Halaman 7

86 6 5
                                    





Cup

"Karena kau yang menggodaku duluan aku tidak akan berhenti mengerti."

"T tapi jinyoung kita di dapur." Manik jihoon menelusuri segala arah dan menatap ragu manik tajam jinyoung yang sudah berkabut nafsu.

"Toh tidak akan ada yang bisa melihat kita kan, disini hanya ada kita berdua." Tangan jinyoung terangkat membelai lembut pipi gembil yang terasa sangat halus di tangannya. Usapan lembut itu membuat jihoon teebuai seperti seekor kucing yang haus akan belaian.

"Kenapa?"

"Huh?"

"Kenapa sekarang menggodaku?" Jari j
si manis membuat pola abstrak di dada jinyoung yang masih terbalut kaos hitam.

"Aku menyukaimu." Semburat merah dan panas menjalar di pipi gembilnya, kalimat itu seharusnya tak ia ucapkan bukan tapi entah mengapa ia berani mengucapkannya.

Di liriknya wajah nan tegas yang sekarang berada tepat di depannya melihat bagaimana reaksi lelaki itu, namun lelaki itu diam saja dan terus menatapnya.

"Apa kau tidak menyukaiku?" Melihat bagaimana ekspresi wajah jinyoung membuat jihoon yang percaya diri menjadi sedikit ragu, dia pikir jinyoung menyukainya tapi apa mungkin itu hanya permainan saja?

Helaan napas rendah keluar dari jinyoung, ia menarik tubuh yang lebih rendah itu kedalam dekapannya, memeluk pinggang si manis dengan lembut lalu mengecup pucuk kepalanya berkali kali. Jihoon yang sedikit kaget mulai membiasakan dirinya di dalam rengkuhan itu, tersenyum lalu membalas pelukan si dominan.

"Aku tidak tahu apa yang aku rasakan, tapi aku ingin selalu melihatmu, melihat wajah cantik ini dan wajahmu saat marah membuatku merasa bebas."

Jinyoung melonggarkan pelukannya lalu mendekatkan kepalanya pada wajah jihoon, cup~ lagi ciuman itu mendarat di bibir plum jihoon. Lenguhan yang terdengar sangat indah di telinga jinyoung dari si manis, ah suara itu juga di rindukannya.

"Aku boleh melakukannya?" Di sela sela ciuman mereka jinyoung bertanya, bukankah itu sebuah sopan santun mengingat mereka tidak memiliki hubungan tertentu meski dulu ia tidak melakukannya namun kali ini ia merasa perlu menanyakan hal itu.

"Ya, lakukan." Setrlah di berikan lampu hijau jinyoung menyambar benda lunak itu kembali melumat pelan bibir bagian luarnya sedikit di gigit gigitnya karena merasa gemas pada benda kenyal yang sangat nikmat. Jihoon yang masih sedikit kaku karena belum terbiasa mengikuti setiap gerakan yang jinyoung berikan.

Rasanya menyesap bibir plum ini sangat enak di tambah rasa strawberry yang di pastikan jinyoung dari lipbalm yang di pakai si manis oh itu benar benar terasa manis sungguh jinyoung mabuk karenanya.

"Ahshsh." Setiap lenguhan dan desahan halus jihoon membuat jinyoung semakin membara, tubuhnya semakin panas matanya yang tajam menusuk manik galaxy yang memandangnya sayu yang setengah tertutup merasakan gelenyar aneh di tubuhnya.

Puas dengan bibir tebal jihoon, lidah jinyoung masuk kedalam rongga mulut si manis menari disana bergulat dengan lidah jihoon yang ikut irama gerakan jinyoung, setiap lidah itu saling bertemu di saat itu juga tubuh mereka semakin panas. Saliva menetes di dagu masing menambah kesan basah nan sexy.

Bibir jinyoung ikut masuk kedalam mulut jihoon menarik lidah itu hingga bisa di sesapnya.

"Aakkhhhhhhshshh baehhh." Rasanya ingin terbang saja saat itu ia tak bisa bicara dengan jelas karena lidahnya yang di hisap rakus oleh jinyoung, rasanya sungguh nikmat lebih nikmat dari waktu, apa karena ia dalam keadaan sadar semua terasa lebih panas dan gila baginya.

PAPER // DeepwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang