Sebentar lagi mau END, mungkin 2 atau 3 chapter + epilog.
Maaf kalo dirasa terburu-buru, dan selamat membaca 💻📱
Oh ya, aku mau curhat dikit tentang persamaan aku dengan JeongTae.
Curhatan ada diakhir chapter ini ⬇️***
Sudah dua minggu ini Jeongyeon berdiam dirumah orangtuanya di Kota Suwon.
Setelah mengetahui kabar bahwa sakit Neneknya bertambah parah, Jeongyeon langsung berangkat malam itu juga tanpa memberitahu siapapun.
Orangtuanya jelas terkejut melihat anak bungsunya pulang dimalam hari saat cuaca diluar sedang tidak baik.
Angin yang cukup kencang yang berakhir dengan hujan lebat, membuat sang Ibu dilanda cemas saat melihat anaknya itu basah kuyup karena terguyur berliter-liter air dari gelapnya langit malam.Dan sudah selama itu pula Jeongyeon tidak memberi kabar pada teman kerjanya, terutama Namjoon dan tentu saja si pria yang sialnya Jeongyeon ingat terus karena tak bisa melupakannya.
Siapa lagi kalau bukan Park Jimin, penyanyi bersuara emas idolanya itu.
Ia masih enggan menanggapi telepon atau pesan singkat dari Jimin. Hanya sesekali memberi kabar pada Namjoon bahwa dia baik-baik saja tanpa memberitahu keberadaannya sekarang.Suasana pagi ini sedikit ramai, karena kemarin sore keluarga lainnya dari luar kota Suwon juga datang untuk menjenguk Nenek mereka.
Saling bercerita melepas rasa rindu sebab sudah lama tidak bertemu.
Berkunjung untuk melihat keadaan orang tertua dalam satu keluarga, sekaligus menjadi ajang silaturahmi. Mengingat setelah memiliki kehidupan masing-masing serta berpindah kota, membuat mereka jadi jarang bertemu jika bukan karena hari-hari besar seperti Natal ataupun Chuseok.Ibu Yoo memperhatikan anak gadisnya yang sedari tadi melamun diteras kayu dibelakang rumah dengan ditemani secangkir teh hangat dan ponsel yang tak henti berdering.
Ibunya sudah tahu perihal kejadian Jeongyeon dengan idolnya itu.
Dan tentu saja tentang satu pria lagi yang kini namanya terus tampil pada layar gawai berbentuk pipihnya itu."Sampai kapan kau akan mengabaikan Taehyung, Jeongie?" Ibu Yoo sudah duduk disamping anak bungsunya sambil mengelus surai hitam milik sang anak.
"Bukankah dia tidak bersalah dalam hal ini?! Lalu kenapa kau mengacuhkan dia juga? Kasihan, pasti dia khawatir dengan keadaanmu."Jeongyeon menyesap sedikit teh hangatnya, kemudian menurunkan tangannya tanpa melepaskan pegangan pada telinga cangkir hitam itu.
Pandangannya lurus kedepan memperhatikan tanaman-tanaman yang bergoyang ditiup angin.
"Aku tidak tahu, Ibu. Aku belum siap bicara padanya. Aku--merasa telah mengecewakannya.""Akan lebih baik jika kau menceritakan masalah ini padanya. Jangan membuatnya larut dalam kekhawatiran dan rasa penasaran. Kau tahu dia begitu menyukaimu. Ah tidak, lebih tepatnya dia mencintaimu" ucap Ibunya seraya tersenyum manis.
"Mencintaiku?" Jeongyeon melirik pada Ibunya sejenak, lalu kembali meluruskan pandangannya "Tentang itu aku tidak yakin. Ibu tahu sendiri, kami bahkan tidak pacaran. Hanya tak bisa melepaskan satu sama lain"
"Apa barusan itu maksudnya kau ingin ia menembakmu untuk menjadi kekasihnya, begitu?" Ibu dua anak itu menggoda si bungsu
"Ish, Ibu dan si kelinci itu sama saja. Kenapa kalian ingin sekali aku berpacaran dengan Kim Alien Taehyung itu?"
"Alien-alien begitu juga kau suka kan?"
Itu suara Nayeon yang tiba-tiba saja sudah duduk disamping Jeongyeon, membuat sang adik kini terhimpit ditengah antara Ibu dan Kakaknya.
"Aih, aku lupa tidak memasang tanda pengusir hantu diteras ini, Bu. Bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Apa Ibu tidak merasakannya?" Jeonyeon meraba bulu dilengannya, yang sebenarnya tidak ada sama sekali. Beruntunglah ia mempunyai Kakak yang cerewet menyuruhnya untuk selalu merontokan bulu-bulu halus itu dengan metode waxing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luv Ma Alien
Fanfiction"Sepertinya aku jatuh hati padamu. Apa kau keberatan? Bagaimana ini?! Aku tak bisa menghentikannya." -Kim Taehyung- "Dia memang pria aneh. Tapi dia juga yang membuatku jatuh hati. Dasar Alien, kenapa aku bisa menyukaimu?!" -Yoo Jeongyeon- Sekuel dar...