Sudah 3 hari pemuda yang bernama Jihoon itu melakukan perkerjaan tambahannya yaitu mengantarkan susu sesuai permintaan pemilik rumah. Hari ini pun ia hanya mengantarkan itu saja dan pulang karena hari ini bukanlah jatahnya membereskan rumah.
Benar soal tawarannya menjadi koki di rumah itu juga ia tolak karena punya pekerjaan lain juga di desanya.
Suasana pagi ini cukup berbeda, kabut menghiasi setiap sudut hingga menipiskan jarak pandang jihoon dengan sepedanya.
Pohon pohon menjulang tinggi hingga suara gemercik air pula burung yang bercicit menemani nya di perjalanan. Jika kalian lupa rumah besar itu di bangun diatas bukit yang mana jauh dari peradaban kata jihoon.
Pemuda itu menghentikan kayuhan sepedanya, ia turun lalu menuntun sepeda berwarna putih dengan keranjang kayu yang berisi beberapa kotak susu.
Setiap pagi jihoon menjadi pengantar susu itu adalah pekerjaan sambilannya toh ia juga senang berkeliling desa saat pagi suasana yang tenang terasa sangat damai udara yang sejuk pun menambah kesan nyaman.
"Kenapa ada orang yang membangun rumah di atas bukit seperti ini, dan kenapa pula menyuruhku datang setiap hari apa dia sedang mengerjaiku?" Berbagai pikiran berputar di atas kepala si manis, benar juga kenapa ia membangun rumah yang bahkan tidak biasa itu di atas bukit atau bisa dibilang di tengah hutan?
Monolog jihoon terhenti ketika ia sudah melihat bangunan di depannya ia takut sang empunya rumah mendengarnya tentu saja.
Hari memang belum terang, matahari juga belum menyongsong di langit. Masih terlalu pagi dan itu menang di sengaja oleh jihoon agar tak perlu bertemu dengan lelaki tinggi yang akhir akhir ini membuatnya sedikit aneh dan itu tidak bisa di biarkan.
"Pagi."
Tubuh sedikit gembil itu terlonjak kaget mendengar suara dengan nada rendah tepat di daun telinganya. Ia baru sampai menaruh tas susunya di meja lalu membuka kulkas untuk menaruh susu tersebut, belum juga tugas itu selesai ia di kagetkan oleh sosok pemilik rumah tentu saja, siapa lagi yang menggodanya.
"Kenapa tidak ada suara sih kan aku kaget."
"Itu lucu."
"Menurutmu aku lelucon? tidak asik."
Lama tak mendengar suara lagi jihoon melirik kearah lelaki tinggi itu, ia tengah duduk di kursi memandanginya. Sudah sering jihoon mendapatkan tatapan itu jadi ia tidak menggubrisnya lagi, terserahlah yang penting tidak aneh aneh.
"Kenapa sudah bangun?"
"Menunggumu."
"Untuk apa?" Kali ini jihoon menyandarkan tubuhnya di tepi meja dapur berhadapan cukup jauh dengan jinyoung.
"Kau selalu menghindar."
Helaan napas terdengar dari si manis yang sekarang bersedakap dada.
"Tidak aku tidak menghindar, lagi pula untuk apa aku bertemu denganmu, kita bukan siapa siapa dan tak saling kenal."
"Aku ingin..."
"Apa?"
"Kau.."
"Maksudmu?" Manik jihoon melotot lucu.
"Kita harus memiliki sebuah hubungan."
"Aku tidak mau."
"Aku tidak bertanya." Manik elang itu menatap dalam dalam manik galaxy di sebrang, jarak mereka cukup jauh namun masih bisa sangat jelas melihat wajah masing masing. Si manis lagi lagi mengkerutkan keningnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PAPER // Deepwink
FanfictionSeorang penulis terkenal yang berkhayal tentang sebuah kebahagiaan, lalu ada yang datang merubah kertas putihnya, sosok dengan tinta emas... tanpa nama WARNING! Rated++ 🔞 bxb yaoi! Deepwink