Dengan patuh, Aewol mengikuti Gyeol dan Myung. Mereka berjalan menuju kuil. Gyeol berhenti dan berbalik, "Apa ada yang perlu kau bawa? Ambil saja dulu, karena mungkin mulai sekarang kita akan jarang ke sini." Aewol melihat ke sekitar. Ia menggeleng. Tidak ada barang apapun yang perlu ia bawa. Tusukan rambut dari Shin pun, selalu setia ia selipkan di pinggangnya. Gyeol mengangguk, "Baiklah. Mari turun."
Hati Gyeol berdegup kencang. Akhirnya ia menemukannya. Mulai sekarang, gadis ini akan selalu di sampingnya. Itu saja sudah cukup untuknya. Gyeol tak bisa menyembunyikan ekspresi bahagianya. Myung melirik tuannya. Dia benar-benar sudah tersihir oleh siluman ini.. batinnya. Lalu ia melirik Aewol yang mengikuti dalam diam. Tapi wajar.. mungkin karena ia bukan manusia, kecantikannya sangat tidak biasa. Siapapun juga akan terpikat oleh wajah begitu. Dia benar-benar sangat cantik; terutama dengan daya pikat seorang wanita muda yang telah masuk usia menikah. Myung harus mengakui bahwa ia jarang melihat wanita yang begitu cantik seperti Aewol; terutama setelah Aewol mengubah warna mata dan rambutnya menjadi seperti manusia pada umumnya. Dia sangat cantik, dengan mata abu-abu lembut dan bulu mata gelap.
Saat Gyeol sampai ke kediaman bibinya, yaitu Paviliun Chunryang, sang bibi dan terutama sepupu Gyeol sendiri, Solhwa, melihat Aewol tanpa bisa menyembunyikan keterkejutan mereka yang sangat kentara atas tamu tak diduga itu. Gyeol meminta satu di antara para pelayan mengantar Aewol ke kamar tamu dan melayaninya dengan baik. Gyeol mengajak Bibi Jangmyung ke kamarnya dan berbicara berdua, agar privasi dapat terjaga dengan baik.
"Gyeol, keponakanku. Aku tahu bahwa kita baru saja membicarakan perihal cinta dan pernikahan. Tapi apa-apaan ini? Membawa seorang wanita muda begitu saja ke kediaman kita?"
"Bibi. Bibi tenang dulu. Gyeol tidak bermaksud buruk. Gyeol juga belum bermaksud mengikat wanita itu dalam hubungan seserius pernikahan. Maksud saya membawanya ke sini murni atas dasar rasa simpati dan kekaguman. Wanita itu bernama Jo Aewol, anak haram seorang bangsawan lokal tingkat rendah. Ibunya adalah budak dan dia tidak diperlakukan dengan baik. Karena menganggap Aewol sebagai aib, ayahnya menyembunyikannya di kuil terlantar di gunung. Saya tidak sengaja menemukannya saat mendaki. Meski selama ini hidup terisolasi, Aewol menunjukkan potensi kecerdasan yang luar biasa. Bibi tahu betapa senangnya saya menjalin hubungan pertemanan dengan orang-orang dengan bakat tidak biasa. Aewol hanyalah satu di antara orang-orang begitu."
Belum katanya, batin Bibi Jangmyung. "Baiklah. Dia hanya akan tinggal sementara di sini, benar? Kau tidak benar-benar ingin menanggungnya, bukan?"
Melihat Gyeol terdiam, Bibi Jangmyung tidak bisa menyembunyikan raut tenangnya lagi. "Tetap saja! Keputusan menanggung seorang wanita yang belum menikah akan menimbulkan gosip buruk! Pada akhirnya prospek pernikahanmu di masa depan akan menurun! Apa kau mau keluarga kita yang terhormat ini tercoreng reputasinya karena satu-satunya penerus menyimpan seorang wanita di rumah?!"
"Aewol bukan wanita seperti itu!" bentak Gyeol. "Saya hanya ingin menjadikannya orang saya. Saya akan menulis surat pada ayah untuk meminta izin dan beberapa hari lagi saya akan kembali ke Hanyang. Saya hanya meminta izin agar selama saya di sini, Aewol juga bisa berada di bawah lindungan keluarga Hae di Hongju."
Bibi Jangmyung sampai terbelalak. Anak semanis ini. Anak yang selalu sopan dan penurut ini. Belum pernah ia melihat Gyeol menaikkan suaranya bahkan sedikit saja kepada siapapun. Kini anak selembut Gyeol berubah total karena pengaruh seorang wanita asing yang ia bela mati-matian. Ia terdiam. "Terserah kau saja."
Melihat Bibi Jangmyung seperti ini, ekspresi Gyeol melembut. "Maafkan saya, bibi. Gyeol tidak bermaksud mengejutkan bibi." Ia berlutut di samping bibinya yang duduk di kasur, menggenggam tangan bibinya dengan lembut seperti tengah memegang sesuatu yang serapuh kaca dan seberharga permata. "Bibi. Gyeol hanya berharap bibi mau melihat langsung Aewol sebelum berprasangka terhadapnya."
Bibi Jangmyung masih terlihat enggan tapi akhirnya ia menghela napas, "Baiklah. Nanti malam mari kita adakan perjamuan kecil untuk menyambutnya." Wajah Gyeol berubah cerah. Ia mencium punggung tangan bibinya, "Terima kasih banyak bibi." Lalu beranjak dan pergi. Sebenarnya 'perjamuan' adalah istilah lain untuk sebuah perkumpulan di mana orang-orang berstatus lebih tinggi memamerkan otoritasnya dan menilai orang lain yang berstatus lebih rendah darinya. Gyeol sangat tahu niat bibinya yang sebenarnya. Maka ia harus mengingatkan Aewol agar berperilaku dengan baik.
Aewol diantar ke sebuah kamar tamu yang rapi dan dipenuhi ornamen-ornamen memamerkan kekayaan dan keagungan keluarga Hae, bahkan di daerah pedesaan seperti Hongju. Aewol duduk di atas kasur. Sekarang ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Di luar ia mendengar Myung menginstruksikan para pelayan beberapa hal. Pelayan-pelayan itu langsung berpencar ke berbagai penjuru. Suasana menjadi hening selama beberapa saat. Lalu tiba-tiba para pelayan masuk lagi. Masing-masing membawa barang-barang yang tidak Aewol pahami.
"Kami mendapat perintah untuk melayani nona dengan baik. Mari, kami antar."
Karena sudah diberitahu sebelumnya, Aewol diam saja ketika para pelayan menuntunnya ke sebuah bilik dengan sebuah kolam kecil dari kayu di tengah-tengahnya. Airnya hangat, mengepulkan uap air ke udara. Aromanya yang lembut dan wangi menyerbak ke seluruh ruangan. Beberapa pelayan tiba-tiba maju dan berupaya melepas pakaian Aewol. Aewol yang kaget karena belum pernah diperlakukan seperti itu mundur dan menyudutkan diri ke dinding seperti binatang buruan. "A-apa yang kalian lakukan?"
Para pelayan saling menatap dengan bingung. "Kami diberitahu bahwa nanti malam akan ada perjamuan untuk nona. Nona harus mandi dan didandani." Perjamuan?! Myung dan Gyeol tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Tiba-tiba ia teringat lagi peringatan Myung sebelum ia dibawa para pelayan ke kamar tamu. "Di sini kau harus membiasakan diri. Akan ada banyak hal-hal kecil dan besar yang membuatmu kaget dan tidak nyaman. Apapun itu, kau harus menerimanya. Jangan melawan. Jika tidak, kau akan mencoreng nama baik tuan yang telah berbaik hati menampungmu. Jika kau tidak berhati-hati dalam berbicara dan bersikap, kau akan diusir. Selamanya tuan tidak akan bisa membantumu menemukan orang yang kau cari. Jadi, berhati-hatilah."
Aewol benar-benar tidak nyaman. Mau tidak mau ia membiarkan para pelayan melepas pakaiannya hingga tak sehelai benang menutup tubuhnya. Ia masuk ke dalam kolam itu dengan hati-hati. Selama ini mandi di sungai yang sejuk, air hangat itu membuatnya terkejut. Tapi Aewol menjaga sikapnya agar setenang mungkin. Ia duduk hingga air menutupi dadanya. Lama-kelamaan air yang hangat itu justru membuatnya rileks. Para pelayan mengelap lengannya dengan handuk yang lembut dan mulai membantu Aewol mandi. Wah. Mereka kaget karena bahkan kulit Nona Solhwa tidak selembut milik Aewol dan tubuhnya juga tidak seindah milik nona tak dikenal ini. Meski awalnya terlihat seperti seorang nona dari keluarga miskin yang sedikit cantik, tapi ketika mereka benar-benar melihatnya, mereka menyadari bahwa penampilan nona muda ini sungguh tidak biasa. Terlalu sempurna untuk menjadi manusia!
Para pelayan senang mendandani majikannya yang rupawan. Mereka memakaikan pakaian berbahan sutra berkualitas tinggi dengan hiasan dan bordiran sekelas penjahit istana. Memakaikan minyak rambut beraroma mawar dan menyisir rambut panjang Aewol dengan lembut. Tanpa dibedaki pun wajah Aewol sudah putih. Tanpa pewarna bibir juga bibirnya sudah kemerahan. Tapi mereka mendandaninya tipis-tipis untuk menajamkan fitur wajah Aewol tanpa membuatnya terlihat berlebihan dan murahan. Mereka memasangkan ornamen rambut yang indah dan berkelas. Saat menunjukkan bayangannya di depan kaca, para pelayan tampak sangat puas dengan mahakarya mereka seperti seorang pemahat yang telah memahat sebuah patung luar biasa. Aewol memandangi bayangannya tanpa minat. Mengapa para manusia begitu rumit dalam berpenampilan? Pakaiannya pun berlapis-lapis. Rambutnya disisir rapi hingga tak ada sedikitpun yang mencuat. Setelah selesai, para pelayan menuntunnya menuju tempat perjamuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fire Serpent
FantasyPada musim dingin, mereka jatuh cinta. Pada musim semi, mereka menikah. Pada musim panas, mereka berpisah. Pada musim gugur, apa mereka bisa kembali bersama? Sebuah kisah melawan takdir. Anak yang tidak diberkati Langit dan ditolak klan-nya, apakah...