Not him (3)

1.1K 67 5
                                    

Sudah 5 hari setelah kejadian tawuran di sekolah itu, Rai kini makin dekat dengan Arisha, Arisha bahkan mengajak Rai dan Zidan untuk duduk bersamanya dikantin dengan Ilana, Meysia dan Rangga. Tak Ilana dan Meysia sangka, ternyata Rai masih spesies yang sama seperti mereka, masih manusia bukan iblis seperti yang mereka kira, selera humornya yang receh seakan meruntuhkan kesangaran pria itu yang mereka takutkan selama ini. Senang juga Arisha rasanya melihat Rai jauh lebih akrab dengan teman-temannya, mereka terasa seperti satu grup sekarang yang semua saling akrab.

Tanpa lupa, semua orang yang melihat badboy sekolah yang sekarang sudah banyak senyum dan bergaul tidak hanya dengan anggota gengnya saja terkejut melihat itu, tatapan-tatapan heran dan tatapan cemburu dari siswi-siswi selalu ditujukan kepada Arisha. Iri melihat handsome devil itu sekarang bisa ditaklukan oleh bidadari cantik seperti Arisha.

-

Senin

Arisha memasuki ruang kelas dengan wajah antusias, Ilana melihat Arisha pun melambai padanya dari jauh dan dimeja Ilana terlihat Meysia juga tengah duduk disana "Haii" sapa Arisha semangat, "ih tumben semangat banget" ucpa Ilana, "semangatlah kan nanti ketemu Rai" ucap Meysia sambil mengangkat-ngangkat alis menggoda Arisha, "ihh engga kok" ucap Arisha dengan pipi memerah, Ilana dan Meysia pun semakin menggoda Arisha yang semakin memerah.

-

Sekarang sudah jam pelajaran kedua setelah istirahat, wajah Rai tak terlihat sejak pagi tadi, Arisha sesekali menatap kursi kosong di bagian belakang kelas itu dengan wajah cemberut. "Udah dong jangan cemberut Sha" ucap Ilana mencoba mengalihkan perhatian Arisha yang sedari tadi menghawatirkan Rai, Arisha hanya menatap Ilana dengan sambil tersenyum sedih.

Sampai bel pulang berbunyi tak ada secarik kabar pun dari Rai, bahkan tak ada sapaan selamat pagi seperti biasanya atau menannyakan apakah hari ini Arisha pulang dijemput atau pulang bersamanya. Tak bisa Arisha pungkiri ia khawatir, apa Rai lagi ikut tawuran? Atau sakit? Kalau dia sekarang apa-apa bagaimana? Apa ada yang mengurusnya? Dengan semua pikiran itu melayang di pikiran Arisha, ia pun memutuskan untuk menelfon pria itu.

(Nomor tidak dapat dihubungi)

Arisha bertambah khawatir, kenapa sampai nomornya saja tak aktif? Pikirnya. Arisha pun menyusun rencana untuk pergi ke rumah Rai, siapa tau pria itu ada disana, sebelum itu ia akan pulang kerumah dulu dan menggunakan mobilnya untuk ke rumah Rai.

"Hai sayang" sapa ibu Arisha saat sudah berada di hadapan Arisha yang tengah berdiri didepan gerbang sekolah, dengan senyum tipis membalas sapaan sang ibu Arisha pun masuk ke dalam mobil.

"Sha kok cemberut gitu sih?" Tanya Rania pada anaknya,
"engga kok ma capek doang" ucap Arisha terbangun dari lamunannya lalu tersenyum ke arah Rania. "Oh iya mama sama papa pulang agak malam yah sayang, ada klien yang minta makan malam bareng" ucap Rania dengan raut sedih, merasa bersalah karena selalu meninggalkan anaknya sendirian dirumah

"apa kamu mau ikut?" Tanya Rania. Arisha menggeleng singkat "nggausah maa Arisha pengen istirahat, Arisha ngga apa-apa kok sendirian dirumah" ucap Arisha yang memang jarang keberatan dengan pekerjaan kedua orangtuanya.

-

Arisha langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan segera berangkat menuju rumah Rai, entah mengapa ia memiliki perasaan buruk tentang keadaan Rai sekarang.

-

Ding Dong

Arisha yang tengah mengenakan graphic t-shirt dan jeansnya kini berjalan menuju pintu saat mendengar bel pintu depan rumahnya beberapa kali dibunyikan, ia berjalan menuruni tangga dan sekali lagi bel itu berbunyi.

ConditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang