Go

1.8K 230 20
                                    

Leona!

Jadi ceritanya aku mbalik ini? Setelah bertahun-tahun terjebak di dalam dunia isekai bersama tokoh-tokoh lucknut itu…eh, walaupun mereka lucknut aku tetep sayang ding…hehe.

“(Y/n)?”

“Hng?”

Goblok. Kenapa langsung kujawab?

“Suster!!! Pasien di sebelah sini sudah sadar!!!” teriak Leona melengking ke lorong rumah sakit.

Dengan segera dan berbondong-bondong dokter dan suster mulai memeriksaku yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.

“Coba lihat ke arah cahaya.” Ujar seorang dokter sambil membuka kelopak mataku.

“Mmm…silau dok.” Ujarku serak tapi tetap menurut melihat sinar.

Setelah memastikan kondisi tubuhku, dokter beserta para suster itu pun pamit dan meninggalkanku dengan Leona.

“Bagaimana perasaanmu? Aku juga sudah menelpon orangtuamu untuk datang kemari. Kau tau? Dua minggu yang lalu aku menemukanmu dalam kondisi kamar yang berantakan dan kau pingsan. Ada apa (y/n)? kau tau kan, kalau ada masalah kau bisa berbagi denganku.” Ucap Leona panjang lebar menyecarku dengan pertanyaan pertanyaannya yang membuatku pening.

“Perasaanku? Absurd. Kalau pun aku menceritakan padamu apa yang terjadi emang kau bakal percaya?” tanyaku balik.

Leona hanya tersenyum sendu yang membuatku bingung.

“Tumben kau mengatakan perasaanmuyang sebenarnya biasanya kau akan menjawab biasa saja.” Ucap Leona yang membuatku sadar.

Dia benar. Sudah sejak lama aku menutup diri terhadap orang lain. Bahkan aku menutup diriku pada orangtuaku dan sahabatku sedari kecil. Yaitu Leona.

Saat aku sedang melamunkan hal yang dikatakan Leona tadi tiba-tiba Leona menanyakan sesuatu yang membuatku berpikir dua kali akan alasan dibalik pertanyaannya.

“Apakah kau sudah bertemu mereka?”

“Apa maksudmu-

BRAKK!!

“(Y/n)!! Maafkan papa dan mama nak.” Kata mamaku kencang sehabis mendobrak pintu sambil memelukku erat.

Aku hanya bisa melongo kayak orang tolol.

Sesaat aku lupa pada apa yang ingin kutanyakan pada Leona dan setelah aku sadar, Leona pun juga sadar dengan hal yang mengganggu pikiranku tadi dan segera pamit pulang pada kedua orangtuaku.

“(Y/n) telpon aku kalau kau ada masalah ya.” Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Njir.

Setelah itu terjadilah peristiwa mengharukan antara anak dan orangtua.

------------------t(●-●t)------------------

Seminggu setelahnya...

Aku sudah kembali lagi dirumah.

Kutatap cermin yang membayangi diriku yang kucel.

"(Y/n)! Ayo bermain denganku!"

"Ughh...sialan. Kenapa mulai lagi?!" Ucapku sambil memegangi kepalaku.

Dengan segera kuambil kotak obat yang sudah biasa kuminum kalau aku mengalami 'glitch' seperti tadi.

Selesai minum obat tadi, aku memperhatikan surai rambutku yang berwarna merah terang itu.

"Entah kenapa seketika aku membenci warna ini."

Aku keluar dari kamarku ke kamar orang tuaku.

Dari pintu, aku bisa melihat mama sedang membereskan meja riasnya yang menjadi incaranku saat ini.

"Ma, aku mengambil cat rambut ya?"

"Hm? Mau pake warna apa?"

"Hitam aja."

Mama menatapku sejenak lalu memeluknya erat.

"(Y/n)~~ kau ingin menjadi serupa dengan mama ya?"

"Hah? Oh iya ma..."

Sebenarnya aku berbohong. Bukan itu alasan sebenarnya.

Tapi karena aku tak ingin terlihat seperti 'dia'.

Memang sih ibuku memiliki rambut berwarna hitam sebahu dengan matanya yang indah.

Memang sih ibuku memiliki rambut berwarna hitam sebahu dengan matanya yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan ayahku yang memiliki wajah yang...emm. tegas? Tampan pastinya.

(ngambil gambar di IG jangan dihujat:V)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ngambil gambar di IG jangan dihujat:V)

Hah...aku jadi teringat saat pertama kali aku diajak jadi salah satu anggota keluarga disini.

flashback----

"(Y/n)! Kemarilah, ada yang ingin bertemu denganmu." Ucap seorang suster kepada gadis kecil berusia 7 tahun itu.

Dengan perlahan keluarlah seorang gadis kecil yang memakai piyama dan memegang sebuah pisau roti yang dialiri darah.

"Eh! (Y/n)!! Apa kau melukai dirimu lagi??!" Ucap suster tadi tercengang melihat pisau roti yang dibawa oleh (Y/n).

Dengan segera suster itu segera memeriksa tubuh (Y/n). Dan ketika suster itu tidak menemukan sebuah luka sedikitpun, ia panik.

"(Y/n). Ini darah siapa?" Tanya suster itu gemetar sambil perlahan mengambil pisau roti itu dari tangan (Y/n).

(Y/n) hanya menatap suster itu lalu menggandeng suster itu untuk masuk ke dalam kamarnya.

Karena tamu yang ingin menemui (Y/n) juga penasaran dengan alasan (Y/n) bisa menggenggam sebuah pisau berlumur darah itu, mereka mengekor di belakang suster tadi.

Menyadari adanya orang yang tidak dikenali dan ingin masuk ke kamarnya. (Y/n) berhenti dan menatap kedua orang itu dengan tatapan tajam.

Suster yang tau kalau (Y/n) sangat sensitive terhadap orang luar mencoba memberi pengertian kepada (Y/n).

"(Y/n)...mereka adalah tamu yang kelak akan menjadi orang tuamu. Tolong biarkan mereka masuk, supaya mereka tau keadaanmu. Ya?" Ucap suster tadi sambil jongkok mensejajarkan dirinya dengan (Y/n) sambil mengelus kepalanya lembut.

(Y/n) melihat mata suster itu dan menatap 2 pasang mata tamunya. Ketika (Y/n) melihat mata sang wanita muda disamping susternya, dia melihat suatu kesungguhan disana.

Suatu tatapan hangat yang tak pernah ia dapatkan dari pasangan-pasangan yang sebelumnya. Para pasangan yang menatapnya dengan enggan. Yang menatapnya dengan takut, bahkan menatapnya dengan jijik.







To be continue......

Nyehe ada yang kangen?:3

[HIATUS] {Kimetsu No Yaiba X Reader} - You Must Be Kidding MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang