Not him (2)

1K 67 8
                                    

Arisha & Rai

Sudah sejam lebih lamanya Arisha menunggu Rai kembali ke tempat itu, semakin lama waktu berjalan semakin khawatir ia jadinya. Ini sudah jam 10 malam dan mereka pergi sejak jam 8 lebih 20, kenapa lama banget sih? benak Arisha. Tunggu, kenapa dia khawatir? Kenapa sedari tadi ia takut setengah mati bila mengetahui Rai akan kenapa-kenapa? Arisha teridam, apa dia menyukai Rai, apa dia sayang? Arisha langsung menggeleng, mana mungkin ia sayang secepat ini. Mungkin ini hanya rasa peduli karena Rai yang melindunginya dari bahaya tadi pikir Arisha.

BRUKK

Pintu depan gedung itu terbuka, Arisha yang terkejut pun perlahan berjalan menuju pintu keluar ruangan game untuk melihat itu siapa. Sebelum ia sempat membuka pintu itu seorang pria sudah membukanya duluan, "Arisha kan?" Tanya Zidan yang penampilannya agak berantakan dan terlihat ada memar di sudut bibir, Arisha mengangguk. "Rai diluar, dia... agak memar-memar" ucap Zidan bimbang, Arisha pun secepat mungkin keluar dari ruangan itu dan langsung mencari keberadaan Rai, matanya membulat saat melihat mata sebelah kiri Rai yang bengkak, sudut bibirnya yang berdarah dan badan dan wajahnya yang penuh memar. "Rai " panggil Arisha dengan nada khawatir dan langsung mengelus pipi Rai yang memar. "Kenapa bisa sampai kayak gini?" Tanyanya makin khawatir, Rai mengangkat kepalanya yang tadi menunduk dan langsung melihat wajah khawatir Arisha. Orang-orang disekitar mereka menatap interaksi Rai dan Arisha secara seksama, seperti lagi nonton drama korea. Rai yang menyadari itu langsung mengajak Arisha kembali kerumahnya, tanpa lupa pamit kepada yang lain.

-

Arisha kini sedang sibuk mengobati luka Rai, memakaikan plester di luka-luka kecil seperti sudut bibir Rai dan menggunakan es batu yang dibungkus dalam kain untuk memar-memarnya. Di sisi lain Rai terus memperhatikan raut khawatir di wajah Arisha yang terlihat tulus, ingin rasanya ia mengemukakan perasaannya pada wanita itu, tapi ia tak mau merusak apa yang sudah ia miliki sekarang, bagaimana kalau Arisha ternyata hanya khawatir sebagai teman dan setelah ia mengemukakan perasaanny Arisha nantinya akan menjauhinya? Hati Rai sudah berbunga-bunga semenjak pertama kali melihat Arisha memasuki ruangan kelas mereka, ternyata benar dari dugaannya Arisha itu cewek polos yang baik hati, terlihat dari cara wanita itu berbicara dan mengkhawatirkan dirinya.

Tanpa ia sadar sebuah senyuman terbit di wajahnya saat Arisha tengah mengobati tangannya yang luka akibat memukul terlalu kencang. "Shh Sha udah, gue udah ngga apa-apa kok" ucap Rai saat Arisha masih teliti membersihkan lukanya, Arisha mengangkat kepalanya dan mengangguk sedih. "Kenapa cemberut gitu sih?" Tanya Rai yang kini meminta Arisha duduk disebelahnya di sofa ruang tv, Arisha menarik nafas dan membuangnya kasar "kenapa sampai banyak luka? Katanya jago brantem" ucapnya menatap memar di pipi Rai, Rai terkekeh mendengar tuturan Arisha "walaupun jago tapi kalau lawannya curang tetep luka pasti" ucap Rai santai "curang?" Tanya Arisha bingung, "mereka mukul ngga pake tangan kosong, pake kayu makanya susah dilawan" balas Rai sambil terkekeh, Arisha yang terkejut langsung menanyakan "tapi ngga ada yang luka parah kan?" Rai menggeleng lega "engga kok, mereka gatau brantem yang bener makanya walaupun curang kalah" ucap Rai,

"Sha gue nganter lo besok pagi aja apa ngga apa-apa? Kayaknya kalau nganter malam ini gue gabakal bisa fokus nyetir" lanjut Rai cukup khawatir dengan kondisi matanya yang memar dengan langit yang sudah gelap nantinya kalau dipaksa bisa-bisa nyawanya dan Arisha jadi taruhan kalau memaksakan untuk menyetir. Arisha mengangguk setuju "kamu istirahat aja, aku bisa tidur disni kok buat malem ini" ucap Arisha memandang sofa yang mereka duduki dan terlihat cukup nyaman itu. "Nanti lo tidur di kamar gue aja, gue bisa tidur di kamar orangtua gue, jangan tidur disini" ucap Rai yang dianggukan Arisha.

Rai baru sadar ternyata Arisha sedari tadi masih mengenakan seragam sekolah, pasti pengap pikirnya "Sha lo kalau mau mandi di kamar gue aja sama pake baju gue aja dulu" ucap Rai menyarankan, Arisha juga baru tersadar dengan keadaannya yang masih mengenakan seragam sekolah dan mengangguki ucapan Rai.

ConditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang