-ngomong, ia tampak cantik dengan rambut kepang kecil yang menyambung dari sisi kanan dan kiri menuju bagian tengah dibelakang kepalanya. Ditambah dengan rambut abu silvernya yang terurai sebagian, menambah kesan sederhana namun tetap menawan dihari spesialnya ini.
Ralat. Hari spesial mereka berdua.

"Sebelumnya maaf karena aku malah menarikmu kesini, Tae. Aku malu jika harus mengungkapkan perasaanku didepan semua orang. Ditambah lagi ada teman-teman dan juga Kakakku si kelinci itu. Bisa habis aku diledek mereka."

Jeongyeon sedikitnya merasa tak enak pada prianya ini. Pasalnya tiba-tiba saja ia menarik si Kim disaat orang lain sedang menunggu momen selanjutnya. Bahkan beberapa tamu sudah mengangkat tangan mereka yang sedang memegang ponsel atau kamera, hendak mengabadikan momen yang pasti hanya berani keduanya ucapkan disaat seperti ini saja.

"Iya, aku mengerti, Jeongie. Kau pikir aku tak malu?! Lihatlah tadi wajah si bahu lebar Seokjin dan temannya si dingin Yoongi itu, aku bahkan sempat melirik keduanya menahan tawa saat ucapan janjiku tadi. Tidak ada rasa terharu sama sekali. Tahu begitu kusuruh saja mereka dibagian cuci piring dan gelas. Teman macam apa itu?!" Taehyung menggerutu, bibirnya masih terlihat misuh-misuh dengan gumaman dan kerucutan yang membuat Jeongyeon tak tahan untuk tidak menarik bibir tipis tersebut.
(Pake tangan tapi yah)

"Mulutmu itu ya, Tae. Kau pikir siapa yang memberi kita hidangan gratis sebanyak ini kalo bukan Kak Yoongi, hm?! Belum lagi sepupunya Kak Seokjin, Jungkook dan Kak Heoseok yang bersedia tampil untuk bernyanyi di acara kita. Gratis." Jeongyeon menarik hidung mancung suaminya sejenak, "Jadi berterimakasihlah! Tanpa mereka, kau pasti kebingungan mengurus acara pernikahan kita. Kau kan masih amatiran dalam hal ini." Kekehnya meledek pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Yak! Aku ini suamimu sekarang kalau kau lupa."
Taehyung berkacak pinggang.

"Belum sehari dan kita sudah ribut-ribut begini. Hhhh,, tahu begitu aku menikah saja dengan Park Jimin." Jeongyeon hendak pergi dengan menahan senyum mencoba menggoda suaminya, namun dengan cepat pemuda Kim itu menarik tangannya hingga berbalik dan langsung meraih pinggang ramping sang istri.

"Bisa tidak sehari saja otakmu tidak memikirkan Park bantet Jimin?"

Jeongyeon menggerakkan jari telunjuk kanannya dari pelipis hingga dagu Taehyung, sengaja menggoda sang suami.
Menurutnya, saat seperti ini pria didepannya terlihat lugu dan lucu dalam waktu yang bersamaan.

"Sayangnyaaaa, tidak." Jawab si wanita penuh penekanan pada kata tidak-nya.

"Dengarkan aku, Yoo Jeongyeon." Seketika wajah pemuda tampan itu berubah, ia telihat lebih dingin dengan suara baritonnya. Tatapannya tajam hanya tertuju pada kedua manik indah milik wanita dihadapannya yang sedikit tak nyaman karena dekapan posesif sang suami pada pinggangnya.

"Aku sudah jatuh hati padamu bahkan saat pertama kali kita bertemu di kedai makan pagi itu. Aku suka keningmu, hidungmu, matamu, pipimu, bibirmu, telingamu-" Taehyung mengatakan semua itu sembari mencium setiap titik bagian yang ia sebutkan pada sang istri.

"-Aku suka semua yang ada padamu. Ah bukan. Lebih tepatnya aku mencintaimu. Ini bukan bualan. Tapi kau adalah cinta pertamaku, Yoo-- Kim Jeongyeon. Sungguh. Kau boleh menghinaku karena tak pernah merasakan ini sebelumnya. Tapi aku tak peduli. Yang aku tahu, aku mencintaimu. Sekarang dan selamanya."

Jeongyeon sedikit memberi jarak dari dekapan erat suaminya, namun mata indah itu tak melepaskan padangannya dari pria yang baru pertama kali Jeongyeon dengar ungkapan perasaanya setelah sekian lama menjalin hubungan.

"Dengarkan aku juga, Kim Taehyung." Jeongyeon menangkup wajah pria tampan dihadapannya, "Kau memang bukan pria pertama yang membuatku jatuh hati. Karena Park Jimin sudah lebih dulu datang. Tapi tentu saja itu berbeda-"

"Kau adalah pria pertama yang mengenalkanku apa itu cinta. Keningmu, hidungmu, matamu, pipimu, bibirmu, telingamu. Semuanya aku suka-" jeongyeon melakukan hal yang sama seperti yang Taehyung lakukan.

"Kupikir diriku gila, kenapa bisa jatuh cinta pada pria alien sepertimu?! Tapi nyatanya aku tak bisa berhenti. Aku juga mencintaimu, Tae. Sekarang dan selamanya."

"Ish, kenapa aku merasa kalimatmu barusan tidak romantis sama sekali yah?!" Taehyung mengerucutkan bibirnya kembali, persis seperti anak kecil yang sebal karena tidak jadi diberi permen.

"Hey, itu sudah yang paling romantis asal kau tahu. Kau pikir mudah mengatakan kalimat seperti itu?! Kau ini seperti tidak mengenal istrimu saja" Jeongyeon mendorong pelan dada Taehyung, dan si empunya hanya tertawa kecil hingga menampilkan senyum kotak andalannya.

"Baiklah, istriku. Bisakah kau memberikan lebih dari sekedar ciuman di wajah suamimu ini? Kurasa itu semua masih kurang." Taehyung mencondongkan wajahnya pada Jeongyeon, dan wanita itupun mulai melingkarkan kedua tangannya pada leher sang suami, hendak memberi lebih.
Kalau saja tidak ada...

"Yak! Kalian pikir ini masih dimana, hah? Apakah kamar pengantin sekarang berada diluar seperti ini? Diarea taman begitu? Ya Tuhan, meskipun aku lebih tua dari mereka, tapi mataku masih polos."

Itu Nayeon yang menginterupsi kegiatan atau lebih tepatnya adegan romantis yang hampir saja bablas tak tahu tempat kalau saja dirinya dan Jihyo tidak muncul dari belakang kedua pasangan yang sedang dimabuk cinta itu.
(Bahasa aeng, dimabuk cinta)

"Kau mengacaukan mereka, kelinci. Aku baru mau mulai untuk video kedua setelah yang pertama. Tadi itu romantis sekali." Jihyo menyusul dengan handycame ditangan kanannya.

"Yak! Kau itu masih dibawah umur, Thomas. Tidak baik melihat adegan orang dewasa."

"Aku ini sudah lama bekerja dan selesai wisuda kalau kau lupa."

Jeongyeon memilih mengabaikan kedua gadis yang mengganggu momen romantis dirinya dan sang suami. Ia melangkahkan kakinya hendak pergi dari tempat itu sebelum tangannya dicekal dan bisikan hangat memasuki gendang telinganya.

"Kita akan lanjutkan lagi ditempat lain, Jeongie-ku" suara bariton yang begitu dalam itu seketika membuat tubuh Jeongyeon meremang.
Sepertinya malam ini ia tak akan bisa tidur tenang.

***

End?

Epilog?

Luv Ma AlienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang